PERBAIKAN MUTU GENETIK
UNGGAS MELALUI SISTEM PERKAWINAN TERKONTROL
Nama : Sukriadi Pembimbing :
Dr.Ir.Aman Yaman, M.Agric.Sc
NIM :
1105104010051 Koordinator
I : Dr.Ir. Siti Wajizah, M.Si
Koordinator
II : Dr.Ir. Yunasri Usman, M.P
ABSTRAK
Tujuan makalah seminar reguler ini adalah untuk menyebarluaskan
informasi prihal upaya perbaikan mutu genetik unggas, melalui proses
penyilangan, peningkatan produksi, peningkatan produktivitas
dan menjaga keragaman genetik sebagai bagian dari proses manajemen breeding
unggas. Pada umumnya klasifikasi unggas (tipe unggas) terdiri dari layer
(petelur) digunakan sebagai penghasil telur, broiler (pedaging) untuk penghasil
daging, purpose ( dwi guna) untuk menghasilkan telur dan daging, dan fancy
(hiasan) sebagai hiburan dan rekreasi. Mutu genetik unggas yang bernilai
ekonomis tinggi yang menjadi tujuan dari perbaikan mutu genetik unggas antara
lain fertilitas, bentuk, performa,warna kaki, benuk pial, produktifitas, daya
tahan, berat lahir/berat tetas, pertambahan berat badan, tipe dan kualitas
bulu/warna bulu. Konsep gen
berkembang setelah panemuan Mendel tenteng segregasi, pemisahan dan
pengelompokan bebas. Gen diduga mempunyai beberapa sifat khusus yaitu: (1)
suatu unit keturunan yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, (2)
suatu unit fungsional yang menghasilkan suatu fenotipe, (3) suatu aspek
fungsional yang menyebabkan duplikasi sendiri. Dalam penyediaan bibit dapat
dilakukan dengan dua macam perkawinan, diantaranya adalah perkawinan alami dan
perkawinan buatan dengan bantuan manusia. Perkawinan ternak terdiri dari 2 cara
yaitu inbreeding dan outbreeding. Secara garis besar out breeding dapat dibedakan menjadi cross breeding, out breeding, dan grading up. Perbaikan mutu genetik akan
sangat tergantung dari variasi genetik dalam populasi serta kondisi lingkungan
yang mengontrolnya. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu genetik ternak
adalah dengan melakukan program pemuliaan, karena genetik yang mengandung
pewaris sifat keturunan (hereditas) diwariskan kepada keturunan lewat
pembiakan. Melalui sistem perkawinan dapat diperoleh suatu kombinasi gen yang
kita inginkan, peningkatan produksi, peningkatan
produktivitas dan efisiensi biaya, Menjaga keragaman genetik, pertambahan berat
badan, produksi telur, daya tahan, warna bulu, pertumbuhan bulu, bentuk jengger.
Kata kunci : unggas, perkawinan,
genetik.
RINGKASAN
Latar Belakang
Penampakan ekspresi potensi ternak secara mendasar dipengaruhi oleh
dua faktor utama yang saling terkait satu dengan yang lainnya, yakni faktor
genetik dan lingkungan termasuk didalamnya manajemen pemeliharaan secara
menyeluruh. Dengan demikian kedua faktor tersebut harus menjadi perhatian yang
serius dalam pemeliharaan komoditas temak yang dilakukan.
Perkawinan ternak yang mempunyai nilai genetik tinggi disertai
dengan manajemen yang baik tentunya akan memberikan hasil yang optimal baik
dari segi produksi dan efisiensi usaha. Untuk itu
perlu dipahami tentang prinsip-prinsip pemuliaan ternak khususnya terkait
dengan perbaikan mutu genetik unggas melalui sistem perkawinan terkontol untuk
mendapatkan turunan yang berkualitas. Untuk itu perlu diinformasikan prihal
perbaikan untuk genetic unggas melalui system perkawinan terkontrol.
Tujuan
Menyebarluaskan informasi prihal upaya perbaikan mutu genetik
unggas, melalui proses penyilangan, peningkatan
produksi, peningkatan produktivitas dan menjaga keragaman genetik sebagai
bagian dari proses manajemen breeding unggas.
PEMBAHASAN
A.
Jenis
unggas
Asal mula
unggas yaitu berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan
dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari
wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan
pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan
dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik (Darmono, 2003).
Unggas (kelas aves) mempunyai beberapa spesies seperti ayam (Gallus
Domesticus), itik (Anas Planthyrynchos), entok (cairina moschata),
angsa (Anser Anser) dan kalkun (Melegris Galopavo), tiktok, puyuh,
angsa, dan jenis unggas lainnya. Masing-masing mempunyai ukuran berat badan
yang berbeda, perbedaan berat badan ini disebabkan oleh faktor genetik. Ukuran
berat yang berbeda untuk masing-masing spesies ini berakibat lanjut kepada
pertambahan berat badan yang dapat mereka capai dalam waktu tertentu.
B. Klasifikasi unggas
Klasifikasi unggas (tipe unggas) terdiri dari layer (petelur)
digunakan sebagai penghasil telur, broiler (pedaging) untuk penghasil daging,
purpose ( dwi guna) untuk menghasilkan telur dan daging, dan fancy (hiasan)
sebagai hiburan dan rekreasi (Suprijatna, 2005).
