Friday, 6 March 2015

PERBAIKAN MUTU GENETIK UNGGAS MELALUI SISTEM PERKAWINAN TERKONTROL


PERBAIKAN MUTU GENETIK UNGGAS MELALUI SISTEM PERKAWINAN TERKONTROL

Nama  : Sukriadi                                          Pembimbing     : Dr.Ir.Aman Yaman, M.Agric.Sc
NIM    : 1105104010051                               Koordinator I  : Dr.Ir. Siti Wajizah, M.Si
                                                                        Koordinator II : Dr.Ir. Yunasri Usman, M.P

ABSTRAK

Tujuan makalah seminar reguler ini adalah untuk menyebarluaskan informasi prihal upaya perbaikan mutu genetik unggas, melalui proses penyilangan, peningkatan produksi, peningkatan produktivitas dan menjaga keragaman genetik sebagai bagian dari proses manajemen breeding unggas. Pada umumnya klasifikasi unggas (tipe unggas) terdiri dari layer (petelur) digunakan sebagai penghasil telur, broiler (pedaging) untuk penghasil daging, purpose ( dwi guna) untuk menghasilkan telur dan daging, dan fancy (hiasan) sebagai hiburan dan rekreasi. Mutu genetik unggas yang bernilai ekonomis tinggi yang menjadi tujuan dari perbaikan mutu genetik unggas antara lain fertilitas, bentuk, performa,warna kaki, benuk pial, produktifitas, daya tahan, berat lahir/berat tetas, pertambahan berat badan, tipe dan kualitas bulu/warna bulu. Konsep gen berkembang setelah panemuan Mendel tenteng segregasi, pemisahan dan pengelompokan bebas. Gen diduga mempunyai beberapa sifat khusus yaitu: (1) suatu unit keturunan yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, (2) suatu unit fungsional yang menghasilkan suatu fenotipe, (3) suatu aspek fungsional yang menyebabkan duplikasi sendiri. Dalam penyediaan bibit dapat dilakukan dengan dua macam perkawinan, diantaranya adalah perkawinan alami dan perkawinan buatan dengan bantuan manusia. Perkawinan ternak terdiri dari 2 cara yaitu inbreeding dan outbreeding. Secara garis besar out breeding dapat dibedakan menjadi cross breeding, out breeding, dan grading up. Perbaikan mutu genetik akan sangat tergantung dari variasi genetik dalam populasi serta kondisi lingkungan yang mengontrolnya. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu genetik ternak adalah dengan melakukan program pemuliaan, karena genetik yang mengandung pewaris sifat keturunan (hereditas) diwariskan kepada keturunan lewat pembiakan. Melalui sistem perkawinan dapat diperoleh suatu kombinasi gen yang kita inginkan, peningkatan produksi, peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya, Menjaga keragaman genetik, pertambahan berat badan, produksi telur, daya tahan, warna bulu, pertumbuhan bulu, bentuk jengger.

Kata kunci : unggas, perkawinan, genetik.


RINGKASAN
Latar Belakang
Penampakan ekspresi potensi ternak secara mendasar dipengaruhi oleh dua faktor utama yang saling terkait satu dengan yang lainnya, yakni faktor genetik dan lingkungan termasuk didalamnya manajemen pemeliharaan secara menyeluruh. Dengan demikian kedua faktor tersebut harus menjadi perhatian yang serius dalam pemeliharaan komoditas temak yang dilakukan.
Perkawinan ternak yang mempunyai nilai genetik tinggi disertai dengan manajemen yang baik tentunya akan memberikan hasil yang optimal baik dari segi produksi dan efisiensi usaha. Untuk itu perlu dipahami tentang prinsip-prinsip pemuliaan ternak khususnya terkait dengan perbaikan mutu genetik unggas melalui sistem perkawinan terkontol untuk mendapatkan turunan yang berkualitas. Untuk itu perlu diinformasikan prihal perbaikan untuk genetic unggas melalui system perkawinan terkontrol.




Tujuan

Menyebarluaskan informasi prihal upaya perbaikan mutu genetik unggas, melalui proses penyilangan, peningkatan produksi, peningkatan produktivitas dan menjaga keragaman genetik sebagai bagian dari proses manajemen breeding unggas.

PEMBAHASAN
A.    Jenis unggas
Asal mula unggas yaitu berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik (Darmono, 2003).
Unggas (kelas aves) mempunyai beberapa spesies seperti ayam (Gallus  Domesticus), itik (Anas Planthyrynchos), entok (cairina moschata), angsa (Anser Anser) dan kalkun (Melegris Galopavo), tiktok, puyuh, angsa, dan jenis unggas lainnya. Masing-masing mempunyai ukuran berat badan yang berbeda, perbedaan berat badan ini disebabkan oleh faktor genetik. Ukuran berat yang berbeda untuk masing-masing spesies ini berakibat lanjut kepada pertambahan berat badan yang dapat mereka capai dalam waktu tertentu.

