Friday, 8 January 2016

PENGOLAHAN  KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Krisis energi yang melanda negeri ini diperkirakan masih akan berlangsung beberapa tahun ke depan. Di tengah persoalan tersebut, pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi solusi alternative. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat pennulisan, metode penyelesaian, dan sistematika penulisan tentang penggunaan biogas sebagai pengganti BBM untuk penghasil energi.
1.2 Tujuan Penulisan
Mengetahui pengertian biogas, mengetahui kandungan yang terdapat dalam biogas, mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki biogas. mengetahui cara pemanfaatan dan pengolahan biogas.
1.3 Manfaat Penulisan
 Dapat mengetahui perbedaan biogas dengan sumber enrgi bahan bakar lainnya, dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki biogas, dapat mengetahui cara megolah biogas, dapat menambah wawasan. dapat membantu memecahkan masalah akibat kelangkaan BBM sebagi sumber energi, dapat memotivasi untuk menghasilkan teknologi tepat guna dalam rangka membantu pemerintah untuk menghemat energi.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Teknologi biogas adalah suatu teknologi yang dapat digunakan dimana saja selama tersedia limbah yang akan diolah dan cukup air.( http://www.energi.lipi.go.id )

III.PENGENALAN BIOGAS
3.1 Pengertian Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Komponen biogas antara lain ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, & H2S. Nilai  kalori dari 1 m3 biogas sekitar 6000 watt jam, setara dengan setengah liter minyak diesel. Biogas mengandung 75% metana oleh karena itu biogas bisa digunakan untuk menggantikan gas alam. Dengan demikian jumlah gas alam bisa dihemat.

3.2 Pengolahan Limbah Peternakan Sapi Menjadi Biogas
Pada prinsipnya teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri metan sehingga dihasilkan gas metan. Proses fermentasi memerlukan kondisi tertentu seperti rasio C : N, temperatur, keasaman juga jenis digester yang dipergunakan. Kondisi optimum yaitu pada temperatur sekitar 32 – 35°C atau 50 – 55°C dan pH antara 6,8 – 8 . Pada kondisi ini proses pencernaan mengubah bahan organik dengan adanya air menjadi energi gas.
Pembentukan biogas meliputi tiga tahap proses yaitu:
  1. Hidrolisis
  2. Pengasaman
  3. Metanogenik
Biogas yang dihasilkan dapat ditampung dalam penampung plastik atau digunakan langsung pada kompor untuk memasak, menggerakan generator listrik, patromas biogas, penghangat ruang/kotak penetasan telur dan lain sebagainya.Untuk memanfaatkan kotoran ternak sapi menjadi biogas, diperlukan beberapa syarat yang terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan sumber daya manusia. Bila faktor tersebut dapat dipenuhi, maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas sebagai penyediaan energi di pedesaan dapat berjalan dengan optimal.
3.3 Kandungan Biogas
3.4 Manfaat Dan Kekurangan Biogas
1. Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar.
2. Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidak mengeluarkan asap.
3. Kandang hewan menjadi semakin bersih karena limbah kotoran kandang langsung dapat      diolah, dll
Adapun kekurangannya adalah          :
1.  Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi biogas.
2.  Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai terutama dalam proses produksi.
3. Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung,dll

IV. KESIMPULAN
Biogas merupakan sistem teknologi penghasil energi dengan menggunakan bahan baku kotoran atau sampah organik. Menerapkan sistem fermentasi bakteri diciptakanlah alat biogas yang dapat dipergunakan sebagai penghasil energi dan pembangkit listrik. Bahan yang mudah didapatkan dan biaya yang tidak mahal sangat membantu masyarakat dalam menyelasaikan permasalahan ekonomi khususnya dengan naiknya harga BBM.

V.DAFTAR PUSTAKA

Di uduh dari http://www.energi.lipi.go.id minggu 22 april 2012
Metabolisme Karbohidrat Ternak Ruminansia

Menurut kamus besar bahasa indonesia edisi ketiga, metabolisme merupakan suatu rangkaian pertukaran zat pada organisme yang meliputi proses fisika dan kimia.
Metabolisme ini tediri dari dua rangkaian proses, yakni katabolisme dan anabolisme. Katabolisme merupakan proses penguraian senyawa komplek s menjadi senyawa yang lebih sederhana, sedangkan anabolisme merupakan proses pembentukan senyawa kompleks dari senyawa yang sederhana.

Proses metabolisme karbohidrat  pada hewan ruminansia (poligastrik) berlangsung didalam umen. Karbohidrat ini merupakan golongan polisakarida yakni serak kasar (selulosa). Di dalam rumen, karbohidrat difermentasi oleh mikroba menjadi piruvat.


Kemudian asam piruvat yang dihasilkan akan diubah menjadi VFA, CO2, dan CH4.
VFA (Volatil Fatty acid) atau asam lemah terbang atau asam lemak rantai pendek  inilah yang akan diserap melalui dinding drumen sehingga menjadi sumber energi bagi ternak ruminansia.  Komponen dari VFA yang dihasilkan antara lain adalah :
         Acetat             65-70%
         Propionat         20-25 %
         Butirat             10 %
Sedangkan hasil fermentasi berupa CO2 dan CH4 akan diserap juga melalui dinding rumen ke darah dan dikeluarkan melalui pernafasan, sendawa, dan urin.