C. Mutu genetik unggas
Mutu genetik unggas yang bernilai ekonomis tinggi yang menjadi
tujuan dari perbaikan mutu genetik unggas antara lain fertilitas, bentuk,
performa,warna kaki, benuk pial, produktifitas, daya tahan, berat lahir/berat
tetas, pertambahan berat badan, tipe dan kualitas bulu/warna bulu (Yaman et al.,2009).
D. Sistem Perkawinan
Sistem perkawinan hewan adalah cabang ilmu hewan yang
membahas evaluasi dari nilai genetik ternak. Pengaturan perkawinan pada ternak
sangat penting untuk tujuan mendapatkan keturunan yang unggul. Sistem
perkawinan yang paling banyak digunakan dalam penerapan pemuliaan ternak
adalah perkawinan silang. Alasan menggunakan sistem ini ialah
karena dapat digunakan untuk menghasilkan efek heterosis. Heterosis merupakan
perbedaan di dalam kinerja dari keturunan yang menghasilkan suatu sifat unggul
(hybrid figour) (Kunianto,2009).
Perkawinan ternak terdiri dari 2
cara yaitu :
1. Perkawinan secara inbreeding dan,
2. Perkawinan secara outbreeding, Secara
garis besar out breeding dapat dibedakan menjadi :
o
Biak
silang (cross breeding)
o
Biak
silang luar (out breeding)
o
Biak
tingkat (grading up)
E. Perbaikan mutu genetik unggas dengan sistem perkawinan terkontrol
Breeding
adalah suatu proses yang diawali dengan pemilihan indukan yang tepat. Sistem
perkawinan terkontrol hanya dilakukan kalau kita sudah yakin bahwa unggas yang
digunakan untuk breeding adalah unggas yang sudah terseleksi sesuai arah yang
ditentukan. Untuk dapat menghasilkan bibit unggas yang unggul dan bermutu
tinggi, diperlukan pemuliabiakan (breeding) yang terarah dan berkesinambungan. Perkawinan
silang atau persilangan merupakan jalan pintas untuk memperoleh
individu-individu yang memiliki sejumlah sifat unggul yang dipunyai oleh kedua
bangsa tetuanya. Perkawinan silang dapat meningkatkan produktivitas dan mutu genetik,
namun membutuhkan biaya besar dan harus dilakukan secara bijak dan terarah,
karena dapat mengancam kemurniaan ternak asli. Perkawinan silang dapat
meningkatkan produktivitas dan mutu genetik, namun membutuhkan biaya besar dan
harus dilakukan secara bijak dan terarah, karena dapat mengancam kemurniaan
ternak asli.
Pewarisan
sifat kualitatif (diskrete) seperti warna bulu, warna kulit dan jenis
kelamin, ditentukan oleh satu atau beberapa pasang gen tunggal (major gen).
Pewarisan sifat secara kualitatif selalu mengikuti perbandingan tetap pada
keturunannya, sesuai dengan perbandingan pewarisan menurut hukum Mendel.
Variasi perbandingan ditentukan oleh jumlah pasangan gen dan sifat gen
(dominan, intermedier, resessif, epistasi hipostasi, interaksi) yang membentuk
sifat tersebut (Ajayi,2010).
PENUTUP
Kesimpulan
Klasifikasi unggas terdiri dari kelas petelur, kelas pedaging, kelas
dwiguna dan kelas Fancy. Mutu genetik unggas yang bernilai ekonomis
tinggi yang menjadi tujuan dari perbaikan mutu genetik unggas antara lain daya
tahan, berat lahir/berat tetas, pertambahan berat badan, tipe dan kualitas
bulu/warna bulu. Perkawinan ternak terdiri dari 2 cara yaitu perkawinan secara
inbreeding dan secara outbreeding. Secara garis besar out breeding dapat
dibedakan menjadi cross breeding, out breeding dan grading up. Salah satu cara
untuk meningkatkan mutu genetik ternak adalah dengan melakukan program
pemuliaan, karena genetik yang mengandung pewaris sifat keturunan (hereditas)
diwariskan kepada keturunan lewat pembiakan
Saran
Sebelum melakukan melakukan persilangan pada
unggas pilihlah indukan yang tepat sesuai arah yang ditentukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ajayi, F.O. 2010. Nigerian
indigenous chicken: A valuable genetic resource for meat and egg production. As J. Poult. Sci., 4:164–172
Darmono, A.S. 2003.Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Kurnianto, E. 2009. Ilmu Pemuliaan Ternak. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Saefudin,
2007. Genetik. Jurusan Pendidikan
Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Suprijatna,
E, Umiyati Atmomarsono, dan Ruhyat Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yaman M.A. dkk. 2009. Pengembangan metode seleksi potensi genetik
dan penyesuaian Kebutuhan protein
untuk memacu ekspresi genetik ayam buras
Pedaging unggul. Laboratorium Unggas, Jurusan
Peternakan Fakultas Pertanian,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Laboratorium Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh.
No comments:
Post a Comment