B. Klasifikasi unggas

Klasifikasi unggas (tipe unggas) terdiri dari layer (petelur) digunakan sebagai penghasil telur, broiler (pedaging) untuk penghasil daging, purpose ( dwi guna) untuk menghasilkan telur dan daging, dan fancy (hiasan) sebagai hiburan dan rekreasi (Suprijatna, 2005).

C. Mutu genetik unggas

Mutu genetik unggas yang bernilai ekonomis tinggi yang menjadi tujuan dari perbaikan mutu genetik unggas antara lain fertilitas, bentuk, performa,warna kaki, benuk pial, produktifitas, daya tahan, berat lahir/berat tetas, pertambahan berat badan, tipe dan kualitas bulu/warna bulu (Yaman et al.,2009).
D. Sistem Perkawinan
Sistem perkawinan hewan adalah cabang ilmu hewan yang membahas evaluasi dari nilai genetik ternak. Pengaturan perkawinan pada ternak sangat penting untuk tujuan mendapatkan keturunan yang unggul. Sistem perkawinan  yang paling banyak digunakan dalam penerapan pemuliaan ternak adalah  perkawinan silang. Alasan menggunakan sistem ini   ialah karena dapat digunakan untuk menghasilkan  efek heterosis. Heterosis merupakan perbedaan di dalam kinerja dari keturunan yang menghasilkan suatu sifat unggul (hybrid figour) (Kunianto,2009).
Perkawinan ternak terdiri dari 2 cara yaitu :
1.      Perkawinan secara inbreeding dan,
2.      Perkawinan secara outbreeding, Secara garis besar out breeding dapat dibedakan menjadi :
o   Biak silang (cross breeding)
o   Biak silang luar (out breeding)
o   Biak tingkat (grading up)
E. Perbaikan mutu genetik unggas dengan sistem perkawinan terkontrol
Breeding adalah suatu proses yang diawali dengan pemilihan indukan yang tepat. Sistem perkawinan terkontrol hanya dilakukan kalau kita sudah yakin bahwa unggas yang digunakan untuk breeding adalah unggas yang sudah terseleksi sesuai arah yang ditentukan. Untuk dapat menghasilkan bibit unggas yang unggul dan bermutu tinggi, diperlukan pemuliabiakan (breeding) yang terarah dan berkesinambungan. Perkawinan silang atau persilangan merupakan jalan pintas untuk memperoleh individu-individu yang memiliki sejumlah sifat unggul yang dipunyai oleh kedua bangsa tetuanya. Perkawinan silang dapat meningkatkan produktivitas dan mutu genetik, namun membutuhkan biaya besar dan harus dilakukan secara bijak dan terarah, karena dapat mengancam kemurniaan ternak asli. Perkawinan silang dapat meningkatkan produktivitas dan mutu genetik, namun membutuhkan biaya besar dan harus dilakukan secara bijak dan terarah, karena dapat mengancam kemurniaan ternak asli.
Pewarisan sifat kualitatif (diskrete) seperti warna bulu, warna kulit dan jenis kelamin, ditentukan oleh satu atau beberapa pasang gen tunggal (major gen). Pewarisan sifat secara kualitatif selalu mengikuti perbandingan tetap pada keturunannya, sesuai dengan perbandingan pewarisan menurut hukum Mendel. Variasi perbandingan ditentukan oleh jumlah pasangan gen dan sifat gen (dominan, intermedier, resessif, epistasi hipostasi, interaksi) yang membentuk sifat tersebut (Ajayi,2010).

PENUTUP
Kesimpulan

Klasifikasi unggas terdiri dari kelas petelur, kelas pedaging, kelas dwiguna dan kelas Fancy.  Mutu genetik unggas yang bernilai ekonomis tinggi yang menjadi tujuan dari perbaikan mutu genetik unggas antara lain daya tahan, berat lahir/berat tetas, pertambahan berat badan, tipe dan kualitas bulu/warna bulu. Perkawinan ternak terdiri dari 2 cara yaitu perkawinan secara inbreeding dan secara outbreeding. Secara garis besar out breeding dapat dibedakan menjadi cross breeding, out breeding dan grading up. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu genetik ternak adalah dengan melakukan program pemuliaan, karena genetik yang mengandung pewaris sifat keturunan (hereditas) diwariskan kepada keturunan lewat pembiakan
Saran

Sebelum melakukan melakukan persilangan pada unggas pilihlah indukan yang tepat sesuai arah yang ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ajayi, F.O. 2010. Nigerian indigenous chicken: A valuable genetic resource for      meat and egg production. As J. Poult. Sci., 4:164–172
Darmono, A.S. 2003.Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Kurnianto, E. 2009. Ilmu Pemuliaan Ternak. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Saefudin, 2007. Genetik. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Suprijatna, E, Umiyati Atmomarsono, dan Ruhyat Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Yaman M.A. dkk. 2009. Pengembangan metode seleksi potensi genetik dan            penyesuaian Kebutuhan protein untuk memacu ekspresi genetik ayam             buras Pedaging unggul. Laboratorium Unggas, Jurusan Peternakan     Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Laboratorium             Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda             Aceh.



No comments:

Post a Comment