ANATOMI DAN HISTOLOGI ALAT REPRODUKSI
BETINA
PENDAHULUAN
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari
ilmu faal (fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan
individual dan meskipun siklus reproduksi hewan berhenti, hewan tersebut masih
dapat bertahan hidup, sebagai contoh hewan yang diambil organ reproduksinya
(testes atau ovarium) hewan tersebut tidak mati.
Ilmu reproduksi ternak merupakan ilmu yang
memepelajari perkembangan, bagian, fungsi, ukuran, serta pengaruh terhadap
pertumbuhan ternak dalam berkembangbiak. Umumnya reproduksi baru dapat
berlangsung setelah hewan mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal
ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormone yang dihasilkan oleh
tubuh hewan. Hewan tingkat tinggi, termasuk ternak bereproduksi secara seksual,
dan proses reproduksinya meliputi beberapa tingkatan fisiologik yang meliputi
fungsi-fungsi yang sangat komplek dan terintigrasi antara proses yang satu
dengan yang lainya.
Peternakan merupakan salah satu dari berbagai bidang
yang menyokong kehidupan masyarakat secara umum, selain dari bidang pertanian.
Peternakan merupakan lahan yang strategis bagi masyarakat Indonesia apabila
mereka mau untuk mengembangkan. Peternakan merupakan bidang yang cocok bagi masyarakat
Indonesia karena iklim di Indonesia sangatlah mendukung bagi berkembangnya
sector peternakan. Iklim Indonesia yang tropis memungkinkan sebagian ternak
bisa berkembang dengan baik karena biasanya ternak tidak terlalu butuh adaptasi
yang panjang untuk hidup, karena perbedaan iklimnya tidak terlalu besar. Oleh
karena itu untuk menghasilkan hewan ternak yang unggul, maka dibutuhkan
pengetahuan tentang reproduksi ternak itu, karena reproduksi ternak akan
berhubungan dengan perbaikan genetis dari ternak itu. Seperti kita tahu bahwa
era globalisasi menuntut para peternak untuk mampu bersaing, jangan malah
semakin tenggelam oleh bidang lain.
Tujuan dari praktikum anatomi alat reproduksi betina
adalah mengetahui bagian, fungsi, ukuran serta faktor yang mempengaruhinya dan
pembentukan folikel, terjadimya ovulasi dan faktor yang mempengaruhinya.
Tujuan dari praktikum histologi betina adalah
mengetahui bagian dari masing-masing alat reproduksi secara mikroskopis,
mengetahui sel-sel yang berperan membangun alat reproduksi yang ada serta peran
serta dalam rangka membantu fungsi reproduksi secara keseluruhan.
Tujuan dari praktikum anatomi alat reproduksi jantan
adalah mengetahui bagian, fungsi, ukuran serta faktor yang mempengaruhi ukuran
masing-masing alat reproduksi ternak jantan. Tujuan dari praktikum histologi
jantan adalah mengetahui bagian dari masing-masing alat reproduksi secara
mikroskopis, mengetahui sel-sel yang berperan membangun alat reproduksi yang
ada serta peran serta dalam rangka membantu fungsi reproduksi secara
keseluruhan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Organ reproduksi betina, organ reproduksi primer, ovaria, menghasilkan ovarium
dan hormon-hormon kelamin betina. Organ-organ sekunder atau saluran
reproduksi terdiri dari tuba fallopi (oviduct), uterus, cervix, vagina dan vulva. (Dellman, 1992).Secara anatomik alat reproduksi betina terdiri dari gonad atau ovarium,
saluran-saluran reproduksi, dan alat kelamin luar (Partodiharjo,1992).
