Thursday, 5 March 2015

FISIOLOGI REPRODUKSI TERNAK tentang anatomi organ reproduksi ternak jantan

anatomi organ reproduksi ternak jantan


TUGAS
FISIOLOGI REPRODUKSI TERNAK
tentang anatomi organ reproduksi ternak jantan



oleh :
Sukriadi

1105104010051






JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2012






BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Reproduksi merupakan proses penting bagi semua bentuk kehidupan. Tanpa melakukan reproduksi, tak satu spesies pun didunia ini yang mampu hidup lestari, begitu pula dengan hewan ternak baik betina maupun jantan. (Anonymous.2009 ). Reproduksi hewan jantan adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat berlangsung baik ternak jantan maupun betina.

Pada hewan ternak, alat kelamin jantan umumnya mempunyai bentuk yang hampir bersamaan, terdiri dari testis yang terletak di dalam skrotum, saluran-saluran alat kelamin, penis, dan kelenjar aksesoris. Alat kelamin jantan dibagi menjadi alat kelamin primer berupa testis dan alat kelamin sekunder berbentuk saluran-saluran yang menghubungkan testis dengan dunia luar yaitu vas deferent, epididimis, vas deferent, dan penis yang di dalamnya terdapat uretra, dipakai untuk menyalurkan air mani dan cairan aksesoris keluar pada waktu ejakulasi .

Dan dalam paper ini kami akan menjabarkan masing-masing organ reproduksi ternak jantan beserta letak masing-masing organ tersebut. Maka dari itu kami memberi judul paper ini “ANATOMI ORGAN REPRODUKSI TERNAK JANTAN “, yang akan dijabarkan sebagaimana berikut ini.




1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum mengenai Pengenalan Organ Reproduksi Jantan adalah mengetahui ukuran dan bentuk anatomis dari bagian-bagian organ kelamin jantan serta mengetahui fungsi dari masing-masing bagian tersebut.        Kegunaannya adalah agar praktikan dapat mengenal dan mengetahui ukuran, bentuk serta fungsi dari masing-masing bagian organ kelamin jantan.








BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA

Organ reproduksi hewan jantan dapat dibagi atas tiga komponen; (a) organ kelamin primer, yaitu gonad jantan, dinamakan testis testiculus (jamak: testes atau testiculae), disebut juga orchis didymos, (b) sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap kelenjar-kelenjar vesikularis, prostata dan cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari epididimis dan vas deferens, dan (c) alat kelamin luar atau organ kopulatoris yaitu penis ( Toelihere, 1979 dan Marawali2001). 

            Testes sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu 1) mengahasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan 2) mensekresikan hormon kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa dihasilkan dalam tubuli seminiferi atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone), sedangkan testosteron diproduksi oleh sel-sel intertitial dari Leydig atas pengaruh ICSH (Intertitial Cell Stimulating Hormone) (Toelihere, 1979).


            Struktur-struktur testis meliputi;  a) Tunika albuginea, merupakan pembungkus langsung testis. Licin karena banyak mengandung pembuluh syaraf dan darah.  b) Septum testis; c) Tubulus seminiferus, merupakan tabung (saluran) kecil panjang berkelok-kelok dan merupakan isi dari Lobulus;  d) Rete testis, merupakan saluran penghubung antara epididimis dengan Lobulus;  e) Ductus efferentis;  f) Caput Epididimis, membentuk suatu tonjolan dasar dan agak berbentuk mangkuk yang dimulai pada ujung proximal testis.  g) Corpus Epididimis, bagian bawah terentang ke bawah, sejajar dengan jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah teats epididimis membelok ke atas;  h) Cauda epididimis, merupakan bagian epididimis yang terletak pada bagian bawah testis yang membelok ke atas.  i) Vasdeferens, terentang dari ekor epididimis sampai urethra (Toelihere 1979, Marawali 2001). 