manajemen perkawinan ternak

A.  Pubertas
Proses reproduksi pada ternak baru dapat berlangsung sesudah ternak tersebut mencapai dewasa kelamin, atau biasa disebut dengan pubertas.  Pubertas adalah suatu indikator bahwa hewan sudah mempunyai kemampuan untuk kawin.  Pubertas terjadi sebelum seekor ternak mencapai dewasa tubuh atau body maturity yang dicapai apabila bobot badan sudah mencapai 50-70 persen dari bobot badan dewasa.
Pada ternak jantan, pubertas dicapai apabila androgen dan sperma telah diproduksi, organ-organ reproduksi telah masak, penis telah terbebas dari selubung dan ternak tersebut mengawini betina dan betina tersebut dapat bunting. 
Pada ternak betina pubertas adalah umur dimana terjadi berahi pertama disertai dengan ovulasi secara spontan.  Satu atau lebih ovulasi tenang dapat terjadi sebelum ternak betina menunjukkan tanda-tanda berahi yang berhubungan dengan ovulasi.  Frekuensi ovulasi tenang ini sangat tergantung dari efisiensi estrus secara luas.  Umur berahi pertama pada ternak betina bervariasi, pada umumnya disebabkan karena perkawinan dan perbedaan laju pertumbuhan. 
Diantara banyak faktor yang mempengaruhi umur tercapainya pubertas adalah bangsa ternak dan keadaan pakan atau nutrisi.  Pada tingkat nutrisi yang rendah dan laju pertumbuhan yang lambat, pubertas dapat terhambat beberapa minggu, sedang tingkat konsumsi nutrisi yang tinggi akan mempercepat pubertas.  Musim dapat pula mempengaruhi tercapainya umur pubertas.

Pada sapi-sapi potong yang ada di Indonesia, pubertas terjadi pada umur antara 11 – 15 bulan.  Untuk sapi-sapi Zebu biasanya terjadi pada umur 18 – 24 bulan, pada sapi-sapi Eropa dicapai pada umur 16 – 18 bulan.
Pubertas babi jantan dicapai pada umur 5 – 8 bulan, babi jantan muda sebaiknya dibiarkan mencapai umur 8-9 bulan sebelum dipakai untuk mengawini betina.  Seekor babi betina mencapai pubertas pada umur sekitar 5 -8 bulan, dan umur yang dianjurkan untuk perkawinan pertamanya adalah 8-10 bulan. 
Domba dan kambing mencapai pubertas tergantung pada bangsanya, pada umumnya umur 6 – 8 bulan.  Ternak jantan sebaiknya mulai dipakai sebagai pemacek diatas satu tahun.

B.  Estrus atau berahi pada ternak
Sejak tercapainya pubertas, terjadilah berahi pada ternak yang tidak bunting, menurut suatu siklus yang ritmis dan khas bagi jenis-jenis ternak tertentu.  Interval antara satu periode estrus ke periode berikutnya disebut siklus estrus.  Sapi, kerbau, domba, kambing dan babi termasuk hewan poli estrus, karena siklus estrusnya berkesinambungan; musim atau iklim tidak mempengaruhi terjadinya siklus estrus ini.  Pada ternak jantan, siklus berahi tidak ada, pada umumnya pejantan selalu bersedia menerima ternak betina untuk aktivitas reproduksi.
Perkawinan dapat berhasil apabila ternak betina yang dikawinkan dalam keadaan berahi (estrus).  Estrus adalah suatu fase dalam siklus berahi dimana ternak betina bersedia atau mau menerima pejantan untuk aktifitas reproduksi.

Adapun tanda-tanda munculnya estrus pada ternak adalah :
  1. Ternak tampak gelisah
  2. Nafsu makan turun
  3. Mencoba menunggangi dan diam bila dinaiki ternak lain
  4. Sering mengibas-ngibaskan ekor dan sering kencing
  5. Vulva kelihatan bengkak, merah dan hangat
  6. Keluar lendir transparan dari servik yang mengalir melalui vulva dan vagina.
Dibandingkan dengan ternak sapi, tanda-tanda berahi pada kerbau hampir tidak diketahui dan sulit ditentukan.  Cara yang paling tepat untuk menentukan apakah berbau betina tersebut berahi atau tidak dapat digunakan kerbau jantan untuk mendeteksinya.  Tanda-tanda berahi yang tidak nyata tersebut tidak menyulitkan peternak, karena perkawinan kerbau pada umumnya berlangsung di padang penggembalaan dimana kerbau jantan leluasa memilih betina-betina yang sedang berahi.
Lama berahi dan siklus berahi pada berbagai jenis ternak berbeda-beda.  Untuk ternak sapi siklus berahi datang sekali dalam 18-24 hari, dengan rata-rata 21 hari, sedang lama berahi berkisar 6-30 jam, dengan rata-rata 17 jam dan ovulasi terjadi 9-11 jam setelah selesainya estrus.
Kerbau betina memperlihatkan siklus berahi yang normal selama kurang lebih tiga minggu.  Di Indonesia, siklus berahi pada kerbau Lumpur berkisar antara 17-29 hari, dengan rata-rata 21,53 hari.  Lama berahi ternak kerbau lebih lama daripada sapi, yaitu berkisar antara 24-36 jam, dengan rata-rata 17,65 jam.
Lama siklus berahi normal pada domba berkisar antara 14-19 hari, dengan rata-rata 17 hari, lama berahi pada domba-domba lokal di Indonesia berkisar antara 24-48 jam, dengan rta-rata 35,5 jam.

Lama berahi pada kambing 24-45 jam.  Berahi akan terulang lagi sekitar 19 hari kemudian (apabila tidak dikawinkan atau gagal bunting).
Siklus berahi pada babi mencapai 19-23 hari, dengan rata-rata 21 hari, berahi berlangsung antara 1-4 hari, dengan rata-rata 2-3 hari.
Salah satu faktor yang penting dalam perkawinan adalah deteksi berahi, oleh karena itu pengetahuan tentang tanda-tanda berahi, siklus berahi dan ovulasi menjadikan hal yang penting untuk dikuasai. 
Secara umum deteksi berahi pada ternak dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
  1. Tradisional; yaitu pengamatan berahi didasarkan pada timbulnya berahi secara alami, tanpa adanya campur tangan manusia
  2. Semi tradisional; telah ada campur tangan manusia, misalnya menggunakan pejantan pengusik.  Umumnya dilakukan oleh peternak yang memiliki jumlah ternak diatas 10 ekor.
  3. Modern; pengamatan telah menggunakan peralatan dan telah mengikutsertakan manusia dalam pengamatannya.