Ovarium
Ovarium pada sapi berbentuk bulat telur. Ukurannya
relatif kecil dibanding dengan besar tubuhnya. Ukurannya adalah panjang 2
sampai 3 cm, lebar 1 sampai 2 cm, tebal 1 sampai 2 cm, dan beratnya berkisar
antara 15 sampai 19 gram. Ovarium digantung oleh alat penggantung mesovarium
dan ligamentum utero ovarika (Hardjopranjoto, 1995). Ovarium tertinggal di
dalam cavum abdominalis. Ovarium mempunyai dua fungsi, sebagai
organ eksokrin yang menghasilkan sel telur atau ovum dan sebagai organ endokrin
yang mensekresikan hormon kelamin betina estrogen dan progesterone (Santoso,
2009).
Oviduct
Oviduct merupakan bagian yang
berperan penting dalam peristiwa kopulasi saat proses reproduksi. Oviduct terdapat
sepasang (kiri dan kanan) dan merupakan saluran kecil berkelok-kelok membentang
dari depan ovarium berlanjut ke tanduk uterus. Oviduct sendiri
terdiri dari tiga bagian yaitu infundibulum, ampula, dan isthmus.
Pada masing-masing bagian memiliki keunikan tersendiri, seperti misalnya bagian
infundibulum, bagian ujung infundibulum terdapat jumbai-jumbai yang
disebut fimbria. Bagian isthmus dengan ampuladibatasi
oleh suatu ampulari ismic junction yang berperan dalam
pembuahan, sedangkan batas antara isthmus dengan uterus
adalah uteri tubal junction.(Hafez, 1993)
Bagian ujung infudibulum membentuk suatu fimbria. Infudibulum ini
nampaknya berperan aktif dalam ovulasi, paling tidak dalam melingkupi sebagian
atau keseluruhan ovari dan mengarahkan ovum menuju kebukaan abdominal dari tuba
uterin. Panjang tuba uterin (oviduct) berkisar 25 cm (Frandson, 1992).
Ampula bagian cauda merupakan
tempat terjadinya pembuahan. Dalam ampulaaktivitas silia merupakan
kekuatan utama untuk menggerakkan ovum kearah isthmus, tetapi
pada beberapa spesies kontraksi otot juga berperan. Meskipun spermatozoa
berkembang dalam saluran reproduksi jantan, kemampuan membuahi pada hewan
piaraan hanya dapat dicapai setelah kapasitasi dalam tuba uterina (Dellman dan
Brown, 1992). Pembuahan yaitu persatuan antara sel telur dan sperma, terjadi
disepertiga bagian atas dari oviduct (Blakely dan Bade, 1991).
Uterus
Uterus merupakan bagian saluran
alat kelamin betina yang berbentuk buluh, berurat daging licin, untuk menerima
ova yang telah dibuahi atau embrio dari tuba falopii (Hardjopranjoto, 1995).
Uterus merupakan tempat implantasi konseptus (zigot yang telah berkembang
menjadi embrio) (Dellman dan Brown, 1992). Fungsi uterus adalah sebagai
jalannya sperma pada saat kopulasi dan motilitas (pergerakan) sperma ke tuba
falopii dibantu dengan kerja yang sifatnya kontraktil. Uterus juga berperan besra
dalam mendorong fetus serta membrannya pada saat kelahiran (Hunter, 1995).
Panjang corpus
uteri berkisar antara 2 sampai 4 cm, sedangkan panjang cornua
uteriberkisar 35 sampai 40 cm (Frandson, 1992). Dinding uterus terdiri
dari tiga lapis yaitu 1)endometrium, 2) tunica
muscularis atau miometrium, 3) tunica
serosa atau perimetrium. Pada ruminansia,
terdapat endometrim dengan penebalan terbatas, disebut karankula.
Karankula ini banyak mengandung fibroblast dan vasikularisasinya
ekstensif (Dellman dan Brown, 1992).Karankula adalah
tonjolan-tonjolan yang menyerupai bentuk cendawan dari permukaan dalam uterus
ruminansia yang merupakan tempat perlekatan membran fetus (Frandson, 1992).
