Thursday, 5 March 2015

ANATOMI DAN HISTOLOGI ALAT REPRODUKSI BETINA

ANATOMI DAN HISTOLOGI ALAT REPRODUKSI BETINA
PENDAHULUAN

Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi hewan berhenti, hewan tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh hewan yang diambil organ reproduksinya (testes atau ovarium) hewan tersebut tidak mati.
Ilmu reproduksi ternak merupakan ilmu yang memepelajari perkembangan, bagian, fungsi, ukuran, serta pengaruh terhadap pertumbuhan ternak dalam berkembangbiak. Umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah hewan mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormone yang dihasilkan oleh tubuh hewan. Hewan tingkat tinggi, termasuk ternak bereproduksi secara seksual, dan proses reproduksinya meliputi beberapa tingkatan fisiologik yang meliputi fungsi-fungsi yang sangat komplek dan terintigrasi antara proses yang satu dengan yang lainya.
Peternakan merupakan salah satu dari berbagai bidang yang menyokong kehidupan masyarakat secara umum, selain dari bidang pertanian. Peternakan merupakan lahan yang strategis bagi masyarakat Indonesia apabila mereka mau untuk mengembangkan. Peternakan merupakan bidang yang cocok bagi masyarakat Indonesia karena iklim di Indonesia sangatlah mendukung bagi berkembangnya sector peternakan. Iklim Indonesia yang tropis memungkinkan sebagian ternak bisa berkembang dengan baik karena biasanya ternak tidak terlalu butuh adaptasi yang panjang untuk hidup, karena perbedaan iklimnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu untuk menghasilkan hewan ternak yang unggul, maka dibutuhkan pengetahuan tentang reproduksi  ternak itu, karena reproduksi ternak akan berhubungan dengan perbaikan genetis dari ternak itu. Seperti kita tahu bahwa era globalisasi menuntut para peternak untuk mampu bersaing, jangan malah semakin tenggelam oleh bidang lain.
Tujuan dari praktikum anatomi alat reproduksi betina adalah mengetahui bagian, fungsi, ukuran serta faktor yang mempengaruhinya dan pembentukan folikel, terjadimya ovulasi dan faktor yang mempengaruhinya.
Tujuan dari praktikum histologi betina adalah mengetahui bagian dari masing-masing alat reproduksi secara mikroskopis, mengetahui sel-sel yang berperan membangun alat reproduksi yang ada serta peran serta dalam rangka membantu fungsi reproduksi secara keseluruhan.
Tujuan dari praktikum anatomi alat reproduksi jantan adalah mengetahui bagian, fungsi, ukuran serta faktor yang mempengaruhi ukuran masing-masing alat reproduksi ternak jantan. Tujuan dari praktikum histologi jantan adalah mengetahui bagian dari masing-masing alat reproduksi secara mikroskopis, mengetahui sel-sel yang berperan membangun alat reproduksi yang ada serta peran serta dalam rangka membantu fungsi reproduksi secara keseluruhan.

 TINJAUAN PUSTAKA

            Organ reproduksi betina, organ reproduksi primer, ovaria, menghasilkan ovarium dan hormon-hormon kelamin betina. Organ-organ sekunder  atau saluran reproduksi terdiri dari tuba fallopi (oviduct), uterus, cervix, vagina dan vulva. (Dellman, 1992).Secara anatomik alat reproduksi betina terdiri dari gonad atau ovarium, saluran-saluran reproduksi, dan alat kelamin luar (Partodiharjo,1992).

Ovarium
Ovarium pada sapi berbentuk bulat telur. Ukurannya relatif kecil dibanding dengan besar tubuhnya. Ukurannya adalah panjang 2 sampai 3 cm, lebar 1 sampai 2 cm, tebal 1 sampai 2 cm, dan beratnya berkisar antara 15 sampai 19 gram. Ovarium digantung oleh alat penggantung mesovarium dan ligamentum utero ovarika (Hardjopranjoto, 1995). Ovarium tertinggal di dalam cavum abdominalis. Ovarium mempunyai dua fungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel telur atau ovum dan sebagai organ endokrin yang mensekresikan hormon kelamin betina estrogen dan progesterone (Santoso, 2009).

Oviduct
Oviduct merupakan bagian yang berperan penting dalam peristiwa kopulasi saat proses reproduksi. Oviduct terdapat sepasang (kiri dan kanan) dan merupakan saluran kecil berkelok-kelok membentang dari depan ovarium berlanjut ke tanduk uterus. Oviduct sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu infundibulum, ampula, dan isthmus. Pada masing-masing bagian memiliki keunikan tersendiri, seperti misalnya bagian infundibulum, bagian ujung infundibulum terdapat jumbai-jumbai yang disebut fimbria. Bagian isthmus dengan ampuladibatasi oleh suatu ampulari ismic junction yang berperan dalam pembuahan, sedangkan batas antara isthmus dengan uterus adalah uteri tubal junction.(Hafez, 1993)
            Bagian ujung infudibulum membentuk suatu fimbria. Infudibulum ini nampaknya berperan aktif dalam ovulasi, paling tidak dalam melingkupi sebagian atau keseluruhan ovari dan mengarahkan ovum menuju kebukaan abdominal dari tuba uterin. Panjang tuba uterin (oviduct) berkisar 25 cm (Frandson, 1992).
            Ampula bagian cauda merupakan tempat terjadinya pembuahan. Dalam ampulaaktivitas silia merupakan kekuatan utama untuk menggerakkan ovum kearah isthmus, tetapi  pada beberapa spesies kontraksi otot juga berperan. Meskipun spermatozoa berkembang dalam saluran reproduksi jantan, kemampuan membuahi pada hewan piaraan hanya dapat dicapai setelah kapasitasi dalam tuba uterina (Dellman dan Brown, 1992). Pembuahan yaitu persatuan antara sel telur dan sperma, terjadi disepertiga bagian atas dari oviduct (Blakely dan Bade, 1991).

Uterus
Uterus merupakan bagian saluran alat kelamin betina yang berbentuk buluh, berurat daging licin, untuk menerima ova yang telah dibuahi atau embrio dari tuba falopii (Hardjopranjoto, 1995). Uterus merupakan tempat implantasi konseptus (zigot yang telah berkembang menjadi embrio) (Dellman dan Brown, 1992). Fungsi uterus adalah sebagai jalannya sperma pada saat kopulasi dan motilitas (pergerakan) sperma ke tuba falopii dibantu dengan kerja yang sifatnya kontraktil. Uterus juga berperan besra dalam mendorong fetus serta membrannya pada saat kelahiran (Hunter, 1995).
Panjang corpus uteri berkisar antara 2 sampai 4 cm, sedangkan panjang cornua uteriberkisar 35 sampai 40 cm (Frandson, 1992). Dinding uterus terdiri dari tiga lapis yaitu 1)endometrium, 2) tunica muscularis atau miometrium, 3) tunica serosa atau perimetrium. Pada ruminansia, terdapat endometrim dengan penebalan terbatas, disebut karankula. Karankula ini banyak mengandung fibroblast dan vasikularisasinya ekstensif (Dellman dan Brown, 1992).Karankula adalah tonjolan-tonjolan yang menyerupai bentuk cendawan dari permukaan dalam uterus ruminansia yang merupakan tempat perlekatan membran fetus (Frandson, 1992).
            Miometrium merupakan lapisan di bawah endometrium, terdiri dari urat daging licin melingkar (sirkuler) kuat disebelah dalam dan yang memanjang (longitudinal) disebelah luar. Antara endometrium dan miometrium ada lapisan vascular, yang banyak ditemukan pembuluh darah kapiler. Lapisan perimetrium atau lapisan serosa adalah lapisan terluar dari dinding uterus (Hardjopranjoto, 1995).

Serviks
            Serviks merupakan suatu struktur yang mempunyai sfingter (sphincter) yang memisahkan rongga uterin dengan rongga vagina. Fungsi pokok serviks adalah untuk menutup uterus guna melindungi masuknya invasi bakteri maupun masuknya bahan-bahan asing.Sfingter itu tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat kelahiran (Hardjopranjoto, 1995)
            Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya sperma. Jika kemudian terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tetutup dengan sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga fetus dan membran dapat melaluinya pada saat kelahiran (Hardjopranjoto, 1995).
            Serviks pada sapi panjangnya antara 5 sampai 10 cm mempunyai diameter  antara 2 sampai 6,5 cm. Pada bagian depan terdapat mulut sebelah dalam (orificium uteri internum) bagian belakangnya terdapat mulut sebelah luar (orificium uteri eksterna) atau sering disebut juga disebut sebagai mulut vagina (orificium vaginae) (Hardjopranjoto, 1995).

Vagina
             Vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak di dalam pelvis di antara uterus (arah kranial) dan vulva (kaudal). Vagina juga berperan sebagai selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada saat kopulasi (Frandson, 1992). Vagina merupakan buluh berotot yang menjulur dari serviks sampai vestibulum (Dellman dan Brown, 1992).

Vulva
Organ reproduksi bagian luar hewan betina terdiri atas vulva dan klistoris. Vulva terdiri dari atas Labia mayora dan labia minoraLabia mayora berwarna hitam dan tertutupi oleh rambut. Labia mayora merupakan bagian terluar dari vulva. Sedangkan bagian dalam vulva yang tidak terdapat rambut yaitu labia minora.  (Bearden and Fuquay, 1997).

Klitoris
Alat reproduksi bagian luar terdapat banyak ujung syaraf perasa. Syaraf perasa memegang peranan penting pada waktu kopulasi. Klitoris terdiri dari korpora kavernosa klitoridis yang bersifat erektil, glans klitoridis yang rudimenter dan praeputium klitoridis. (Dellmann, 1992)


MATERI DAN METODE

Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum anatomi dan histologi alat reproduksi betina  adalah pita ukur, gunting bedah, pinset, kamera, mikroskop, kertas kerja dan timbangan analitik.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah preparat basah berupa organ reproduksi sapi betina dan preparat histologi hipofisis, ovarium, uterus danoviduct.

Metode
            Organ reproduksi sapi betina diamati untuk kemudian diketahui fungsi dari masing-masing organ reproduksi sapi betina bangsa Simpo umur 6 tahun Masing-masing bagian organ reproduksi dibedakan, lalu dilakukan pengukuran dengan seksama menggunakan pita ukur pada masing-masing bagiannya
            Semua hasil pengukuran dicatat pada kertas kerja. Organ reproduksi sapi betina yang telah diamati, diketahui fungsi dari masing-masing bagiannya, diukur, lalu diterangkan kembali oleh praktikan. Pengamatan histologi preparat diamati, dibedakan, diketahui fungsi dan digambar bagian-bagian dari alat reproduksi yang diberikan.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran organreproduksi betina pada ternak sapi peranakan Simpo dengan umur 6 tahun dan berat badan 430 kg adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil pengukuran alat reproduksi betina
Bagian alat reproduksi sapi betina
Ukuran (cm)
Kisaran normal (cm)
Ovarium
p: 2; l: 1, ; t: 1,5
-
Oviduct
15
25
Uterus : corpus uteri
cornu uteri
12
19
Tanduk 35-40
badan2-4
Cervix uteri
p: dan l: 9
8-10, diameter 3-4
Vestibulum
10
-
Portio vaginales cervices
24
-
Vulva
27
-
Hafez (1993)

Pembahasan
            Ovarium. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapat panjang ovariu2 cm, lebar1 cm, dan tinggi 1,5 cm. Hal itu sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa ukuran ovarium sapi adalah panjang 2 sampai 3 cm, lebar 1 sampai 2 cm, tebal 1 sampai 2 cm, dan beratnya berkisar antara 15 sampai 19 gram
Ovarium merupakan alat reproduksi betina yang berfungsi ovum (sel telur) dan menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Menurut Widayati et. al. (2008), ovarium terletak di rongga perut, tidak turun seperti halnya testes dan berfungsi untuk menghasilkan sel telur dan hormon, yaitu estrogen, progesteron, dan inhibin. Hal itu sesuai dengan pendapat Santoso (2010), bahwa ovarium mempunyai dua fungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel telur atau ovum dan sebagai organ endokrin yang mensekresikan hormon kelamin betina estrogen dan progesteron. Ovarium digantung oleh mesovarium dengan panjang 2 cm. Hal itu sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa ovarium digantung oleh alat penggantung mesovarium dan ligamentum utero ovarika.
            Ovum yang diovulasikan akan mengalami kematangan dengan tahapan  folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier, dan folikel de Graaf (Widayati et al.,2008). Ovulasi terjadi karena pecahnya folikel sehingga ovum keluar. Bekas ovum yang keluar berwarna merah disebut corpus haemorrhagicum yang akan berkembang menjadi corpus luteum. Segera setelah ovulasi, rongga folikel berisi cairan limfa dan darah, membentuk struktur yang disebut corpus haemorrhagicum kemudian sel-sel granulosa berganda secara cepat membentuk corpus luteum(Frandson, 1992). Ovum yang telah diovulasikan akan ditangkap oleh ostium abdominale padaoviduct dan diarahkan oleh fimbria masuk ke ampulla isthmic junction dan menungguspermatozoa untuk pembuahan.