Epididimis
Epididimis, suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal testis berasal dari duktus efferensia, terdiri dari 3 bagian: kepala, badan dan ekor (Salisbury, 1985). Kepala (caput epididymis) membentuk suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada ujung proximal testis. Umumnya berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi seluas satu pertiga dari bagian-bagian testis (Toelihere, 1979). Corpus epididimis (badan epididimis): bagian badan terentang lurus ke bawah, sejajar dengan jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah testes epididimis membelok ke atas. Cauda epididimis (ekor epididimis): merupakan bagian epididimis yang terletak pada bagian bawah testes yang membelok ke atas. Pada hewan hidup cauda epididimis terlihat berupa benjolan di bagian ujung bawah testes dan dapat diraba (Marawali, 2001).


Vas deferens

Vas deferens atau ductus deferens mengangkut sperma dari ekor epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi. Diameternya mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali (Toelihere, 1979. Marawali, 2001).

Salisbury (1985), menyatakan, vas deferens bersal dari epididimis dan berjalan dari titik terendah testis ke atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati cincin inguinalis dan di tempat itu vas deferens akan memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan vena, syaraf dan jaringan lain pada tali spermaticus tersebut. Vas deferens akan masuk ke dalam ruang abdominalis. Mengandung sel epitel yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput peritoneum. Dekat kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus dan bersama-sama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf, membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae ductus efferentis (Toelihere, 1979). Ampula pada sapi panjangnya 10 sampai 14 cm, diameter 1.0 sampai 1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15 sampai 24 cm dan diameternya 2 – 2.5 cm, sedangkan pada anjing dan kucing tidak terdapat ampula dan pada babi kecil (Marawali, 2001). 

Sperma diangkut dari ekor epididimis ke ampula di bantu dengan gerakan peristaltik vas deferens. Kelenjar-kelenjar vesikularis mengahasilkan fruktosa dan asam sitrat. Ampula dapat diurut secara manual untuk memperoleh semen (Toelihere 1979, Marawali 2001).


           Vas deferens atau ductus deferens mengangkut sperma dari ekor epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen. Pada saat praktikum, untuk mengamati gambaran eksternal dari testis dinding yang mengandung otot-otot licin tersebut di kupas sampai testis terlihat dan Salisbury (1985), menyatakan, vas deferens bersal dari epididimis dan berjalan dari titik terendah testis ke atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati cincin inguinalis dan di tempat itu vas deferens akan memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan vena, syaraf dan jaringan lain pada tali spermaticus tersebut. Vas deferens akan masuk ke dalam ruang abdominalis. Mengandung sel epitel yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput peritoneum. Dekat kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus dan bersama-sama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf, membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae ductus efferentis (Toelihere, 1979). Ampula pada sapi panjangnya 10 sampai 14 cm, diameter 1.0 sampai 1.5 cm dan pada kuda panjagnya 15 sampai 24 cm dan diameternya 2 – 2.5 cm, sedangkan pada anjing dan kucing tidak terdapat ampula dan pada babi kecil (Marawali, 2001).




BAB III
PEMBAHASAN


3.1 . ANATOMI ORGAN REPRODUKSI JANTAN TERNAK

            Organ reproduksi ternak jantan tersiri dari testes, scrotum, corda spermaticus, kelenjar tambahan (glandula accessories), penis, preputium, dan system saluran reproduksi jantan. System saluran ini terdiri dari vasa, efferentia yang berlokasi di dalam testis, epididymis, vas deferens, dan urethra external yang bersambung ke penis. Pada masa ambrio, testis berasal dari corda genitalia primer, sedangkan system saluran reproduksi berasal dari ductus wolffii.

           Alat reproduksi ternak jantan di bagi menjadi tiga yaitu; alat kelamin primer berupa testis, alat kelamin sekunder yaitu vas deverent, epididimis, penis, dan uretra, sedangkan kelenjar aksesori yaitu kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostata, dan kelenjar cowper.