Miometrium merupakan
lapisan di bawah endometrium, terdiri dari urat daging licin
melingkar (sirkuler) kuat disebelah dalam dan yang memanjang (longitudinal)
disebelah luar. Antara endometrium dan miometrium ada
lapisan vascular, yang banyak ditemukan pembuluh darah kapiler. Lapisan perimetrium atau
lapisan serosa adalah lapisan terluar dari dinding uterus
(Hardjopranjoto, 1995).
Serviks
Serviks merupakan suatu struktur yang mempunyai sfingter
(sphincter) yang memisahkan rongga uterin dengan rongga vagina. Fungsi
pokok serviks adalah untuk menutup uterus guna melindungi
masuknya invasi bakteri maupun masuknya bahan-bahan asing.Sfingter itu
tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat kelahiran (Hardjopranjoto, 1995)
Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya sperma. Jika kemudian terjadi kebuntingan, saluran
uterin itu tetutup dengan sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat sebelum
kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga
fetus dan membran dapat melaluinya pada saat kelahiran (Hardjopranjoto, 1995).
Serviks pada sapi panjangnya antara 5 sampai 10 cm mempunyai
diameter antara 2 sampai 6,5 cm. Pada bagian depan terdapat mulut sebelah
dalam (orificium uteri internum) bagian belakangnya terdapat mulut
sebelah luar (orificium uteri eksterna) atau sering disebut
juga disebut sebagai mulut vagina (orificium vaginae) (Hardjopranjoto,
1995).
Vagina
Vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak
di dalam pelvis di antara uterus (arah kranial) dan vulva (kaudal). Vagina
juga berperan sebagai selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada saat
kopulasi (Frandson, 1992). Vagina merupakan buluh berotot yang menjulur
dari serviks sampai vestibulum (Dellman dan Brown, 1992).
Vulva
Organ reproduksi bagian luar
hewan betina terdiri atas vulva dan klistoris. Vulva terdiri dari atas Labia
mayora dan labia minora. Labia mayora berwarna
hitam dan tertutupi oleh rambut. Labia mayora merupakan bagian
terluar dari vulva. Sedangkan bagian dalam vulva yang tidak terdapat rambut
yaitu labia minora. (Bearden and
Fuquay, 1997).
Klitoris
Alat reproduksi bagian luar terdapat banyak ujung
syaraf perasa. Syaraf perasa memegang peranan penting pada waktu kopulasi.
Klitoris terdiri dari korpora kavernosa klitoridis yang bersifat erektil, glans
klitoridis yang rudimenter dan praeputium klitoridis.
(Dellmann, 1992)
MATERI DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang digunakan
pada praktikum anatomi dan histologi alat reproduksi betina adalah pita
ukur, gunting bedah, pinset, kamera, mikroskop, kertas kerja dan timbangan analitik.
Bahan. Bahan yang digunakan
pada praktikum kali ini adalah preparat basah berupa organ reproduksi sapi
betina dan preparat histologi hipofisis, ovarium, uterus danoviduct.
