Thursday 5 March 2015

BAB I
PENDAHULUAN
Latarbelakang
            Di dalam biologi yang evolusiner, tekanan penyimpangan hasil pemuliaan mengacu pada kasus-kasus ketika keturunan dari persilangan antara individu dari populasi-populasi yang berbeda mempunyai produktivitas lebih rendah dibanding keturunan dari persilangan antara individu dari populasi yang sama. Peristiwa ini dapat terjadi di dalam dua arah. Pertama-tama, pemilihan dalam satu populasi akan menghasilkan suatu ukuran tubuh yang besar, sedangkan di dalam ukuran tubuh populasi kecil yang lain boleh jadi lebih menguntungkan
Terkadang dalam melakukan persilangan di temukan beberapa hambatan. Pada inbreeding terjadinya perkawinan satu keluarga menyebabkan diturunkannya sifat-sifat resesif pada keturunan berikutnya, terkadang pula menimbulkan gen letal yang menyebabkan ternak mati setelah dilahirkan dan saat masih dalam kandungan. Demikian pula pada outbreeding. Penyilangan yang sering terjadi dengan bangsa ternak yang lain menyebabkan hilangnya kepekaan alami ternak terhadap respon imun yang disebabkan oleh tingkat persilangan yang tinggi yang menghilangkan sifit-sifat asli dari suatu ternak
Tujuan
1.    Memperbaiki mutu genetika ternak.
2.    Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan    sehingga mengurangi biaya.
3.    Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama.
4.    Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur.
5.    Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
6.    Mendapatkan ternak yang baik dan unggul mutu genetiknya yang akan dijadikan sebagai bibit atau tetua bagi generasi selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Inbreeding adalah pembiakan dari dua Ternak yang berhubungan dengan satu sama lain. Dalam kebalikannya, silang luar, kedua orang tua secara total tidak bertalian Kasip (1988).
Keberhasilan usaha untuk menghasilkan bangsa baru ternak sangat tergantung pada dua faktor, yaitu pemanfaatan heterosis dan jumlah total ternak-ternak dalam populasi Warwick (1983).
Adanya heterosis pada keturunan karena adanya pengaruh gen-gen dominan dan besarnya keunggulan dari type crossbred yang digunakan sebagai dasar dari suatu bangsa baru disebaabkan oleh kombinasi gen dengan pengaruh aditif lawan heterosis yang disebabkan oleh pengaruh gen non-aditilasi manapun Weatley (1979). 












BAB III
PEMBAHASAN
A.   Perkawinan
Perkawinan merupakan bagian dari rentetan kegiatan dalam proses reproduksi.  Perkawinan adalah suatu usaha untuk memasukkan sperma ke dalam alat kelamin betina. Secara umum yang dimaksud dengan pemuliaan ternak adalah aktivitas perbaikan mutu genetik ternak dalam suatu usaha peternakan melalui seleksi dan atau sistem perkawinan yang kemudian diikuti dengan pengafkiran (culling), sedangkan tujuannya adalah untuk mendapatkan ternak yang baik dan unggul mutu genetiknya yang akan dijadikan sebagai bibit atau tetua bagi generasi selanjutnya, Metoda pemuliaan ternak melalui sistem perkawinan dapat dilakukan dengan cara inbreeding, crossbreeding, grading up, out breeding.
Perkawinan yang lazim digunakan pada ternak ada dua, yaitu :
1.   Perkawinan Alam
Perkawinan alami merupakan perkawinan dimana pejantan memancarkan sperma langsung ke dalam alat reproduksi betina secara langsung, tanpa perantara alat buatan. Perkawinan terjadi secara alami dimana pejantan lebih agresif sedangkan betina bersifat responsif (menunggu).Terkadang perkawinan alami memiliki banyak kendala, seperti terbatasnya kemampuan pejantan dalam membuahi sejumlah betina, motilitas sperma yang dikeluarkan pejantan saat perkawinan, respon betina yang terkadang mengeluarkan kembali sperma yang telah masuk dan lain sebagainya. Namun diluar permasalahan yang ada, sebenarnya cara ini lebih efektif dan paling banyak dilakukan para peternak terutama masyarakat tradisional. Perkawinan hanya mungkin terjadi antara ternak jantan dengan ternak betina yang berahi, dimana ternak betina mau menerima ternak jantan.  Perkawinan alam ini tidak diragukan keberhasilannya, karena semen yang diejakulasikan tanpa pengenceran dan didesposisikan pada “portiovaginalis services” atau mulut servic.