3.1.1.   Alat kelamin primer.
Testis
             Adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) dan hormone kelamin jantan (androgens). Testes berlokasi di dekat ginjal turun melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Turunnya testes terjadi akibat memendeknya gubernaculum, sebuah ligamentum yang memanjang dari daerah inguinalis kemudian bertaut pada cauda epididymis. Pemendekan gubernaculum terjadi karena pertumbuhan gubernaculum tidak secepat pertumbuhan tubuh. Testes terletak dekat dengan daerah inguinalis dan tekanan intra-abdominal membantu testes melalui canalis inguinalis masuk scrotum. Hormone yang terlibat dalam pengaturan turunnya testes adalah gonadotropins dan androgen. Testis pada sapi mempunyai panjang berkisar 10-13 cm, lebar berkisar 5-6,5 cm dan beratnya 300-400 gr. Babi mempunyai ukuran testes serupa pada sapi, tetapi domba dan kuda ukuran testisnya lebih kecil. Pada semua ternak, testis ditutupi oleh tunica vaginalis, sebuah jaringan serous yang merupakan perluasan dari peritoneum. Lapisan ini diperoleh ketika testis turun masuk ke dalam scrotum dari tempat asalnya dalam ruang abdominal yang melekat sepanjang garis epididymis. Lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis berwarna putih. Pembuluh darah dalam jumlah besar dijumpai tepat di bawah permukaan lapisan ini. Lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah lapisan tunica albuginea. Parenchyma ini berwarna kekuningan, terbagi-bagi oleh septa yang tidak sempurna menjadi segmen-segmen. Parenchyma mempunyai pipa-pipa kecil didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak). Tubuli seminiferi berasal dari primary sex cord yang berisi sel-sel benih (germ cells), spermatogonia, dan sel-sel pemberi makan, yaitu sel sertoli. Sel sertoli berukuran lebih besar dengan jumlah lebih sedikit daripada spermatogonia. Hormone gonadotropin asala kelenjar pituitary, follicle stimulating hormone (FSH) memacu sel-sel sertoli menghasilkan androgen binding protein (ABP) dan inhibin. Panjang tubuli seminiferi dari sepasang testes sapi, diperkirakan spanjang 5 km, sedangkan diameternya hamper 200. berat tubuli seminiferi diperkirakan 80-90% dari berat testes. Tubuli seminiferi bersambungan dengan sebuah tenunan tubulus, yaitu rete testes yang berhubungan dengan 12-15 saluran kecil, yaitu vasa efferentia yang menyatu pada caput epididymis.

            Hormone testosterone diperlukan untuk perkembangan tanda-tanda kelamin sekunder dan untuk tingkah laku perkawinan secara normal. Testosterone juga berfungsi untuk mengontrol aktivitas kelenjar-kelenjar tambahan (accessory glands), produksi spermatozoa, dan pemeliharaan system saluran reproduksi jantan. Sedangkan perannya dalam diri ternak sendiri adalah membantu mempertahankan kondisi optimum pada spermatogenesis, transportasi spermatozoa dan deposisi spermatozoa ke dalam saluran reproduksi betina.

3.1.2. Alat Reprodusi sekunder
a)            Vas deverent dan uretra
            Vas deferens. Merupakan sebuah saluran dengan satu ujung berawal dari bagian ujung distal dari cauda epididymis. Kemudian dengan melekat pada peritoneum, membentang sepanjang corda spermaticus, melalui daerah inguinalis masuk ruang pelvis, dimana vas deferens bergabung dnegan urethra di suatu tempat dekat dengan lubang saluran kencing dari vesica urinaria. Bagian vas deferens yang membesar dekar dengan urethra, di sebut ampulla. Vas deferens mempunyai otot daging licin yang tebal pada dindingnya dan mempunyai fungsi tunggal yaitu sebagai sarana transportasi spermatozoa. Spermatozoa dikumpulkan dalam ampulla selama ejakulasi, sebelum dikeluarkan ke dalam urethra.

            Urethra. Merupakan sebuah saluran tunggal yang membentang dari persambungan dengan ampulla sampai ke pangkal penis. Fungsi urethra adalah sebagai saluran kencing dan semen. Pada sapid an domba selama ejakulasi terjadi percampuran yang kompleks antara spermatozoa yang padat asal vas deferens dan epididymis dengan ciran sekresi darikelnjar-kelenjar tambahan dalam urethra yang berada di daerah pelvis menjadi semen. Pada kuda dan babi percampuran ini tidak sesempurna pada sapid an domba. Semen kuda dan babi terdiri dari bagian bebas (tanpa) spermatozoa dan bagian yang kaya spermatozoa.

b)      Penis
            Merupakan organ kopulasi pada ternak jantan, membentang dari titik urethra keluar dari ruang pelvis di bagian dorsal sampai dengan pada orificium urethra eksternal pada ujung bebas dari penis. Pada sapi, domba, kambing, dan babi penis mempunyai bagian yang berbentuk seperti huruf “S” (sigmoid flexure) sehingga penis dapat ditarik dan berada total dalam tubuh. Keempat jenis ternak tersebut dan kuda mempunyai musculus retractor penis, yaitu sepasang otot daging licin, jika releks memberikan kesempatan penis untuk memanjang dan jika kontraksi dapat menarik penis ke dalam tubuh kembali.
            Pada kuda glans penisnya tipe vascular, mengandung lebih banyak jaringan erectile dibandingkan dengan glans penis pada domba, kambing, sapid an babi. Jaringan erectile adalah jaringan cavernous (sponge) terletak dalam dua daerah penis, yaitu pada corpus spongiosum penis yang merupakan jaringan cavernouse yang terletak di sekitar urethra, ditutupi oleh musculus bulbospongiosum pada pangkal penis. Kemudian pada corpus cavernosum penis, merupakan sebuah daerah jaringan cavernouse yang lebih besar, terletak di bagian dorsal dari corpus spongiosum penis. Pada mulanya kedua cavernouse tersebut berasal dari musculus ischlocavernouse. Kedua musculus bulbospongiosum dan musculus ischlocavernous adalah otot daging seran lintang yang merupakan musculus skeletal bukan otot daging licin sebagaimana halnya dengan otot-otot daging licin yang pada umumnya ada pada saluran reproduksi ternak jantan maupun betina. Pada saat ereksi penis dari type fibroelastic, diameternya tidak banyak berbeda dengan pada saat releks, tetapi pada penis type vascular, diameternya menjadi lebih besar dibandingkan ketika tidak ereksi.

Menurut tipenya penis dibagi menjadi dua macam  yaitu:

1.   Tipe muskulokavernosus yang terdapat pada golongan anjing, kuda, primata dan sebagainya.
2.   Tipe fibroelastis terdapat pada sapi ,domba, kambing,babi,rusa, dan kerbau.

            Penis mempunyai fungsi sebagai alat kopulasi dan jalan keluar air mani pada waktu ejakulasi dan mendeposisikan air mani pada alat kelamin betina. Permukaan penis terutama kepala penis (glans penis ) sangat kaya dengan syaraf. Oleh karena itu, bagian ini sangat peka terhadap segala rangsangan ,serperti panas, dingin atau sakit.hal ini penting untuk diperhatikan terutama pada waktu pengambilan air mani seekor pejantan dengan memakai vagina buatan. Perlakuan yang kasar dan suhu yang panas atau dingin, demikian pula permukaan yang terlalu kasar dari vagina buatan dapat mengakibatkan terganggunya proses ejakulasi , sehingga air mani yang dihasilkan sangat berkurang. Oleh karena itu, suhu yang tepat dan permukaan vagina yang licin harus diperhatikan dari pengambilan air mani dengan memakai vagina buatan.penis mempunyai persediaan daraah yang besar dan permukaan yang lunak karena itu penis mudah sekal;i terluka dan pendarahan bisa cepat terjadi.  

Preputium 
           Kata prepuce atau preputeum mempunyai arti sama dengan sarung adalah ivaginato dari kulit yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas dari penis. Perkembangan embrionik dari organ ini sama dengan perkembangan dari organ labia minira pada ternak betina. Prepuce dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian prepenile, lipatan luar dan bagian penile, lipatan dalam. Sekitar lubang prepuse ditumbuhi oleh rambut panjang dan kasar. Pada saat penampungan semen dalam program inseminasi buatan, perlu diadakan pencukuran terhadap rambut ini, untuk menjaga agar semen tidak tercemar oleh kotoran yang kemungkinan besar menempel pada rambut tersebut


c)      Skrotum dan kauda spermatikus.
           Scrotum, adalah sebuah kantung dengan dua lobus pembungkus testes, terletak di daerah inguinalis, pada kebanyakan ternak yaitu terletak di antara dua paha kaki belakang. Tersusun atas lapisan luar kulit yang tebal yang mempunyai banyak kelenjar keringat dan kelenjar sebaceae, dilapisi selapis otot yang licin, tunica dartos yang bercampur dengan tenunan ikat.. Kantong skrotum terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan pertama adalah kulit diliputi oleh bulu dan kelenjar keringat di dalamnya. Lapisan kedua adalah tunika dartos yang terletak sangat rapat dengan kulit kecuali  pada bagian dorsal dari kantong skrotum. Lapisan ketiga adalah tunika vaginalis yang mempunyai pelebaran sampai ke peeritoneum dari rongga perut. Tunika vaginalis mempunyai dua lapisan yaitu lapisan viseral yang membungkus testis dan epidididmis, lapisan pariental yang bersatu dengan rongga skrotum. Fungsi skrotum adalah melindungi testis dari gangguan luar, berupa pukulan, panas, dingin, dan gangguan-gangguan mekanis lainnya, fungsi terpenting adalah memcegah menurunnya suhu testis sampai beberapa derajat di bawah suhu tubuh sehingga memungkinkan terjadinya proses spermatogenesis secara sempurna.

d)      Epididimis
          Merupakan saluran eksternal pertama yang keluar dari testes di bagian apeks testis menurun longitudinal pada permukaan testes, dikurung oleh tunica vaginalis dan testis. Epididymis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, caput (kepala), corpus (badan), dan cauda (ekor) epididymis. Caput epididymis, nampak pipih di bagian apeks testis, terdapat 12-15 buah saluran kecil, vasa efferentia yang menuyatu menjadi satu saluran. Corpus epididymis memanjang dari apeks menurun sepanjang sumbu memanjang testis, merupakan saluran tunggal yang bersambungan dengan cauda epididymis. Panjang total dari epididymis diperkirakan mencapai 34 meter pada babi dan kuda. Lumen cauda epididymis lebih lebar daripada lumen corpus epididymis. Struktur dari epididymis dan saluran eksternal lainnya, vas deferens dan urethra adalah serupa pada saluran reproduksi betina. Tunica serosa di bagian luar, diikuti dengan otot daging yang licin pada bagian tengah dan lapisan paling dalam adalah epithelial. 

*Fungsi Epididymis

           Transportasi. Epididymis mempunyai fungsi pertama yaitu sebagai sarana transportasi bagi spermatozoa. Lama perjalanan spermatozoa dalam epididymis pada domba, sapi dan babi bervariasi, masing-masing adalah dari 13-15, 9-11, dan 9-14 hari. Beberapa factor yang menunjang perjalanan spermatozoa dalam epididymis, yaitu diantaranya adalah factor tekanan yang diakibatkan oleh produksi spermatozoa baru dari dalam tubuli seminiferi. Hal ini menyebabkan tekanan pada rete testis, vasa efferentia dan sampai pada epididymis. Gerakan spermatozoa dapat ditimbulkan oleh adanya pemijatan pada testis dan epididymis, hal ini dapat juga terjadi selama ternak memperoleh latihan atau gerak untuk mempertahankan kondisi tubuh yang baik (exercise). Pergerakan spermatozoa dibantu oleh adanya ejakulasi. Selama ejakulasi, kontraksi peristaltic melibatkan otot daging licin epididymis dan tekanan negative yang ditimbulkan oleh kontraksi vas deferens dan urethra menyebabkan spermatozoa dapat bergerak secara aktif dari epididymis menuju dalam vas deferens dan urethra. 
Konsentrasi. Fungsi yang kedua adalah konsentrasi spermatozoa, dimana sewaktu spermatozoa memasuki epididymis bersama cairan asal testis dalam keadaan relative encer, diperkirakan sejumlah 100 juta per millimeter pada sapi, domba dan babi. Dalam epididymis spermatozoa dikonsentrasikan menjadi kira-kira 4 milyar spermatozoa per millimeter. Mekanismenya terjadi karena sel-sel epithel yang ada pada dinding epididymis mengabsorbsi cairan asal testis. Sebagian besar absorbsi cairan ini terjadi pada caput dan ujung proximal dari corpus epididymis.

            Deposisi. Fungsi ketiga, adalah sebagai tempat deposisi (penyimpanan) spermatozoa. Sebagian besar disimpan pada cauda, dimana spermatozoa terkonsentrasi di bagian yang mempunyai lumen besar. Epididymis sapi jantan dewasa berisi antara 50-74 milyar spermatozoa. Viskositas tinggi, pH rendah, konsentrasi CO2 tinggi, ratio K terhadap Na tinggi, pengaruh testosterone, dan factor-faktor lain bergabung membentuk suasana bagi spermatozoa mempunyai laju metabolisme yang rendah dan dapat hidup lama. Spermatozoa tetap dapat hidup dan tetap fertile dalam waktu kira-kira 60 hari dalam epididymis.
            Maturasi. Merupakan fungsi keempat. Hal ini dapat dibuktikan bahwa spermatozoa yang baru saja masuk ke caput epididymis berasal dari vasa efferentia tidak memiliki fertilitas dan juga tidak memiliki motilitas. Spermatozoa setelah melewati epididymis, maka akan memiliki fertilitas dan motilitas. Jika kedua ujung Cauda epididymis diikat, maka diketahui spermatozoa yang berada terdekat dengan corpus menigkat kemampuan fertilitasnya dalam waktu sampai 25 hari, sedangkan spermatozoa yang terdekat dengan vas deferens menurun kemampuan fertilitasnya. Hal ini membuktikan bahwa semakin tua spermatozoa, maka semakin hilang kemampuan fertilnya jika tidak keluar atau bergerak keluar dari epididymis. Sementara spermatozoa dalam epididymis, spermatozoa melepaskan butir protoplasma (cytoplasmic droplet) yang terbentuk pada leher spermatozoa selama spermatogenesis. 

3.1.3. Kelenjar – Kelenjar Tambahan

            Kelenjar – kelenjar tambahan (accessory glands) berada di sepanjang bagian uretra yang terletak di daerah pelvis, mempunyai saluran –saluran yang mengeluarkan sekresi – sekresinya kedalam uretra. Kelenjar – kelenjar tambahan ini terdiri dari kelenjar vasikular, kelenjar, kelenjar prostate dan kelenjar bulbourethral atau kelenjar cowper. Kelenjar – kelenjar ini mempunyai sumbangan besar bagi volume cairan semen. Lebih lanjut diketahui bahwa sekresi kelenjar – kelenjar tambahan ini mengandung sebuah larutan buffers, zat – zat makanan dan substansi lain yang diperlukan bagi motilitas dan fertlitas.
           Kelenjar vesicular. Kelenjar ini di sebut juga sebagai kelenjar seminal vesicles, merupakan sepasang kelenjar yang mempunyai lobuler, mudah dikenali karenamirip segerombol anggur, berbonggol – bonggol. Panjang kelenjar ini sama pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapid an babi yaitu berkisar 13 – 15 cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda, kelenjar vesicular pada sapi mempunyai ketebalan dan lebar hamper separuh dari yang ada pada babi dan kuda. Domba mempunyai kelenjar vesicular jauh lebih kecil, mempunyai panjang kira – kira 4 cm. saluran – saluran ekskretori kelenjar vesicular terletek di dekat bifurcation ampulla dengan uretra. Pada sapi, kelenjar vesicular memberikan sekresinya lebih dariseparuh volume total dari semem dan pada jenis – jenis ternak lainnya rupanya juga sama sebagai mana pada sapi. Sekresi kelenjar vesicular mengandung beberapa campuran organic yang unik, yakni tidak dijumpai pada substansi – substansilain di mana saja ada tubuh. Campuran – campuran anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan sumber energi utama bagi spermatozoa sapid a spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan babi konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar vesikula juga mengandung dua larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate buffer yang penting sekali dalam mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika terjadi perubahan pH semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa.
            Kelenjar Prostate. Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal yang terletak mengelilingi dan sepanjang uretra tepat dibagian posterior dari lubang ekskretoris kelenjar vesicular. Badan kelenjar prostate jelas dapat dilihat pada ternak yang dewasa, pada sapid an kuda dapat di raba melalui palpasi parectal. Pada domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot daging uretra. Ekskresi kelenjar prostate hanya sebagian kecil saja menyusun pada cairan semen pada cairan semen pada beberapajenis ternak yang diteliti. Tetapi beberapa laporan menunjukkan bahwa setidak – tidaknya sumbangan kelenjar prostate sebagaimana substantial kelenjar vesicular pada babi. Kelenjar prostate mengandung banyak ion – ion anorganik, meliputi Na, Cl, dan Mg semuanya dalam larutan.
            Kelenjar Bulbourethral atau Cwoper. Kelenjar bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang terletak sepanjang uretra, dekat dengan titik keluarnya uretra dari ruang pelvis. Kelenjar ini mempunyai ukuran dan bentuk seperti bulatan yang berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih kecil dibandingkan pada babi. Pada sapi terletek mengelilingi otot daging bulbospongiosum. Sumbangannya pada cairan semen hanya sedikit. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa – sisa urine yang ada dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini dapat di lihat sebagai tetes – tetes dari preputilium sesaat sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya mengakibatkan sebagian dari semen babai menjadi menggumpal. Gumpalan ini dapat dipisahkan jika semen babai akan digunakan dalam inseminasi buatan. Selama perkawinan secara alam, gumpalan – gumpalan ini menjadi sumbat yang dapat mencegah membanjirnya semen keluar melalui canalis cervicalis menuju kedalam vagina dari babi betina.