Metode
Organ
reproduksi sapi betina diamati untuk kemudian diketahui fungsi dari
masing-masing organ reproduksi sapi betina bangsa
Simpo umur 6 tahun Masing-masing bagian organ
reproduksi dibedakan, lalu dilakukan pengukuran dengan seksama menggunakan pita
ukur pada masing-masing bagiannya
Semua hasil pengukuran dicatat pada kertas kerja. Organ
reproduksi sapi betina yang telah diamati, diketahui fungsi dari masing-masing
bagiannya, diukur, lalu diterangkan kembali oleh praktikan. Pengamatan
histologi preparat diamati, dibedakan, diketahui fungsi dan digambar
bagian-bagian dari alat reproduksi yang diberikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan didapatkan hasil pengukuran organreproduksi betina pada ternak sapi peranakan Simpo dengan umur 6 tahun dan berat badan 430 kg adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil pengukuran alat reproduksi
betina
Bagian alat reproduksi sapi betina
|
Ukuran (cm)
|
Kisaran normal (cm)
|
Ovarium
|
p: 2; l: 1, ; t: 1,5
|
-
|
Oviduct
|
15
|
25
|
Uterus : corpus uteri
cornu uteri
|
12
19
|
Tanduk 35-40
badan2-4
|
Cervix uteri
|
p: 8 dan l: 9
|
8-10, diameter 3-4
|
Vestibulum
|
10
|
-
|
Portio vaginales cervices
|
24
|
-
|
Vulva
|
27
|
-
|
Hafez (1993)
Pembahasan
Ovarium. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapat panjang
ovarium 2 cm, lebar1 cm, dan tinggi 1,5 cm. Hal itu sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa
ukuran ovarium sapi adalah panjang 2 sampai 3 cm, lebar 1 sampai 2 cm, tebal 1
sampai 2 cm, dan beratnya berkisar antara 15 sampai 19 gram
Ovarium merupakan alat reproduksi
betina yang berfungsi ovum (sel telur) dan menghasilkan hormon esterogen
dan progesteron. Menurut Widayati et. al. (2008),
ovarium terletak di rongga perut, tidak turun seperti halnya testes dan
berfungsi untuk menghasilkan sel telur dan hormon, yaitu estrogen, progesteron,
dan inhibin. Hal itu sesuai dengan pendapat Santoso (2010), bahwa ovarium mempunyai dua fungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel
telur atau ovum dan sebagai organ endokrin yang mensekresikan hormon kelamin
betina estrogen dan progesteron. Ovarium
digantung oleh mesovarium dengan panjang 2 cm. Hal itu sesuai
dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa
ovarium digantung oleh alat penggantung mesovarium dan
ligamentum utero ovarika.
Ovum yang diovulasikan akan mengalami kematangan dengan tahapan folikel
primer, folikel sekunder, folikel tersier, dan folikel de Graaf (Widayati
et al.,2008). Ovulasi terjadi karena pecahnya folikel sehingga ovum keluar.
Bekas ovum yang keluar berwarna merah disebut corpus haemorrhagicum yang
akan berkembang menjadi corpus luteum. Segera setelah ovulasi,
rongga folikel berisi cairan limfa dan darah, membentuk struktur yang
disebut corpus haemorrhagicum kemudian sel-sel granulosa
berganda secara cepat membentuk corpus luteum(Frandson, 1992). Ovum
yang telah diovulasikan akan ditangkap oleh ostium abdominale padaoviduct dan
diarahkan oleh fimbria masuk ke ampulla isthmic
junction dan menungguspermatozoa untuk pembuahan.
Oviduct. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapat panjang
oviduct adalah 15 cm. Hasil pengukuran ini tidak sesuai
dengan pendapat Frandson (1992), bahwa panjang tuba
uterin (oviduct) berkisar 25 cm. Hal ini dapat
disebabkan karena pada pengukuran saluran oviductyang
berkelok-kelok tidak diukur secara teliti dan
seksama sehingga didapat hasil pengukuran panjang oviduct yang
lebih pendek selain itu, ukuran dari oviduct
berbeda-beda tiap ternaknya.
Tuba falopii (Oviduct) dibagi menjadi: infundibulum tubae yang
mempunyai pintu ke rongga abdominal disebut osteum tubae abdominale. Ampula
tubae adalah tempat terjadi pembuahan. Isthmus mempunyai
rongga sempit dan berkelok-kelok serta sangat panjang.Extremitas uterinae dengan osteum
tubae uterinae yang bermuara pada kornua uteri. Pada osteum ini
terdapat benjolan-benjolan atau papilla yang disebut papilla uterinae,
khususnya pada kuda dan anjing memiliki jumlah yang besar (Hardjopranjoto,
1995).
Menurut Frandson (1992), oviduct yang berada dekat
dengan ovarium adalahinfundibulum yang ujungnya
berjumbai disebut fimbria. Infudibulum terletak
didekat Ovarium yang berfungsi menangkap folikel yang telah masak (ovum).