2.       Perkawinan buatan (kawin suntik/IB)
Perkawinan buatan merupakan perkawinan antara pejantan dan betina melalui perantara suatu alat dengan cara tertentu. Proses pemasukan semen ke dalam saluran reproduksi betina tidak secara langsung melainkan melalui bantuan manusia dengan menggunakan alat. Semen dimasukkan kedalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan alat buatan manusia.  Perkawinan memungkinkan pertemuan spermatozoa dengan sel telur, sehingga perlu diperhatikan saat-saat ovulasi pada hewan betina agar perkawinan tepat pada waktunya.
Prinsip perkawinan buatan ini secara sederhana terbagi 3 tahap yaitu :
Ø  Penampungan semen pejantan melalui alat penampung semen yang bentuknya disesuaikan dengan alat kelamin betina, dan
Ø  Penanganan semen sebelum digunakan pada ternak betina, dan
Ø  Pemasukan/penembakan semen ke dalam saluran reproduksi betina yang juga menggunakan alat bantu khusus.
B. Macam perkawinan
Ada tiga macam perkawinan yang dapat terjadi  pada ternak, yaitu:
Ø  Pure breeding, adalah perkawinan ternak-ternak murni tetapi masih dalam satu bangsa. Cara ini digunakan untuk mempertahankan difat-sifat/karakteristik suatu bangsa yang memiliki sifat unggul.
Ø  Grading up, adalah perkawinan antara pejantan unggul dengan sapi  lokal yang diarahkan pada keturunan pejantan.
Ø  Cross breeding, adalah perkawinan antara dua bangsa yang telah diketahui dengan seksama masing-masing kemampuan produksinya.
1.      Pure breeding (kawin alami)
Perkawinan alami merupakan perkawinan dimana pejantan memancarkan sperma langsung ke dalam alat reproduksi betina secara langsung, tanpa perantara alat buatan. Perkawinan terjadi secara alami dimana pejantan lebih agresif sedangkan betina bersifat responsif (menunggu). Terkadang perkawinan alami memiliki banyak kendala, seperti terbatasnya kemampuan pejantan dalam membuahi sejumlah betina, motilitas sperma yang dikeluarkan pejantan saat perkawinan, respon betina yang terkadang mengeluarkan kembali sperma yang telah masuk dan lain sebagainya. Namun diluar permasalahan yang ada, sebenarnya cara ini lebih efektif dan paling banyak dilakukan para peternak terutama masyarakat tradisional.
Gambar perkawinan pure breeding (kawin alami)

2.      Grading up
Grading up adalah sistem perkawinan silang yang keturunanya selalu disilangkanbalikan (back crossing) dengan bangsa pejantannya dengan maksud mengubah bangsa induk menjadi bangsa pejantan nya. perkawinan pejantan murni dari satu bangsa dengan betina yang belum didiskripsikan atau belum diperbaiki dan dengan keturunannya betina dari generasi ke generasi. perkawinan antara pejantan unggul dengan sapi  lokal yang diarahkan pada keturunan pejantan.

Perbaikan Mutu Genetik dengan Grading Up Ternak Sapi Lokal
Perbaikan Mutu Genetik Melalui Grading Up Sapi Betina Lokal dengan Pejantan atau Semen Impor
3.      Crossbreeding (perkawinan silang)
Perkawinan silang adalah perkawinan ternak-ternak dari bangsa yang berbeda. Tekhnisnya Crossbreeding ini hanya berlaku untuk persilangan pertama pada bred asli, tetapi secara umum berlaku juga untuk sistem crisscrossing dari dua jenis atau rotasi persilangan dari tiga atau lebih bibit dan untuk menyilangkan pejantan murni dari satu ras untuk menaikan tingkatan betina dari ras yang yang lain. yakni perkawinan antara 2 bangsa atau lebih dan bertujuan untuk mendapatkan sifat yang tidak terdapat pada tetuanya, misalnya pada bangsa ternak tipe perah yang memiliki kandungan karkas sedikit, dan ingin dihasilkan tipe dwiguna, maka harus dikawinkan dengan bangsa tipe pedaging.

Gambar crossbreeding
    








BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Persilangan secara inbreeding merupakan cara untuk menemukan galur murni dalam keturunan sehigga pada dasarnya dilakukan berbagai cara untuk menemukan galur terbaik, untuk mendapatkan hasil yang maksimal inbreeding dilakukan dengan menyilangkan galur murni dari beberapa keturunan yang berkaitan antara beberapa generasi sehingga gen resesi yang letal yang terlihat tidak nampak. Juga terhadap respon imun pada ternak yang memiliki gen homozigot resesif yang merugikan.
Sedangkan Outbreeding merupakan metode penyilangan campuran yang bertujuan untuk mengahasilkan ternak yang berkualitas dalam hal ini peningkatan produktivitas ternak itu sendiri.
Untuk mendapatkan produksi ternak kita dapat memilih 1 aspek yang sangat berpengaruh dalam proses pemeliharaan ternak. Dan juga kita bisa mandapatkan individu baru dengan melakukan cross breeding.
B.Saran
Sebelum melakukan proses perkawinan pada ternak itik kita harus mengetahui secara jelas dan valid, karena agar hasil yang kita peroleh dapat maksimal.





DAFTAR PUSTAKA

Kasip., L. M. 1988. Pengamatan sifat kualitatif dan kuantitatif pada sapi
Lush., Jay L. 1963. Animal Breeding Plans. Iowa State University Press, Ames, Iowa.
Mukherjee., D. P. dan G. C. Banerjee. 1980. Genetics and Breeding of Farm Animals.
Pane, Ismed. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Gramedia Pustaka Utama
Warwick., E. J. & J. E. Legates. 1984. Breeding and Improvement of farm animal. McGraw-Hill Publishing, New Delhi. 

No comments:

Post a Comment