OviductBerdasarkan praktikum yang dilakukan didapat panjang oviduct adalah 15 cm. Hasil pengukuran ini tidak sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa panjang tuba uterin (oviduct) berkisar 25 cm. Hal ini dapat disebabkan karena pada pengukuran saluran oviductyang berkelok-kelok tidak diukur secara teliti dan seksama sehingga didapat hasil pengukuran panjang oviduct yang lebih pendek selain itu, ukuran dari oviduct berbeda-beda tiap ternaknya.
            Tuba falopii (Oviduct) dibagi menjadi: infundibulum tubae yang mempunyai pintu ke rongga abdominal disebut osteum tubae abdominaleAmpula tubae adalah tempat terjadi pembuahan. Isthmus mempunyai rongga sempit dan berkelok-kelok serta sangat panjang.Extremitas uterinae dengan osteum tubae uterinae yang bermuara pada kornua uteri. Pada osteum ini terdapat benjolan-benjolan atau papilla yang disebut papilla uterinae, khususnya pada kuda dan anjing memiliki jumlah yang besar (Hardjopranjoto, 1995).
            Menurut Frandson (1992), oviduct yang berada dekat dengan ovarium adalahinfundibulum yang ujungnya berjumbai disebut fimbria. Infudibulum terletak didekat Ovarium yang berfungsi menangkap folikel yang telah masak (ovum). Pergantungan oviduct disebutmesosalving.
Fungsi oviduct antara lain pertemuan ovum dengan spermatozoa atau tempat terjadinya fertilisasi di bagian ampulaBlakely dan Bade (1991) berpendapat bahwapembuahan yaitu persatuan antara sel telur dan sperma, terjadi disepertiga bagian atas darioviduct. Transport ovum yang telah dibuahi (zygot) menuju ke uterus. Hal itu sesuai dengan pendapat Dellman dan Brown (1992), bahwa dalam ampula aktivitas silia merupakan kekuatan utama untuk menggerakkan ovum kearah isthmus, tetapi  pada beberapa spesies kontraksi otot juga sangat berperan. 
Uterus. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil panjang corpus uteri12 cm dan panjang cornu uteri 19 cm. Menurut Lindsay et al., (1982), uterus pada sapi yang tidak bunting memiliki diameter 5 sampai 6 cm. Ukuran dan panjang bagian-bagian uterus tergantung dari umur dan jenis bangsa hewan tersebut sedangkan menurut Frandson (1992) panjang corpus uteri yaitu berkisar antara 2 sampai 4 cm dan panjang cornu uteri berkisar 35 sampai 40 cm
Uterus ternak yang tergolong mamalia terdiri dari korpus (badan), serviks (leher), dan dua tanduk atau kornua. Proporsi relatif dari tiap-tiap bagian itu bervariasi tergantung spesies, seperti juga halnya bentuk maupun susunan tanduk-tanduk tersebut. Korpus (badan) uterus ukurannya paling besar daripada kuda, lebih kecil pada domba dan sapi, dan pada babi serta anjing, kecil saja. Secara superficial, badan uterus sapi tampak relatif lebih besar dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya, karena bagian kaudal dari tanduk tergabung dengan ligamen interkornual (Frandson, 1992).
Seperti halnya kebanyakan organ internal yang menyerupai tabung, dinding uterin terdiri dari suatu lapis membrane mukosa, suatu lapis otot intermediate, dan suatu lapis serosa bagian luar, yaitu perimetrium (peritoneum) (Frandson, 1992).
Uterus berfungsi sebagai tempat implantasi embrio dan tempat tubuh serta berkembangnya embrio. Hal itu sesuai dengan pendapat Dellman dan Brown (1992), bahwa uterus merupakan tempat implantasi konseptus (zigot yang telah berkembang menjadi embrio). Selain itu uterus juga berfungsi sebagai saluran yang dilewati spermatozoa menuju oviduct, dan berperan dalam proses kelahiran. Hunter (1995) menyatakan bahwa fungsi uterus adalah sebagai jalannya sperma pada saat kopulasi dan motilitas (pergerakan) sperma ke tuba falopiidibantu dengan kerja yang sifatnya kontraktil. Uterus juga berperan besar dalam mendorong fetus serta membrannya pada saat kelahiran.
Apabila daerah cauda uteri disayat dan dilihat bagian dalamnya terdapat tonjolan tempat implantasi mebrio yang disebut karankula. Hal itu sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa karankula adalah tonjolan-tonjolan yang menyerupai bentuk cendawan dari permukaan dalam uterus ruminansia yang merupakan tempat perlekatan membran fetus. Batas antara uterus dan oviduct disebut utero tuba junction.
Serviks. Serviks adalah urat  daging sphincter yang terletak diantara corpus uteridan vagina. Fungsi serviks yaitu menutup lumen uterus sehingga tidak memberi kemungkinan untuk masuknya jasad renik (mikroorganisme) ke dalam uterus, dan untuk menyeleksi spermatozoa. Hal itu sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa serviksmerupakan suatu struktur yang mempunyai sfingter (sphincter) yang memisahkan rongga uterin dengan rongga vagina. Fungsi pokok serviks adalah untuk menutup uterus guna melindungi masukknya invasi bakteri maupun masuknya bahan-bahan asing.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan panjang cervix uteri 8 cm dan lebar 9 cm.Portio uteri dalam keadaan membuka. Hal itu sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa serviks pada sapi panjangnya antara 5 sampai 10 cm mempunyai diameter  antara 2 sampai 6,5 cm.
Lumen serviks selalu tertutup kecuali waktu birahi (estrus) dan melahirkan. Hardjopranjoto (1995) menyatakan bahwa sfingter itu tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat kelahiran. Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya sperma. Jika kemudian terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tetutup dengan sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviksmengembang, hingga fetus dan membran dapat melaluinya pada saat kelahiran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hardjosubroto (1994) bahwa perbedaan yang sering ditemukan antara sapi dara dengan sapi beranak adalah pada bagian serviks, ukurannya menjadi lebih besar daripada
sapi yang telah beberapa kali melahirkan
Vagina. Menurut Hardjopranjoto (1995), vagina terletak di bagian belakang dari rongga pelvis sebelah atas dari kantong kencing yang pada waktu melahirkan rongga vaginadapat meluas dan membesar sesuai dengan besar fetus yang akan dilahirkan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan panjang vestibulum 10 cm dan panjangportio vaginalis cervices 27 cm. Hal itu sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa panjang vestibulum berkisar antara 10 samai 12 cm, dan panjang portio vaginalis uteri berkisar antara 25 sampai 30 cm.
Perbatasan antara vestibulum dan portio vaginalis cervices disebut hymen. Hal itu sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa batas antara vagina dan vestibulim vaginae terdapat selaput tipis disebut selaput dara (hymen). Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi dan tempat sperma dideposisikan. Frandson (1992) menyatakan bahwa vagina juga berperan sebagai selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada saat kopulasi. Selain itu vagina berfungsi sebagai jalan peranakan selama proses beranak. Dellman dan Brown (1992) berpendapat bahwa vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak didalam pelvis di antara uterus (arah kranial) dan vulva (kaudal).
Gambar 10. Vagina