Pergantungan oviduct disebutmesosalving.
Fungsi oviduct antara
lain pertemuan ovum dengan spermatozoa atau tempat terjadinya fertilisasi di
bagian ampula. Blakely dan
Bade (1991) berpendapat bahwapembuahan yaitu persatuan antara sel telur dan sperma, terjadi disepertiga
bagian atas darioviduct. Transport ovum yang telah dibuahi (zygot)
menuju ke uterus. Hal itu sesuai dengan pendapat Dellman dan Brown (1992),
bahwa dalam ampula aktivitas silia merupakan
kekuatan utama untuk menggerakkan ovum kearah isthmus, tetapi
pada beberapa spesies kontraksi otot juga sangat berperan.
Uterus. Berdasarkan praktikum yang
dilakukan didapatkan hasil panjang corpus uteri12 cm dan
panjang cornu uteri 19 cm. Menurut
Lindsay et al., (1982), uterus pada sapi yang tidak bunting
memiliki diameter 5 sampai 6 cm. Ukuran dan panjang bagian-bagian uterus
tergantung dari umur dan jenis bangsa hewan tersebut sedangkan menurut
Frandson (1992) panjang corpus uteri yaitu berkisar antara 2
sampai 4 cm dan panjang cornu uteri berkisar 35 sampai 40 cm
Uterus ternak yang tergolong mamalia
terdiri dari korpus (badan), serviks (leher), dan dua tanduk atau kornua.
Proporsi relatif dari tiap-tiap bagian itu bervariasi tergantung spesies,
seperti juga halnya bentuk maupun susunan tanduk-tanduk tersebut. Korpus (badan) uterus ukurannya paling besar daripada
kuda, lebih kecil pada domba dan sapi, dan pada babi serta anjing, kecil saja.
Secara superficial, badan uterus sapi tampak relatif lebih besar dibandingkan
dengan keadaan yang sebenarnya, karena bagian kaudal dari tanduk tergabung
dengan ligamen interkornual (Frandson, 1992).
Seperti halnya kebanyakan organ
internal yang menyerupai tabung, dinding uterin terdiri dari suatu lapis
membrane mukosa,
suatu lapis otot intermediate, dan suatu lapis serosa bagian luar, yaitu
perimetrium (peritoneum) (Frandson, 1992).
Uterus berfungsi sebagai tempat
implantasi embrio dan tempat tubuh serta berkembangnya embrio. Hal itu sesuai
dengan pendapat Dellman dan Brown (1992), bahwa uterus merupakan tempat
implantasi konseptus (zigot yang telah berkembang menjadi embrio). Selain itu
uterus juga berfungsi sebagai saluran yang dilewati spermatozoa menuju oviduct,
dan berperan dalam proses kelahiran. Hunter (1995) menyatakan bahwa fungsi
uterus adalah sebagai jalannya sperma pada saat kopulasi dan motilitas
(pergerakan) sperma ke tuba falopiidibantu dengan kerja yang
sifatnya kontraktil. Uterus juga berperan besar dalam mendorong fetus serta
membrannya pada saat kelahiran.
Apabila daerah cauda
uteri disayat dan dilihat bagian dalamnya terdapat tonjolan tempat
implantasi mebrio yang disebut karankula. Hal itu sesuai
dengan pendapat Frandson (1992), bahwa karankula adalah
tonjolan-tonjolan yang menyerupai bentuk cendawan dari permukaan dalam uterus
ruminansia yang merupakan tempat perlekatan membran fetus. Batas antara uterus
dan oviduct disebut utero tuba junction.