C.  Perkawinan
Perkawinan merupakan bagian dari rentetan kegiatan dalam proses reproduksi.  Perkawinan adalah suatu usaha untuk memasukkan sperma ke dalam alat kelamin betina.
Perkawinan yang lazim digunakan pada ternak ada dua, yaitu :
a.  Perkawinan Alam
Perkawinan hanya mungkin terjadi antara ternak jantan dengan ternak betina yang berahi, dimana ternak betina mau menerima ternak jantan.  Perkawinan alam ini tidak diragukan keberhasilannya, karena semen yang diejakulasikan tanpa pengenceran dan didesposisikan pada “portiovaginalis services” atau mulut servic.

b.  Perkawinan buatan (kawin suntik /IB)
Semen dimasukkan kedalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan alat buatan manusia.  Perkawinan memungkinkan pertemuan spermatozoa dengan sel telur, sehingga perlu diperhatikan saat-saat ovulasi pada hewan betina agar perkawinan tepat pada waktunya.

Ada tiga macam perkawinan yang dapat terjadi pada ternak, yaitu:
a.  In breeding, adalah perkawinan yang dilakukan antar saudara yang
     mempunyai hubungan keturunan dekat
b.  Grading up, adalah perkawinan antara pejantan unggul dengan sapi
     lokal yang diarahkan pada keturunan pejantan
c. Cross breeding, adalah perkawinan antara dua bangsa yang telah
     diketahui dengan seksama masing-masing kemampuan produksinya.

Cara pengaturan perkawinan dapat dilakukan dengan pengaturan sepenuhnya oleh manusia yang disebut “hand matting”, yaitu pemeliharaan sapi jantan dan betina dipisah, apabila ada betina yang berahi baru diambilkan pejantan untuk mengawininya, atau dilakukan Inseminasi Buatan (IB).  Cara lain adalah “pastura matting”, yaitu sapi-sapi jantan dan betina dewasa pada musim kawin dilepas bersama-sama.  Apabila terdapat sapi yang berahi, tanpa campur tangan manusia atau pemilik akan terjadi perkawinan.
Untuk melaksanakan perkawinan perlu diperhatikan waktu yang setepat-tepatnya agar sapi betina dapat menjadi bunting atau terjadi konsepsi.  Saat optimum untuk terjadinya konsepsi pada ternak sapi adalah pertengahan estrus sampai akhir estrus.

Jika terlihat gejala berahi pagi hari, maka inseminasi/perkawinan harus dilakukan paling lambat sore hari itu juga.  Apabila terlihat gejala berahi pada sore hari, maka perkawinan paling lambat dilakukan esok hari berikutnya.  Waktu perkawinan/inseminasi pada sapi  dianjurkan tidak melebihi 4 jam sebelum ovulasi berakhir.

Sistem perkawinan pada ternak domba/kambing selama ini adalah perkawinan secara alam, sedangkan perkawinan secara IB belum lazim dilaksanakan.  Secara ekonomis perbandingan jumlah ternak jantan sebaiknya setiap ekor pejantan untuk 20-25 ekor betina.
Dengan manajeman perkawinan yang baik, ternak domba dan kambing dapat melahirkan setiap 8 atau 9 bulan sekali.  Hal ini dapat dicapai dengan penyapihan anak pada umur 3-4 bulan, walaupun pada umur dua bulan induk sudah dapat dikawinkan kembali.
Waktu yang baik untuk mengawinkan domba/kambing adalah 12-18 jam setelah terlihat tanda-tanda pertama berahi.  Betina yang berahi disarankan dicampur dengan pejantaan dalam satu kandang, untuk menghindari kegagalan perkawinan.
Pada babi betina, perkawinan dapat dilakukan antara 12-30 jam setelah tampak estrus, tetapi untuk babi induk yang durasi estrus sampai terjadinya ovulasi lebih panjang, maka saat perkawinan dapat dilakukan 18-36 jam setelah estrus tampak.
Babi jantan dewasa (umur lebih dari 10 bulan) dapat dikawinkan 6 kali perminggu tanpa menunjukkan kejelekan fertilitas, sedangkan pada  pejantan muda (umur 6-7 bulan) dimana testisnya masih kecil dikawinkan 2 kali perminggu.
Babi induk setelah anaknya disapih dapat dipercepat estrusnya bila kontak langsung dengan pejantan.  Pengandangan induk yang menyusui dekat pejantan juga dapat mempercepat estrus.
Setelah pejantan muda mencapai pubertas (umur 6-10 bulan) harus dikandangkan dekat dengan kandang babi dara atau induk.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa babi jantan yang terisolir dari babi dara atau induk menyebabkan service performannya tertekan dan akhirnya penggunaan pejantan untuk mengawini betina juga terlambat.   Oleh karena itu disarankan pemeliharaan babi pejantan muda bersama-sama dengan babi dara atau induk yang dalam kategori aktif untuk tujuan dipotong.



manajemen kesehatan ternak

Penyakit adalah sesuatu penyimpangan atau variasi keadaan kesehatan normal atau suatu keadaan abnormal dari struktur atau fungsi yang berubah pada jaringan tubuh.  Karena kondisi bagian tubuh ini tidak normal maka ternak tidak dapat menjalankan fungsi produksi maupun reproduksinya.
Seekor ternak dikatakan sakit apabila sel-sel dan jaringan tubuh  tidak dalam keadaan normal baik fungsi maupun strukturnya.  Apabila sel dan jaringan tubuh tidak menyimpang dari fungsi dan strukturnya, maka ternak tersebut dikatakan sehat.
Berbagai jenis penyakit ternak sering berjangkit di Indonesia, baik yang menular maupun yang tidak menular.  Penyakit menular yang berjangkit pada umumnya menimbulkan kerugian besar bagi peternak, bisa mencapai jutaan rupiah.  Penyakit menular sungguh merupakan ancaman bagi peternak.  Walaupun penyakit menular tidak langsung mematikan, akan tetapi bisa merusakkan kesehatan ternak secara berkepanjangan, mengurangi pertumbuhan, dan bahkan menghentikan pertumbuhan sama sekali.
Penyakit menular timbul karena serangan jasad renik atas tubuh hewan.  Kebanyakan jasad renik ini mengeluarkan racun (toksin), yang tentu saja bisa merusakkan jaringan tubuh penderita, menghancurkan alat-alat tubuh dan menimbulkan kematian.  Jasad renik tadi pada umumnya masuk ke dalam tubuh hewan melalui lubang-lubng tubuh, seperti mulut, hidung, alat kelamin, kulit yang luka, lecet atau akibat gigitan serangga dan kutu.
Dalam hal ini peternak dituntut harus tahu masalah-masalah kedokteran hewan.  Mereka perlu ditumbuhkan minatnya dalam usaha pencegahan dan pembasmian penyakit-penyakit yang biasa berjangkit di daerahnya sesuai petunjuk dinas yang terkait, sebab kesemuanya menyangkut kepentingan umum, bukan kepentingan pribadi semata.
Dalam usaha pemeliharaan dan peningkatan perkembangannya maka ternak harus dilindungi dari kerugian yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyakit serta adanya beberapa penyakit ternak yang dapat menular ke tubuh manusia.  Dalam usaha pengembangbiakan ternak, perawatan ternak merupakan salah satu unsur yang tidak boleh diabaikan termasuk di dalamnya pencegahan, penjagaan dan pengobatan penyakit.  Demikian pula untuk ternak yang dibesarkan sampai siap dipotong. 
Perlu ditanamkan pengertian bahwa mencegah timbulnya penyakit merupakan tindakan yang bijaksana daripada mengobatinya.
Usaha mencegah penyakit mutlak harus dilakukan demi keberhasilan suatu usaha peternakan.  Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara sanitasi kandang dan lingkungan, pemberian pakan yang berkualitas dan kuantitas sesuai kebutuhan ternak dan vaksinasi.
Berdasarkan sifatnya penyakit dapat digolongkan menjadi penyakit menular dan tidak menular.  Penyebab penyakit menular adalah organisme seperti virus, ricketsia, bakteri dan jamur.  Penyakit yang tidak menular terutama berhubungan dengan makanan seperti kurang mineral, tanaman beracun dan racun.  Pencegahan dilakukan dengan cara mencegah kemungkinan cara-cara penularan penyakit secara umum.  Vaksinasi merupakan pencegahan penyakit yang terbaik bagi penyakit-penyakit menular.  Kita harus hati-hati dalam membeli dan meninjau ternak.  Ternak harus sehat secara klinis dan dari sejarahnya, dan berasal dari kelompok ternak yang sehat-sehat.
Jalur pemindahan penyakit pada ternak antara lain melalui :
1.      Kontak langsung antara ternak yang sakit dengan ternak yang sehat (misalnya : kudis)
2.      Kontak melalui makann dan air minum (misalnya : keracunan)
3.      Kontak dengan benda mati yang strukturnya terkontaminasi akibat ternak sakit (misalnya : lantai kandang yang kotor dapat menyebabkan mencret/disentri)
4.      Kontak dengan tanah (misalnya Ascaris suis)
5.      Infeksi melalui udara (misalnya : pneumonia)
6.      Kontak dengan hewan lain (misalnya : leptospirosis)

Pencegahan penyakit pada ternak secara umum dapat dilakukan antara lain dengan cara :
1.      Meminimalkan penambahan stok ternak dari luar
2.      Hindari pembelian ternak dari berbagai sumber industri peternakan yang belum diketahui status kesehatan ternaknya
3.      Pengunjung ke peternakan seminimal mungkin, bila diijinkan masuk ke peternakan harus memakai sepatu bot dan baju penutup yang telah bebas dari kuman penyakit
4.      Kotoran ternak tidak menumpuk di kandang
5.      Ternak yang mati segera dibakar atau dikubur yang dalam dan ditutup dengan kapur
6.      Kandang sebelum ditempati ternak harus didesinfektan dahulu.


Dalam usaha pengembangan peternakan perlu diperhatikan faktor-faktor yang erat kaitannya dengan kesehatan ternak, antara lain : 
1.      Tatalaksana atau manajemen pemeliharaan.  Hal yang berkaitan dengan ini adalah perlu menentukan pola peternakan yang seusai dengan keadaan lingkungan yaitu sistem ketatalaksanaan, pakan, kesehatan, penyediaan air minum dsb
2.      Pemberian pakan.  Pemberia pakan yang kurang dari segi kualitatif maupun kuantitatif dapat mempengaruhi ternak yang berfifat :
a.       Langsung : akan menyebabkan penyakit defisiensi
b.      Tidak langsung : menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh
3.      Keturunan.  Dapat mempengaruhi munculnya penyakit, misalnya : penyakit Abortus bang (keguguran)
4.      Isolasi/karantina.  Dapat membantu mencegah menularnya suatu penyakit
5.      Vaksinasi.  Dapat membantu mencegah tertularnya suatu penyakit
6.      Pengobatan .  Perlu dihindari pemakaian obat dengan dosis berlebihan
7.      Diagnosa.  Untuk membuat diagnosa perlu diketahui :
a.       Riwayat ternak
b.      Tanda-tanda penyakit
c.       Pemeriksaan /bedah bangkai
8.      Lingkungan.  Mempunyai efek yang menguntungkan atau sebaliknya yang merugikan agen penyekit, menambah atau mengurangi stress
9.      Tindakan kebersihan atau hygiene.  Dijaga agar kandang :
a.       Selalu kering
b.      Tidak dingin
c.       Cukup sinar matahari
d.      Peralatan harus bersih
10.  Pemusnahan hewan pembawa penyakit.  Hewan yang diperkirakan tidak dapat diobati sebaiknya dimusnahkan saja.


B.  Jenis-jenis Penyakit

Penyakit yang menerang ternak pada dasarnya disebabkan oleh :
  1. Virus
  2. Bakteri
  3. Parasit :
    1. Ekto parasit
    2. Endo parasit

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus :

1.      Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
Disebut juga Foot and Mouth Disease (FMD) atau                                Apthae epizooticae (AE)
Penyakit ini disebabkan oleh Picorna virus dan penularannya dapat terjadi dengan cara kontak langsung dengan bagian tubuh ternak yang terluka.  Penyakit ini mempunyai masa inkubsi 3-4 hari.

Tanda-tanda penyakit :
a. Demam sampai 40-41oC
b. Selaput lendir yang terdapat pada mulut, ppi, gusi dan permukaan lidah melepuh berisi cairan jernih.  Mulut kuku dan gusinya luka.

Pencegahan penyakit :
a.  Ternak yang sakit jangan dicampur dengan ternak yang sehat
b.  Alat dan benda yang tercemar harus disuci hamakan
c.  Dilakukan vaksinasi secara teratur setiap 6 bulan sekali.


2.  Rinder Pest
Penyakit ini disebabkan oleh Paramycxo virus dan penularannya dapat terjadi dengan cara kontak langsung dengan bagian tubuh ternak yang terluka.  Masa inkubasi 3-9 hari.
Tanda-tanda penyakit :
a.  Demam tinggi
b.  Terdapat bintik merah dalam kulit
c.   Sering diarrhea
Pencegahan penyakit : vaksinasi rutin

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh Bakteri :
1.  Penyakit ngorok
= Septicaemia epizooticae (SE) / Haemorhagic Septicaemia (HS)
Penyakit ini disebabkan oleh Pasteurrela multicida dan penularannya dapat terjadi karena kontak langsung melalui makanan dan minuman yang tercemar.
Defisiensi vitamin, mineral, cacingan dan kelelahan dapat menyebabkan penyakit ini.  Tenak yang kondisi tubuhnya lemah muda terserang penyakit ini.  Penyakit ini dapat terjadi secara akut atau kronis. 
Tanda-tanda penyakit :
a.  Kepala, leher, anus dan vulva membengkak
b.  Mata meradang dan air mata keluar berlebihan
c.  Demam dan terjadi gangguan pencernaan
  1. Mengeluarkan suara ngorok
Pencegahan penyakit :
  1. Vaksinasi secara tertatur
  2. Pakan yang cukup
  3. Pemberantasan parasit di tubuh ternak

2.  Anthrax (radang limpha)
Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthraxis dan penularannya melalui kontak langsung dengan air minum dan makanan tercemar, ekskresi, udara.  Disamping itu juga dapat melalui serangga penghisap, mamalia ataupun burung.  Sumber penyakit ini adalah tanah dan rumput yang tercemar/terkontaminasi spora Bacillus anthraxis.  Masa inkubasi : 1-2 minggu.  Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi dan kekebalan akan timbul 10-15 hari yang berlangsung selama satu tahun.
Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan :
  1. Vaksinasi pada saat tidak sedang berjangkit penyakit anthrax
  2. Ternak yang diduga sakit disuntuk serum, setelah 14 hari divaksin
  3. Ternak yang sakit diberi suntikan serum
  4. Ternak yang mati, dikubur dalam-dalam dan ditaburi kapur.
Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif pada stadium penularan atau pada kasus-kasus yang tidak aktif.

3.  Keguguran (keluron)
= Contagion Abortus/Abortus Bangs/Bangs Desease
Penyakit ini disebabkan oleh Brucella multicida
Penularannya melalui :
  1. Makanan dan minuman yang tercemar getah radang vagina
  2. Kelenjar mamae
  3. Perkawinan
Keguguran biasaanya terjadi pada 2-4 bulan setelah infeksi dan terjadi pada bunting ke 3 kalinya.
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan : vaksinasi dan kekebalan akan timbul sempurna 1 bulan setelah vaksinasi untuk jangka waktu 2-3 kali masa bunting.
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh Parasit:

1.  Distomatosis (Fasciolasis)
Penyakit ini disebabkan oleh cacing yang disebut Fasciola hepatica atau Distonum hepatica.
Tanta-tanda penyakit :
  1. Kondisi badan ternak jelek, bulu kasar dan diarrhea
  2. Bila perut diraba terasa sakit
  3. Ternak selalu memisahkan diri dari kelompoknya
  4. Ternak cepat lelah, kurus, selaput lendir pucat.
Tindakan pencegahan :
Dilakukan pemberantasan siput air tawar, karena siput sebagai hospes intermedier atau vektor atau induk semang.  Pemusnahan hospes intemedier ini dimaksudkan untuk memutuskan siklus hidupnya. 
Pemberantasan dapat dilakukan dengan cara :
  1. menjaga dan memperbaiki pengairan
  2. kebersihan kandang

Hal-hal yang perlu diperhatikan :
  1. Memperhatikan dan meneliti tanda-tanda infeksi cacing hati secara teratur pada setiap ternak
  2. Dilakukan pemeriksaan faeces ternak secara rutin di setiap kelompoknya
  3. Dilakukan Pengontrolan siput air tawar secara rutin
  4. Drainage kandang harus baik
  5. Mengeringkan air yang tergenang di kandang
  6. Setiap pemasukan atau pembelian terbak harus diuji faecesnya untuk mengetahui ada tidaknya cacing hati. 

2.  Surra
Penyakit ini bersifat akut atau menahun (kronis). 
Penyebabnya adalah Trypanosoma evansi.
Tanda-tanda penyakit :
a.       Demam pada awal sakit
b.      Kulit di bawah perut bengkok
c.       Ternak berputar-putar
d.      Air kencing berwarna kehitam-hitaman
Pencegahan :
a.       Memusnahkan caplak dari semak-semak
b.      Mengeringkan tempat-tempat yang lembab

3.  Kudis (buduk)
Adalah penyakit akibat infeksi parasit kulit. 
Tanda-tanda klinis adalah kerak-kerak pada kulit.  Ternak selalu menggesek-gesekkan bagian tubuh yang terkena kudis.  Bulu rontok serta kult menjadi tebal dan kaku.  Pada infeksi yang ringan biasanya kudis terlihat local pada daerah kaki, ambing dan telinga. Pada infeksi yang berat, seluruh permukaan tubuh dapat terserang kudis. 
Pengobatan dilakukan dengan cara memberikan obat suntikan IVOMEC, atau belerang campur oli bekas atau insektisida.  Sebelum diobati, ternak dimandikan agar bersih, digosok dengan sabun dan dijemur.  Ternak ditempatkan pada kandang terpisah.  Pengobatan diulang setiap 3 hari sampai sembuh.  Insektisida diencerkan menjadi 0,1 % (1 ml basudin ditambah 1 liter air).  Bila kudis pada seluruh tubuh, ternak dapat diredam secara hati-hati, kemudian dijemur.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak tubuh dengan ternak kudisan, dan kandang  bekas ternak kudisan dibersihkan/dosemprot dengan insektisida.

Kasus-kasus penyakit pada sapi :
1.  Penyakit kembung (bloat)
Bloat adalah salah satu penyakit yang sering menyerang ternak sapi.  Penyakit ini ditandai dengan keadaan rumen yang mengembang, membesar akibat kelebihan gas yang tidak bsa cepat keluar.  Kasus bloat semacam ini banya dialami oleh sapi yang merumput di lapangan penggembalaan yang masih basah karena embun pagi, sapi yang makan bji-bijian gilingan terlalu banyak tetapi kurang mendapat hijauan yang berserat kasar tinggi, serta sapi yang terlalu banyak makan hijauan jenis leguminosa.
Tanda-tanda bloat :
a.       Lambung sebelah kiri membesar dan kencang
b.      Lambung kiri tersebut bila diketuk dengan jari berbunyi seperti drum
c.       Pernafasan terganggu dan bekerja berat
Tindakan yang perlu dilakukan :
  1. Tidak amemberi pakan leguminosa berlebihan (maksimal 50%)
  2. Tidak menggembalakan ternak terlalu pagi atau di lapangan basah
  3. Tidak memberi pakan biji-bijian tanpa diimbangi hijauan berserat kasar tinggi.

2.  Belatungan (miasis)
Miasis adalah akibat luka yang diinfeksi oleh lalat, sehingga lalat berkembang biak (bertelur) dan menghasilkan larva (belatung).  Tanda klinis terlhat jelas adanya belatung.
Pengobatan dilakukan dengan cara membersihkan belatung dengan insektisida.  Dapat juga dengan obat gusaneks, kapur barus yang dihancurkandan tembakau, kemudian luka diperban dan pengobatan diulang 2-3 kali.  Pemberian yodium tentur dapat dipakai untuk mempercepat peyembuhan.
Pencegahan dilakukan dengan mengurangi adanya lalat di kandang dan menghindarimluka.  Adanya darah mengundan lalat untuk hinggap dan bertelur, sehingga bila ada darah harus dibersihkan, mislnya darah setelah melahirkan.

3.  Radang susu (Mastitis)
Disebabkan infeksi kuman pada sel kelenjar susu. Tanda klinis yaitu ambing mebengkak dan kemerahan, panas dan kesakitan.  Bila diperah, air susu dapat berwarna pucat, kuning tua, kehijauan atau kemerahan.  Pengobatan dengan cara memberikan anti biotik suntikan ke dalam otot/ambing melalui putting susu.  Sebelum menyuntikkan antibiotik, air susu diperah dulu smapai habis.  Pencegahan dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kandang sebelum dan setelah pemerahan.  Daerah di sekitar ambing/putting dibersihkan.

4.  Demam susu (milk fever)
Adalah kelainan pada induk bunting yang ada hubungannya dengan proses kelahiran dimana tingkat ion kalsium darah ada di bawah batas normal. 
Tanda klinis berupa gerakan-gerakan yang tidak terkontrol (berjalan kaku, sempoyongan, tubuh bergetar), lemah, gelisah dan pernafasan cepat.  Ternak biasanya berbaring sambil menengokkan kepala ke arah anggota tubuh bagian belakang.  Suhu tubuh biasanya normal.  Bila tidak dilakukan pertolongan dapat mengakibatkan kematian.







Dari tahun ke tahun ribuan ternak menjadi korban penyakit radang limpha (anthrax), ribuan ternak lainnya terkena serangan penyakit mulut dan kuku, penyakit surra dan sebagainya.
Sehubungan dengan hal itu peternak harus mengetahui penyebab gejala, dan serangan berbagai jenis penyakit, serta tata cara pencegahan dan pembasmiannya.  Beberapa penyakit yang biasa berjangkit di Indonesia antara lain sebagai berikut :
1.  Radang Limpa (Anthrax)
Gejala :
-          Suhu tubuh biasanya sangat tinggi, tetapi sesudah tiga hari turun
-          Nafsu makan hilang sama sekali
-          Pada awalnya penderita sulit buang kotoran (konstipasi), tetapi kemudian menjadi diare, kotoran bercampur air dan darah
-          Kadang-kadang darah juga keluar dari mulut, hidung dan vulva
-          Kematian ternak akibat anthrax bisa terjadi di mana saja dan pada sembarang waktu.

Penyebab :
Penyebabnya adalah bakteri Bacillus anthracis.  Bakteri ini bentuknya panjang, terbungkus kapsul.  Pada kondisi kurang menguntungkan, bakteri ini akan membentuk spora untuk melindungi dirinya, sehingga ia mampu bertahan hidup dalam segala cuaca dalam waktu bertahun-tahun.  Ia juga bisa hidup pada suasana anaerob, sehingga apabila mereka terbenam dalam lapisan tanahpun tetap bisa bertahan hidup;  pada saat tanah tergenang air, dicangkul atau dibajak, mereka akan terangkat ke atas.

Bakteri ini kecuali berinfeksi pada hewan, juga bisa mnular pada manusia, sebab bakteri ini termasuk zoonosis, yakni jenis penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya.  Untuk membasmi spora ini, diperlukan panas bersuhu 90oC selama 45 menit dan 100oC selama 10 menit.

Perkandangan sapi potong

Kandang sebagai tempat tinggal ternak sepanjang waktu harus diperhatikan oleh peternak.  Peternak harus sadar bahwa kehidupan ternak sepenuhnya berada dibawah pengawasan manusia, dan segala kebutuhan hidup mereka juga dibawah pengaturan dan tanggung jawab peternak itu sendiri.  Perlindungan terhadap lingkungan yang mereka hadapi seperti terik matahari, hujan, angin kencang dan sebagainya yang menimpa ternak harus menjadi pemikiran peternak. 
Bangunan kandang sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternak harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman, sesuai dengan tuntutan hidup mereka.  Jadi bangunan kandang diupayakan pertama-tama adalah untuk melindungi ternak dari gangguan kuar yang merugikan, baik terhadap sengatan terik matahari, kedinginan, kehujanan, tiupan angin kencang dan lain-lain. 
Selain itu, kandang yang dibangun  harus bisa menunjang peternak, baik dalam segi ekonomis maupun segi kemudahan dalam pelayanan.  Dengan demikian diharapkan bahwa dengan adanya bangunan kandang ini ternak tidak berkeliaran di sembarang tempat dan kotorannyapun dapat dimanfaatkan seefisien mungkin.

Fungsi kandang dalam usaha peternakan pada umumnya adalah :
1.        Untuk menghindari ternak terhadap lingkungan yang merugikan dari angin kencang, air hujan dan terik matahari
2.        Untuk mempertahankan kehangatan di dalam kandang pada waktu malam hari atau pada waktu cuaca dingin
3.        Mempermudah tatalaksana
4.        Mempermudah pengawasan dalam penggunaan pakan
5.        Mempermudah pengawasan terhadap gangguan keamanan seperti prdator dan pencurian

Suatu bangunan kandang untuk keperluan ternak dan dalam tipe apapun haruslah dapat memenuhi kebutuhan struktural yang memadai sesuai dengan peruntukannya, disamping adanya kebutuhan arsitektural.
Kebutuhan struktural dari sebuah kandang adalah sebagai berikut :
  1. Keamanan (safety); kandang dibuat sesuai dengan jumlah ternak yang dipelihara, tanpa menimbulkan adanya bahaya terhadap peternak maupun ternak yang dipelihara
  2. Keawetan (durability); kandang yang dibuat harus tahan lama terhadap gangguan lingkungan yang merusakkan.
  3. Pelayanan (service ability); kandang harus mampu menampung bahan-bahan dan melayani kegiatan yang telah direncanakan.

Menurut Direktorat Bina Produksi Dirjen  Peternakan (1991), standar pembuatan kandang harus menurut ketentuan sebagai berikut :
a.    Tidak berdekatan dengan fasilitas umum seperti masjid, sekolah, puskesmas
b.   Perlu mendapatkan persetujuan tetangga
c.    Letak kandang terpisah, di belakang rumah
d.   Drainase baik, tersedia cukup air
e.    Ketinggian lantai 20 cm sampai 30 cm dari tanah sekitar
f.    Memungkinkan perluasan sampai sejumlah pemilikan lima ekor.

Dalam pembuatan kandang, faktor lingkungan hendaknya memperoleh perhatian utama.  Adapun faktor lingkungan yang dimaksud adalah :
1.      Lingkungan fisik seperti cahaya. Bunyi dll.
2.      lingkungan sosial seperti populasi ternak tiap kandang/pen, tingkah laku hewan beserta ciri-ciri khususnya, rumah penduduk dll
3.      lingkungan ternak seperti suhu udara, kelembaban, angin, radiasi matahari dll


Lokasi untuk mendirikan bangunan kandang harus amemenuhi persyaratan –
persyaratan sebagai berikut :
1.      Memenuhi persyaratan peraturan pemerintah atau peraturan daerah setempat
2.      Terdapat sumber air
3.      Mudah mencapai daerah pemasaran dan dekat dengan tenaga kerja
4.      Mendukung iklim kikro ternak seperti suhu dan  kelembaban
5.      Kemiringan tanah yang ideal 2o-6o
6.      Jarak dari pemukiman penduduk cukup jauh (minimal 250 m untuk sapi potong)
7.      Drainase di sekitar kandang cukup baik

Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis dalam pembuatan kandang, saat memilih bahan-bahan bangunan yang digunakan, perlu dipertimbangkan hal-hal :
1.      Harus dipilih bahan bangunan yang awet dan kuat
2.      Harus banyak terdapat di lokasi usaha peternakan, sehingga harganya murah
3.      Bahan bangunan harus mudah dikerjakan, tidak membahayakan ternaknya maupun peternak
4.      Setelah dibuat, bahan bangunan tersebut mudah dibersihkan, tahan air dan mudah disucihamakan

Persyaratan yangharus dipenuhi untuk mendirikan bangunan kandang antara lain :
  1. Dekat dengan sumber air
  2. Tidak memberikan dampak atau pengaruh yang mengganggu lingkungan
  3. Adanya sarana transportasi yang baik
  4. Menimbulkan situasi yang menyenangkan baik terhadap peternak maupun ternakya sendiri
  5. Mempunyai nilai ekonomis
  6. Mempunyai syarat sanitasi (cukup sinar matahari, ventilasi yang baik, drainase, bentuk kandang dsb)
Pada dasarnya sanitasi meliputi :
  1. Usaha penjagaan kesehatan ternak
  2. Usaha kebersihan kandang dan lingkungan sekitar
  3. Usaha pengawasan terhadap manusia yang mungkin atau selalu berhubungan dengan ternaknya

Diupayakan agar sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang, sebab sinar matahari pagi mengandung lebih banyak sinar ultra violet yang berfungsi sebagai desinfektan dan membantu pembentukan vitamin D.
Ventilasi berguna untuk mengluarkan udara kotor dalam kandang dan menggantikannya dengan udara segar dari luar.  Tujuan utama dibuatnya ventilasi adalah untuk menghilangkan kelebihan kelembaban dan bau-bauan yang busuk.  Dengan ventilasi yang baik, temperatur kandang akan dijaga seminimal mungkin.  Ventilasi kandang harus dibuat dan diatur sesuai dengan tempat dan kebutuhan ternak (Blakely dan Bade, 1991).
Kebutuhan ventilasi di dataran rendah lebih besar dan lebih banyak dibanding dataran tinggi atau pegunungan, karena di dataran rendah umumnya udara lebih panas dibanding di dataran tinggi atau pegunungan.
Usaha kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya diantaranya adalah dengan membuat kandang yang khusus untuk mengisolasi ternak yang sakit atau dianggap sakit (kandang isolasi) dan untuk sempurnanya dilengkapi dengan kolam dipping bagi perusahaan peternakan yang berskala besar.
Pemeliharaan dan kebersihan kandang mempunyai peranan penting dalam menunjang keberhasilan usaha peternakan, oleh karena itu perlu adanya penanganan dan pemeliharaan yang baik (Minish dan Fox, 1979).  Salah satu faktor penting dalam pemeliharaan adalah kebersihan kandang dan perlengkapannya, maupun kebersihan ternaknya sendiri.
Saluran air yang ada dalam kandang juga merupakan saluran pembuangan kotoran, dapat dialirkan ke kebun rumput tempat pembuangan kotoran yang telah dibuat/dipersiapkan.  Tempat pembuangan kotoran dapat berbentuk kolam atau bak yang tertutup atau terbuka.  Pembuangan kotoran ke sungai sebaiknya dihindarkan.
Salah stu faktor untuk menjaga agar suasana dalam kandang pada siang hari tidak terlalu panas dapat dilakukan dengan memberi naungan di sekitar kandang.  Naungan dapat dibuat dari pohon bambu, palem dan pohon rinang lainnnya.  Tempat berteduh atau naungan yang dibuat dari pohon–pohon rindang akan lebih efektif bila dibandingkan dengan naungan yang dibuat dari besi maupun bambu (Sihombing, 1997).


A.  Kandang Sapi Potong

Untuk menentukan model kandang yang akan dibuat, pada dasarnya tergantung pada :
a.       Keadaan iklim tempat kandang didirikan
b.      Jumlah ternak sapi yang akan dipelihara
c.       Selera peternak

Terdapat beberapa model bangunan kandang yang cocok dipergunakan untuk ternak sapi potong, yaitu :
  1. Kandang tunggal atau individu
  2. Kandang ganda
  3. Kandang kelompok

Pada model kandang tunggal, penempatan sapi-sapi dilakukan pada satu baris, sedangkan pada kandang ganda terdapat dua baris yang saling berhadapan (head to head) atau saling bertolak belakang (tail to tail).  Di antara kedua baris atau jajaran sapi-sapi tersebut dibuat jalur untuk jalan.
Apabila jumlah sapi yang akan dipelihara kurang dari 10 ekor, maka akan lebih baik apabila digunakan model kandang tunggal, sebaliknya apabila lebih dari 10 ekor maka kandang gandalah yang cocok.  Kandang ganda tail to tail atau saling bertolak belakang merupakan model kandang yang efisien dalam penggunan tenaga kerja (BPTP Ungaran, 2001).

Ukuran kandang untuk satu ekor sapi dewasa adalah sebagai berikut :
a.    Panjang dan lebar lantai adalah 2,10 x  1,45 m untuk sapi lokal dan 2,10 x 1,50 m untuk sapi-api impor
b.    Panjang tempat ransum beserta air minum adalah selebar tempat sapi, yaitu 1,45 -1,50 m.  Diantara tempat ransum dengan air minum dibuat penyekat setebal 7,5 – 10 cm
c.    Panjang tempat ransum 95 – 100 cm, lebar 50 cm dan kedalaman 40 cm
d.   Panjang tempat air minum 45 – 55 cm, lebar 50 cm dan kedalaman 40 cm
e.    Pada belakang sapi dibuat selokan dengan lebar 25 – 30 cm
f.     Jalan samping atau jalan antara kedua baris sapi pada kandang ganda dibuat selebar 1 m.


B.                 Kandang Domba dan Kambing

Pembuatan kandang domba/kambing berjarak minimal lima meter dari rumah, sehingga tidak menimbulkan bau ke dalam rumah.
Ukuran kandang disesuaikan dengan jumlah ternak yang dipoelihara, yaitu sebagai berikut :
a.   Jantan dewasa (umur > 12 bulan)                  : 1,2 m2
b.  Betina dewasa (umur > 12 bulan)                   : 1,0 m2
c.  Induk menyusui                                              : 1,0 m2
d.  Tambah 0,5 m2 untuk tiap anak
e.  Jantan /betina muda (umur 7-12 bulan)           : 0,75 m2
f.  Sapihan (umur 3-7 bulan)                                : 0,50 m2
Fasilitas yang perlu disediakan pada kandang  diantaranya adalah tempat pakan dan tempat air minum, tangga dan tempat penampungan kotoran.  Tempat pakan berfungsi untuk tempat hijauan, sedangkan konsentrat biasanya ditempatkan dalam ember.  Tempat pakan dibuat dari papan, belahan atau anyaman bambu, akan lebih baik lagi bila dapat disetel (dengan engsel) agar mudah membersihkannya.  Perlu pula dibuat tempat penyimpanan/persediaan pakan, yang berfungsi untuk menyimpan hijauan untuk sementara sebelum diberikan kepada ternak.  Letaknya tidak boleh terlalu dekat dengan kandang yang ditempati ternak, untuk menghindari kontaminasi dari kotoran atau air kencing.  Tempat air minum sebaiknya menggunakan bahan yang mudah dibersihkan, selain itu juga tidak membahayakan ternak.

Pada dasarnya bentuk kandang untuk ternak domba dan kambing di daerah tropis ada dua, yaitu kandang panggung (berkolong) dan kandang lemprakan.