Vulva. Vulva terdiri ataslabia mayora dan labia minora.Dellman dan Brown (1992) menyatakan bahwa lipatan urogenital yang membentuk labia minora. Pembesaralabioskrotal membentuk labia mayora. Labia luar dan dalam bersatu pada hewan piaraan, membentuk labia vulvae. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan panjang vulva 27 cm. Hal itu tidak sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa pada sapi, vulva mempunyai panjang 10,00 sampai 12,5 cm pada bidang bawah dan 7,5 sampai 10 cm pada bidang atas serta Bearden and Fuquay  (1997) pun menyatakan bahwa panjang vulva 10 sampai 12 cm pada sapi. Hal ini disebabkan karena ukuran vulva setiap ternaknya itu berbeda – beda tergantung dari jenis ternak, umur ternak, dan pernah tidaknya melahirkan.

Klitoris. Antara labia di bagian ventral tepat di sebelah dalam lubang ureterterdapat klitorisKlitoris merupakan lubang kecil setelah vulva. Menurut Bearden and Fuquay (1997), Klitoris berhomolog dengan gland penis pada hewan jantan, berlokasi pada sisiventral, sekitar 1 cm di dalam labiaClitoris mengandung erectile tissue sehingga dapat berereksi, juga dapat mengandung ujung syaraf perasa, syaraf ini memegang peranan penting pada waktu kopulasi. Klitoris bereaksi pada hewan yang sedang estrus, tetapi hal ini tidak cukup untuk dijadikan sebagai pendeteksi estrus pada kebanyakan spesies.

.Adenohypophysis
Adenohypophysis merupakan bagian dari kelenjar hipotalamus pada anterior lobe, berdasarkan pengamatan adenohypophysis terdiri dari cromophile sell, dan cromophill yang dibagi menjadi alfa cell dan betha cell, menurut Dellman (1992) adenohypophysis terdiri dari pars distalis yang merupakan bagian utama mengandung sel-sel yang mensekresikan hormon STH, ACTH, TSH, FSH, LH dan LTH. Pars distalis merupakan bagian hasil pertumbuhan keluar epitel titpis dari pars distalis yang mengelilingi tangkai neural, bagian ini tidak memiliki fungsi sebagai endokrin. Adenohipofisis merupakan kelenjar yang memepengaruhi hormone reproduksi baik jantan maupun betina (Widayati, dkk 2008) 
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa organ reproduksi betina tersusun atas ovarium, oviduct, uterus, serviks, vagina, vulva dan klitoris.Ovarium tersusun atas theca externa, theca interna, membrana basalis, antrhum, cumulus oophorus, corona radiate, zona pelucida, ruang perrivitelina, membran vitelina, dan ovum yang berfungsi menghasilkan ovum dan hormon. Oviduct dibagi menjadi tiga bagian yaituinfudibulum, isthmus, dan ampula. Uterus tersusun atas perimetrium, miometrium (longitudinal dan sirkuler), sel stroma, sel kelenjar, sel epitel, dan lumen. Vagina terdiri dari portio vaginalis cervices dan vestibulum. Vulva terdiri dari labia mayora dan labia minora.
Berdasarkan pengamatan pada dengan mikroskop menggunakan perparat kambing dapat disimpulkan bahwa bagian tersebut memiliki fungsi yang saling berkaitan satu sama lain dan erat hubungannya dengan system hormonal yang bekerja didalam tubuh.Adenohypophysis merupakan bagian dari kelenjar hipotalamus pada anterior lobe, Ovarium merupakan bagian yang menghasilkan sel telur/ovum dan kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon estrerogen, progesterone dan inhibidin Oviduct merupakan saluran yang menghantarkan sel telur (ovum) dari ovarium ke uterus. Uterus merupakan struktur saluran yang diperlukan untuk menerima ovum yang telah dibuahi dan perkembangan zigot.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.acces from http://www.biolreprod.org/. date December5, 2010

Anonim.acces from http://health.bayaw.com/date December5, 2010

Anonim.acces. from http://instruction.cvhs.okstate.edu/. date December5, 2010

Bearden, J and Fuquay, J. W. 1997. Applied Animal Reproductoin Fourth Edition. Prentice Hall, Inc. USA

Blakely, J dan Bade, H. D. 1991. Ilmu Peternakan Edisi keempat. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Gadjah Mada Unuversity Press. Yogyakarta.

Hafez, E.S.E. 1990. Reproduction in Farm Animals edisi ke-7. Lea and Febiger. Philadelphia

Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya

Hunter, F.H.R. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik. Institut Teknologi Bandung Press. Bandung.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapangan. PT Grasindo. Jakarta

Lindsay D.R., Entwistle KW and A.Winantea.1982.reproduction in Domestic Livestock in Indonesia.University of Queenskand Press.Melbourne

Santoso, B.W. 2010. Sistem Reproduksi Sapi Termasuk Perbandingan dengan Ruminansia Lainnya. available at bhimashraf.blogspot.com diakses tanggal 4 Oktober 2010

Widayati, Tri D., Kustono, ismaya, Sigit Bintara. 2008. Bahan Ajar Mata Kuliah Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.


No comments:

Post a Comment