Serviks. Serviks adalah urat daging sphincter yang
terletak diantara corpus uteridan vagina. Fungsi serviks yaitu
menutup lumen uterus sehingga tidak memberi kemungkinan untuk masuknya jasad
renik (mikroorganisme) ke dalam uterus, dan untuk menyeleksi spermatozoa. Hal
itu sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa serviksmerupakan
suatu struktur yang mempunyai sfingter (sphincter) yang
memisahkan rongga uterin dengan rongga vagina. Fungsi pokok serviks adalah
untuk menutup uterus guna melindungi masukknya invasi bakteri maupun masuknya bahan-bahan
asing.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan
panjang cervix uteri 8 cm dan lebar 9 cm.Portio uteri dalam
keadaan membuka. Hal itu sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995),
bahwa serviks pada sapi panjangnya antara 5 sampai 10 cm
mempunyai diameter antara 2 sampai 6,5 cm.
Lumen serviks selalu
tertutup kecuali waktu birahi (estrus) dan melahirkan. Hardjopranjoto (1995)
menyatakan bahwa sfingter itu tetap dalam keadaan tertutup
kecuali pada saat kelahiran. Selama birahi
dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya sperma. Jika kemudian
terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tetutup dengan sempurna guna melindungi
fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviksmengembang,
hingga fetus dan membran dapat melaluinya pada saat kelahiran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hardjosubroto (1994) bahwa perbedaan
yang sering ditemukan antara sapi dara dengan sapi beranak adalah pada
bagian serviks, ukurannya menjadi lebih besar daripada
sapi yang telah beberapa kali melahirkan
Vagina. Menurut Hardjopranjoto
(1995), vagina terletak di bagian
belakang dari rongga pelvis sebelah atas dari kantong kencing
yang pada waktu melahirkan rongga vaginadapat meluas dan membesar
sesuai dengan besar fetus yang akan dilahirkan.
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan panjang vestibulum 10 cm dan panjangportio
vaginalis cervices 27 cm. Hal itu sesuai dengan pendapat Frandson
(1992), bahwa panjang vestibulum berkisar antara
10 samai 12 cm, dan panjang portio vaginalis uteri berkisar
antara 25 sampai 30 cm.
Perbatasan antara vestibulum dan portio
vaginalis cervices disebut hymen. Hal itu sesuai
dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa batas antara vagina dan vestibulim
vaginae terdapat selaput tipis disebut selaput dara (hymen). Vagina
berfungsi sebagai alat kopulasi dan tempat sperma dideposisikan. Frandson
(1992) menyatakan bahwa vagina juga berperan sebagai selaput yang menerima
penis dari hewan jantan pada saat kopulasi. Selain itu vagina berfungsi sebagai
jalan peranakan selama proses beranak. Dellman dan Brown (1992) berpendapat
bahwa vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak didalam pelvis di
antara uterus (arah kranial) dan vulva (kaudal).
Gambar 10. Vagina
|
Vulva. Vulva terdiri ataslabia mayora dan labia minora.Dellman
dan Brown (1992) menyatakan bahwa lipatan urogenital yang membentuk labia
minora. Pembesaran labioskrotal membentuk labia
mayora. Labia luar dan dalam bersatu pada hewan piaraan,
membentuk labia vulvae. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
panjang vulva 27 cm.
Hal itu tidak sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa pada sapi, vulva mempunyai
panjang 10,00 sampai 12,5 cm pada bidang bawah dan 7,5 sampai 10 cm pada bidang
atas serta
Bearden and Fuquay (1997) pun menyatakan bahwa panjang vulva 10 sampai 12
cm pada sapi. Hal ini disebabkan karena ukuran vulva setiap ternaknya itu
berbeda – beda tergantung dari jenis ternak, umur ternak, dan pernah tidaknya
melahirkan.
Klitoris. Antara labia di bagian ventral tepat
di sebelah dalam lubang ureterterdapat klitoris. Klitoris merupakan
lubang kecil setelah vulva. Menurut
Bearden and Fuquay (1997), Klitoris berhomolog
dengan gland penis pada hewan jantan, berlokasi pada sisiventral,
sekitar 1 cm di dalam labia. Clitoris mengandung erectile
tissue sehingga dapat berereksi, juga dapat mengandung ujung syaraf
perasa, syaraf ini memegang peranan penting pada waktu kopulasi. Klitoris bereaksi
pada hewan yang sedang estrus, tetapi hal ini tidak cukup untuk dijadikan
sebagai pendeteksi estrus pada kebanyakan spesies.
.Adenohypophysis
Adenohypophysis merupakan
bagian dari kelenjar hipotalamus pada anterior lobe, berdasarkan
pengamatan adenohypophysis terdiri
dari cromophile sell, dan cromophill yang dibagi menjadi alfa
cell dan betha cell, menurut Dellman (1992) adenohypophysis terdiri
dari pars distalis yang merupakan bagian utama mengandung sel-sel yang
mensekresikan hormon STH, ACTH, TSH, FSH, LH dan LTH. Pars distalis merupakan
bagian hasil pertumbuhan keluar epitel titpis dari pars distalis yang
mengelilingi tangkai neural, bagian ini tidak memiliki fungsi sebagai
endokrin. Adenohipofisis merupakan kelenjar yang memepengaruhi
hormone reproduksi baik jantan maupun betina (Widayati, dkk 2008)
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
dapat disimpulakan bahwa organ reproduksi betina tersusun atas ovarium, oviduct,
uterus, serviks, vagina, vulva dan klitoris.Ovarium tersusun atas theca externa, theca
interna, membrana basalis, antrhum, cumulus oophorus, corona radiate, zona pelucida, ruang perrivitelina, membran vitelina, dan
ovum yang berfungsi menghasilkan ovum dan hormon. Oviduct dibagi menjadi tiga
bagian yaituinfudibulum, isthmus, dan ampula. Uterus
tersusun atas perimetrium, miometrium (longitudinal dan
sirkuler), sel stroma, sel kelenjar, sel epitel, dan lumen. Vagina terdiri
dari portio vaginalis cervices dan vestibulum.
Vulva terdiri dari labia mayora dan labia minora.
Berdasarkan pengamatan pada dengan mikroskop
menggunakan perparat kambing dapat disimpulkan bahwa bagian tersebut memiliki
fungsi yang saling berkaitan satu sama lain dan erat hubungannya dengan system
hormonal yang bekerja didalam tubuh.Adenohypophysis merupakan
bagian dari kelenjar hipotalamus pada anterior lobe, Ovarium merupakan bagian
yang menghasilkan sel telur/ovum dan kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon
estrerogen, progesterone dan inhibidin Oviduct merupakan saluran yang
menghantarkan sel telur (ovum) dari ovarium ke uterus. Uterus merupakan
struktur saluran yang diperlukan untuk menerima ovum yang telah dibuahi dan
perkembangan zigot.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.acces from http://health.bayaw.com/. date December, 5, 2010
Bearden, J and Fuquay, J. W. 1997. Applied Animal
Reproductoin Fourth Edition. Prentice Hall, Inc. USA
Blakely, J dan Bade, H. D. 1991. Ilmu Peternakan Edisi
keempat. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan
Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Gadjah Mada Unuversity Press. Yogyakarta.
Hafez, E.S.E. 1990. Reproduction in Farm Animals edisi ke-7. Lea and Febiger. Philadelphia
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu
Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press.
Surabaya
Hunter, F.H.R. 1995. Fisiologi dan Teknologi
Reproduksi Hewan Betina Domestik. Institut Teknologi Bandung Press. Bandung.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi
Pemuliaan Ternak di Lapangan. PT Grasindo. Jakarta
Lindsay D.R., Entwistle KW and
A.Winantea.1982.reproduction in Domestic Livestock in Indonesia.University of
Queenskand Press.Melbourne
Santoso, B.W. 2010. Sistem
Reproduksi Sapi Termasuk Perbandingan dengan Ruminansia Lainnya. available at
bhimashraf.blogspot.com diakses tanggal 4 Oktober 2010
Widayati, Tri D., Kustono, ismaya, Sigit
Bintara. 2008. Bahan Ajar Mata Kuliah Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment