BAB I
PENDAHULUAN
Latarbelakang
Di dalam biologi yang evolusiner,
tekanan penyimpangan hasil pemuliaan mengacu pada kasus-kasus ketika keturunan
dari persilangan antara individu dari populasi-populasi yang berbeda mempunyai
produktivitas lebih rendah dibanding keturunan dari persilangan antara individu
dari populasi yang sama. Peristiwa ini dapat terjadi di dalam dua arah.
Pertama-tama, pemilihan dalam satu populasi akan menghasilkan suatu ukuran
tubuh yang besar, sedangkan di dalam ukuran tubuh populasi kecil yang lain
boleh jadi lebih menguntungkan
Terkadang dalam melakukan persilangan di temukan
beberapa hambatan. Pada inbreeding terjadinya perkawinan satu keluarga
menyebabkan diturunkannya sifat-sifat resesif pada keturunan berikutnya,
terkadang pula menimbulkan gen letal yang menyebabkan ternak mati setelah
dilahirkan dan saat masih dalam kandungan. Demikian pula pada outbreeding.
Penyilangan yang sering terjadi dengan bangsa ternak yang lain menyebabkan
hilangnya kepekaan alami ternak terhadap respon imun yang disebabkan oleh
tingkat persilangan yang tinggi yang menghilangkan sifit-sifat asli dari suatu
ternak
Tujuan
1.
Memperbaiki
mutu genetika ternak.
2.
Tidak
mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya.
3.
Mengoptimalkan
penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang
lebih lama.
4.
Meningkatkan
angka kelahiran dengan cepat dan teratur.
5.
Mencegah
penularan / penyebaran penyakit kelamin.
6.
Mendapatkan
ternak yang baik dan unggul mutu genetiknya yang akan dijadikan sebagai bibit
atau tetua bagi generasi selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Inbreeding adalah pembiakan dari dua Ternak yang berhubungan
dengan satu sama lain. Dalam kebalikannya, silang luar, kedua orang tua secara
total tidak bertalian Kasip (1988).
Keberhasilan usaha untuk menghasilkan bangsa baru ternak
sangat tergantung pada dua faktor, yaitu pemanfaatan heterosis dan jumlah total
ternak-ternak dalam populasi Warwick (1983).
Adanya heterosis pada keturunan karena adanya pengaruh
gen-gen dominan dan besarnya keunggulan dari type crossbred yang digunakan
sebagai dasar dari suatu bangsa baru disebaabkan oleh kombinasi gen dengan
pengaruh aditif lawan heterosis yang disebabkan oleh pengaruh gen non-aditilasi
manapun Weatley (1979).
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Perkawinan
Perkawinan
merupakan bagian dari rentetan kegiatan dalam proses reproduksi. Perkawinan adalah suatu usaha untuk
memasukkan sperma ke dalam alat kelamin betina. Secara
umum yang dimaksud dengan pemuliaan ternak adalah aktivitas perbaikan mutu
genetik ternak dalam suatu usaha peternakan melalui seleksi dan atau sistem
perkawinan yang kemudian diikuti dengan pengafkiran (culling), sedangkan
tujuannya adalah untuk mendapatkan ternak yang baik dan unggul mutu genetiknya
yang akan dijadikan sebagai bibit atau tetua bagi generasi selanjutnya, Metoda
pemuliaan ternak melalui sistem perkawinan dapat dilakukan dengan cara inbreeding,
crossbreeding, grading up, out breeding.
Perkawinan yang lazim digunakan pada ternak ada dua, yaitu :
1. Perkawinan Alam
Perkawinan alami merupakan
perkawinan dimana pejantan memancarkan sperma langsung ke dalam alat reproduksi
betina secara langsung, tanpa perantara alat buatan. Perkawinan terjadi secara
alami dimana pejantan lebih agresif sedangkan betina bersifat responsif
(menunggu).Terkadang perkawinan alami memiliki banyak kendala, seperti
terbatasnya kemampuan pejantan dalam membuahi sejumlah betina, motilitas sperma
yang dikeluarkan pejantan saat perkawinan, respon betina yang terkadang
mengeluarkan kembali sperma yang telah masuk dan lain sebagainya. Namun diluar
permasalahan yang ada, sebenarnya cara ini lebih efektif dan paling banyak
dilakukan para peternak terutama masyarakat tradisional.
Perkawinan hanya mungkin terjadi antara ternak jantan dengan ternak betina yang
berahi, dimana ternak betina mau menerima ternak jantan. Perkawinan alam ini tidak diragukan
keberhasilannya, karena semen yang diejakulasikan tanpa pengenceran dan
didesposisikan pada “portiovaginalis
services” atau mulut servic.
2. Perkawinan buatan (kawin
suntik/IB)
Perkawinan
buatan merupakan perkawinan antara pejantan dan betina melalui perantara suatu
alat dengan cara tertentu. Proses pemasukan semen ke dalam saluran reproduksi
betina tidak secara langsung melainkan melalui bantuan manusia dengan
menggunakan alat. Semen dimasukkan kedalam saluran
reproduksi betina dengan menggunakan alat buatan manusia. Perkawinan memungkinkan pertemuan spermatozoa
dengan sel telur, sehingga perlu diperhatikan saat-saat ovulasi pada hewan
betina agar perkawinan tepat pada waktunya.
Prinsip
perkawinan buatan ini secara sederhana terbagi 3 tahap yaitu :
Ø Penampungan semen pejantan melalui
alat penampung semen yang bentuknya disesuaikan dengan alat kelamin betina, dan
Ø Penanganan semen sebelum digunakan
pada ternak betina, dan
Ø Pemasukan/penembakan semen ke dalam
saluran reproduksi betina yang juga menggunakan alat bantu khusus.
B. Macam perkawinan
Ada tiga macam
perkawinan yang dapat terjadi pada
ternak, yaitu:
Ø Pure
breeding, adalah perkawinan ternak-ternak
murni tetapi masih dalam satu bangsa. Cara ini digunakan untuk mempertahankan
difat-sifat/karakteristik suatu bangsa yang memiliki sifat unggul.
Ø Grading
up, adalah perkawinan antara pejantan
unggul dengan sapi lokal yang diarahkan
pada keturunan pejantan.
Ø Cross
breeding, adalah perkawinan antara dua
bangsa yang telah diketahui dengan seksama masing-masing kemampuan produksinya.
1. Pure
breeding (kawin alami)
Perkawinan alami merupakan perkawinan dimana
pejantan memancarkan sperma langsung ke dalam alat reproduksi betina secara
langsung, tanpa perantara alat buatan. Perkawinan terjadi secara alami dimana
pejantan lebih agresif sedangkan betina bersifat responsif (menunggu). Terkadang
perkawinan alami memiliki banyak kendala, seperti terbatasnya kemampuan
pejantan dalam membuahi sejumlah betina, motilitas sperma yang dikeluarkan
pejantan saat perkawinan, respon betina yang terkadang mengeluarkan kembali
sperma yang telah masuk dan lain sebagainya. Namun diluar permasalahan yang
ada, sebenarnya cara ini lebih efektif dan paling banyak dilakukan para
peternak terutama masyarakat tradisional.
Gambar perkawinan pure breeding (kawin alami)
2.
Grading
up
Grading
up adalah sistem perkawinan silang yang
keturunanya selalu disilangkanbalikan (back crossing) dengan bangsa
pejantannya dengan maksud mengubah bangsa induk menjadi bangsa pejantan nya.
perkawinan pejantan murni dari satu bangsa dengan betina yang belum
didiskripsikan atau belum diperbaiki dan dengan keturunannya betina dari
generasi ke generasi. perkawinan antara pejantan unggul dengan sapi lokal yang diarahkan pada keturunan pejantan.
Perbaikan
Mutu Genetik dengan Grading Up Ternak Sapi Lokal
Perbaikan Mutu Genetik
Melalui Grading Up Sapi Betina Lokal dengan Pejantan atau Semen Impor
3.
Crossbreeding
(perkawinan silang)
Perkawinan
silang adalah perkawinan ternak-ternak dari bangsa yang berbeda. Tekhnisnya Crossbreeding
ini hanya berlaku untuk persilangan pertama pada bred asli, tetapi
secara umum berlaku juga untuk sistem crisscrossing dari dua jenis atau
rotasi persilangan dari tiga atau lebih bibit dan untuk menyilangkan pejantan
murni dari satu ras untuk menaikan tingkatan betina dari ras yang yang lain.
yakni perkawinan antara 2 bangsa atau lebih dan bertujuan untuk mendapatkan
sifat yang tidak terdapat pada tetuanya, misalnya pada bangsa ternak tipe perah
yang memiliki kandungan karkas sedikit, dan ingin dihasilkan tipe dwiguna, maka
harus dikawinkan dengan bangsa tipe pedaging.
Gambar
crossbreeding
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Persilangan secara inbreeding merupakan cara untuk
menemukan galur murni dalam keturunan sehigga pada dasarnya dilakukan berbagai
cara untuk menemukan galur terbaik, untuk mendapatkan hasil yang maksimal
inbreeding dilakukan dengan menyilangkan galur murni dari beberapa keturunan
yang berkaitan antara beberapa generasi sehingga gen resesi yang letal yang
terlihat tidak nampak. Juga terhadap respon imun pada ternak yang memiliki gen
homozigot resesif yang merugikan.
Sedangkan Outbreeding merupakan metode penyilangan
campuran yang bertujuan untuk mengahasilkan ternak yang berkualitas dalam hal
ini peningkatan produktivitas ternak itu sendiri.
Untuk mendapatkan produksi ternak kita dapat memilih 1 aspek yang sangat berpengaruh
dalam proses pemeliharaan ternak. Dan juga kita bisa mandapatkan individu baru dengan
melakukan cross breeding.
B.Saran
Sebelum melakukan proses perkawinan pada ternak itik kita
harus mengetahui secara jelas dan valid, karena agar hasil yang kita peroleh
dapat maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Kasip.,
L. M. 1988. Pengamatan sifat kualitatif dan kuantitatif pada sapi
Lush., Jay L. 1963. Animal Breeding Plans. Iowa State University Press, Ames, Iowa.
Mukherjee., D. P. dan G. C. Banerjee. 1980. Genetics and Breeding of Farm Animals.
Pane, Ismed. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Gramedia Pustaka Utama
Warwick., E. J. & J. E. Legates. 1984. Breeding and Improvement of farm animal. McGraw-Hill Publishing, New Delhi.
Lush., Jay L. 1963. Animal Breeding Plans. Iowa State University Press, Ames, Iowa.
Mukherjee., D. P. dan G. C. Banerjee. 1980. Genetics and Breeding of Farm Animals.
Pane, Ismed. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Gramedia Pustaka Utama
Warwick., E. J. & J. E. Legates. 1984. Breeding and Improvement of farm animal. McGraw-Hill Publishing, New Delhi.
No comments:
Post a Comment