BAB IV
PENUTUP


4.1. KESIMPULAN
1. Organ reproduksi ternak jantan meliputi organ reproduksi p
rimer, organ reproduksi sekunder,       dan organ reproduksi tambahan atau aksesoris.
2. Organ reproduksi primer terdiri dari testis; Organ reproduksi sekunder terdiri dari epididimis, vas defferens/ductus efferent, skrotum, penis; organ reproduksi tambahan/aksesoris terdiri dari vesicula urinaria, kelenjar prostata, kelenjar cowper/bulbo uretralis.
3. Testes pada hewan jantan berebentuk lonjong dan berwarna putih pucat sampai kekuningan. Untuk sapi Bali yang normal panjang dan diameter testesnya mencapai 10 cm, sedangkan ukuran testes pada sapi Brahman normal lebih besar dimana panjangnya 14 cm dan berdiameter 18 cm. Testes berfungsi sebagai  penghasil sperma dan hormon kelamin jantan (testosterone)
4. Vas deferens memiliki warna putih kekuningan sampai krem, akibat pembuluh darah terkadang vas deferens terlihat berwarna kemerah-merahan. Sapi bali yang normal saluran vas deferensnya memiliki panjang 12 cm dengan diameter 1 cm. Untuk sapi Brahman normal panjang 21 cm dan diameter 0,5 cm. Sedangkan untuk sapi Brahman abnormal panjang vas deferens mencapai 23 cm dengan diameter 0,5 cm. Berfungsi untuk menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula pada saat terjadi ejakulasi.
5. Scrotum merupakan lapisan terluar dari testes atau biasa disebut sebagai pembungkus testes yang memiliki struktur kulit yang tipis serta banyak mengandung kelenjar keringat sehingga dapat berfungsi untuk melindungi testes serta mempertahankan suhu testes.
6. Preputium merupakan kulit tipis atau kalup yang merupakan kelanjutan dari kulit abdomen berfungsi untuk yang membungkus atau menutup ujung penis.
7. Kelenjar vesikuler befungsi untuk menghasilkan cairan yang mengandung protein yang tinggi yang digunakan sebagai sumber energi bagi sperma.
8. Kelenjar prostat pada sapi bali normal panjang 3,5 dan diameter 6 cm ; Pada sapi Brahman abnormal panjang 4,5 dan diameter 5,5 cm sedangkan kelenjar prostat pada sapi Brahman normal sulit diidentifikasi karena banyaknya timbunan lemaknya. Kelenjar prostat berdekatan dengan kelenjar vesikuler, berbentuk lonjong serta memiliki warna yang kuning kemerah-merahan. Berfungsi untuk memberikan bau yang khas terhadap semen dan serta mengandung mineral yang tinggi yang digunakan sebagai bahan makanan untuk sperma di dalam semen.
9. Kelenjar Cowpers berfungsi untuk menghasilkan cairan yang akan membersihkan ureter dari sisa-sisa sekresi kedua kelenjar pelengkap yang lainnya serta dari sisa-sisa urine, Kelenjar cowpers berbentuk lonjong dan berwarna kemerah-merahan. Kelenjar ini pada sapi Bali normal panjangnya 1,5 dan berdiameter 1 cm,  pada sapi Brahman  abnormal panjangnya mencapai 7,5 dan diameter 4,5 cm.
MATERI DAN METODE

Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum anatomi dan histologi alat reproduksi betina  adalah pita ukur, gunting bedah, pinset, kamera, mikroskop, kertas kerja dan timbangan analitik.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah preparat basah berupa organ reproduksi sapi betina dan preparat histologi hipofisis, ovarium, uterus danoviduct.

Metode
            Organ reproduksi sapi betina diamati untuk kemudian diketahui fungsi dari masing-masing organ reproduksi sapi betina bangsa Simpo umur 6 tahun Masing-masing bagian organ reproduksi dibedakan, lalu dilakukan pengukuran dengan seksama menggunakan pita ukur pada masing-masing bagiannya
            Semua hasil pengukuran dicatat pada kertas kerja. Organ reproduksi sapi betina yang telah diamati, diketahui fungsi dari masing-masing bagiannya, diukur, lalu diterangkan kembali oleh praktikan. Pengamatan histologi preparat diamati, dibedakan, diketahui fungsi dan digambar bagian-bagian dari alat reproduksi yang diberikan.



4.2. SARAN

    Untuk asisten, sebaiknya pada saat praktikum memperhatikan peraktikan yang sedang bermain-main dan menegurnya. Untuk laboratorium, sebaiknya alat-alat laboratorium dan fasilitas lainnya dilengkapi dan diperbaharui agar kelancaran praktikum berjalan dengan baik.

Daftar Pustaka
 Anonim. 2009.http://yusnia-bio.blogspot.com/2009/04/kelenjar-hipofisis.htmldiakses pada tanggal 07 Desember 2011Blakely, James and David H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4.Gadjah Mada Universuty Press. Yogyakarta.Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung.





DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2009.The Male Reproductive system.http:nongue.gsnu.ac.kr/~cspark/
teaching/chap3.html

Frandson R.D. 1993. Anatomy and Physiology of Farm Animals 6th ed. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.
Marawali, A. 2001. Dasar-Dasar Ilmu reproduksi Ternak. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Pergiruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Kupang.
Nuryadi. 2000. Dasar-dasar Reproduksi Ternak. Malang: Universitas Brawijaya
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Dellmann Dieter .H, & Brown E.M. 1992.BUKU TEKS HISTOLOGI VETERINER.Jakarta. UI Press.

Salisbury, G.M. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Toelihere, Mozes R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada ternak. Angkasa; Bandung


1 comment: