Friday 8 January 2016

Pemilihan bibit

A.   Pengertian Bibit dan Benih

Dalam suatu usaha peternakan, pemilihan bibit unggul merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan karena bibit merupakan salah satu kunci keberhasilan dari usaha peternakan.  Bibit yng baik didukung pakan yang baik dan tatalaksana yang baik akan mendapatkan produksi yang optimal
Ternak yang dipilih untuk digunakan sebagai bibit harus didasarkan pada sifat-sifat produksi tinggi guna memperoleh produksi yang maksimal.
Untuk menjamin mutu produksi yang sesuai dengan permintaan konsumen diperlukan bibit ternak yng bermutu, oleh karena itu diperlukan pengaturan            mengenai standar mutu atau kualitas bibit ternak dan produksinya.             
Tujuan utama standarisasi adalah untuk meningkatkan daya saing hasil peternakan di pasaran dalam dan luar negeri yang diharapkan dapat meningkatkan penerimaan devisa negara dan pendapatan petani.
Bagi ternak-ternak tertentu, standar mutu bibit diatur dalam Standar Pertanian Indonesia Bidang Peternakan (SPINAK) No. 01/43/1988 yang dituangkan dalam SK Meteri Pertanian No. 3568/Kpts/TN.410/5/1988.  sedangkan bagi ternak yang belum diatur dalam Standarisasi Mutu diatur dalam Kesepakatan Teknis.

Bibit Ternak :  semua ternak hasil proses penelitian dan pengkajian dan atau ternak yang memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangkan dan atau produksi
Benih :  calon bibit ternak yang mempunyai kemampuan persyaratan tertentu untuk dikembangbiakan seperti : mani (semen), sel telur (oocyt), telur tetas dan embrio
Sumber : Pedoman Pembibitan Ternak Nasional

Hardjosubroto (1994):
Bibit Sapi :  pedet/sapi muda yang dipelihara untuk menjadi sapi potong baik jantan maupun betina

Sapi Bibit :  Sapi yang memenuhi persyaratan tententu dan dibudidayakan untuk reproduksi dengan tujuan utama produksi daging dan atau tenaga kerja                                                                                              Mani dan embrio termasuk didalam artian sapi bibit

Mani : untuk IB : mani cair (segar) & mani beku (frozen semen)
Oocyt : untuk embrio transfer (transfer embrio.

Di Indonesia, semen beku berasal dari Balai Inseminasi Buatan (BIB) :
-          Ungaran
-          Lembang
-          Singosari (Jawa Timur)


Cara thawing semen yang berasal dari container bersuhu – 196 oC
Rendam dalam air à tenggelam : masih bagus; terapung : kosong/bocor


Prinsip IB :
Ada pejantan unggul à  menghasilkan banyak semen ; bisa mengawini banyak  betina
Jadi, IB adalah untuk memanfaatkan pejantan unggul semaksimal mungkin
Misal : untuk kawin alam ; satu ekor sapi jantan bisa mengawini 75-100 betina
Tetapi dengan  IB, satu ekor sapi bisa untuk 7.500 – 10.000 betina  (100x)


Prinsip Embrio Transfer :
Untuk memberdayakan betina unggul
Misal : secara alami, betina bisa menghasilkan anak setiap tahun satu ekor
Tetapi dengan embrio transfer bisa menghasilkan anak lebih banyak
Caranya betina disuntik dengan hormon agar terjadi super ovulasi, sehingga bisa mengahasilkan ovum lebih dari satu (bisa sampai 10)
Ovum tersebut diambil, di IB, sehingga menghasilkan banyak embrio.
Embrio diambil à dititipkan pada betina lain (resipien) yang sudah siap bunting (caranya : disuntik dengan hormon penyerentakan berahi)

Penentuan Umur sapi :
Pedet                    :     < 1 tahun   : gigi belum ada yang berganti
Sapi Muda            :   1 – 3 tahun  : 1-2 pasang gigi berganti (poel)
Sapi Dewasa        :     > 3 tahun   : 3-4 pasang gigi berganti


Dasar Pemilihan Bibit

A.  Berdasarkan Silsilah (pedigree)
Silsilah : catatan prestasi produksi tetua (induk dan pejantan)
Catatan dilakukan oleh perusahaan-perushaan besar (di Indonesia  biasa dilakukan
pada ternak perah; ternak potong masih jarang)
Catatan pada ternak potong  :
-          Berat lahir                     Berat dewasa
-          Berat sapih                   Bobot potong
-          Pbbh
 (kalau tidak ada timbangan untuk mengukur BBà penaksiran menggunakan LD


Rumus yang sangat terkenal untuk menaksir BB adalah Rumus Schrool, yaitu :
BB = (LD + 22) 2
              100
à untuk sapi-sapi Bos Taurus (sapi-sapi di Eropa)

Kalau digunakan untuk sapi-sapi di Indonesia (sapi tropis)à Bos Indicus  biasanya terlalu berat;
Misal : LD = 100 cm
BB = (100+22)2                 = (122)2          
             100                            100
       = 148,86 kg

Kalau ditimbang à kurang dari 148,86 kg

yang cocok :
BB =  (LD+5)2
              100
BB = (100+5)2
              100
       = 110,25 kg

Selisih : 38 kg

à  untuk sapi-sapi gemuk; untuk sapi-sapi kurus lebih kecil lagi; lebih-lebih untuk pedet







Hasil dari seleksi berdasarkan silsilah :

a.  sapi potong :
- Bobot pada umur tertentu (bobot lahir, bobot sapih, bobot dewasa)
- Kecepatan pertumbuhan (pbbh)
- Ukuran tubuh tertentu (tinggi gumba, lingkar dada, panjang badan)

b.  Kambing & Domba :
- Bobot pada umur tertentu
- Kecepatan pertumbuhan
- Produksi dan karakteristik wool
- Indeks fertilitas induk

c.  Babi :
- Seleksi Indeks

Indeks Induk = 100 + 6,5 ( L – L ) + 1.0 (W – W)

L               : Jumlah anak hidup
L   : Rata-rata jumlah anak hidup
W  : Bobot anak (21 hari)
W  : Rata-rata bobot 21 hari

Pemilihan bibit berdasarkan Pedigree masih jarang dilakukan;
Yang banyak dilakukan adalah seleksi berdasarkan Eksterior.






B.   Berdasarkan Eksterior (bentuk luar)
Berdasarkan pengamatan, yaitu dengan :
-     melihat
-     memegang / meraba


Ciri-ciri umum bibit yang baik :

1.  Sesuai dengan bangsanya
- Sapi Ongole  : putih abu-abu
- Sapi Bali        : merah bata
- Sapi Bos Indicus : mempunyai punuk
Misal : Sapi Bali
 - Warna pedet : merah bata
 - Menjelang dewasa : betina : merah bata;  jantan : kehitaman
 - Dilihat dari belakang, bokongnya ada lingkaran putih

Bos Indicus (sapi-sapi Asia) : tinggi, ramping, berpunuk, bergelambir
-  tinggi à agar jauh dari tanah, sehingga tidak panas
-  berpunuk & bergelambir à untuk memperluas permukaan tubuh; agar
                                                 tempat untuk membuang panas lebih luas

Bos Taurus (sapi-sapi Eropa) :
-  pendek à agar dekat dengan tanah, sehingga tidak kedinginan
-  permukaan tubuh sempit à agar kontak dengan udara luar sesedikit
                                                 Mungkin





2.  Sesuai dengan tujuan pemeliharaan , misalnya :
-  Penghasil daging  :
-  Penghasil wool  :
Pejantan : gagah, scrotum kenyal
Induk : ambing simetris

3.  Sehat; dengan cirri-ciri :
-  mata bersinar
-  bulu halus dan mengkilap
-  kulit elastis
-  sikap berdiri tegak
-  lincah, riang, kuat
-  nafsu makan baik

4.  Sesuai dengan standar  (bila ada)
Contoh standar
Standar Umum Bibit Sapi (SPINAK 01/43/1988)

* Sapi Madura

1. Sifat Kualitatif
a. Warna :  merah bata / merah coklat bercampur putih dengan batas yang tidak jelas pada bagian paha
b. Tanduk : kecil, pendek serta memngarah ke bagian luar
c. Bentuk badan : tubuh kecil, kaki pendek ; betina tidak berpunuk, jantan  punuk berkembang baik dan jelas

2. Sifat Kuantitatif
a. Tinggi gumba :
Betina : minimal 105 cm, maksimal 108 cm
Jantan : minimal 115 cm, maksimal 125 cm
b. Umur ternak :
Betina : 18 – 24 bulan (maksimal punya 1 pasang gigi seri tetap)
Jantan : 24 – 36 bulan (min. punya 1 ps. gigi tetap, max punya 2 ps.)

Standar untuk Babi Parent Stock

Standar Umum

a.  Babi bibit Parent Stock harus mempunyai surat keterangan atau jaminan dari perusahaan Babi Bibit Grand Parent Stocknya;                                    mengenai : warna, bentuk badan dan kualitasnya sebagai babi bibit

b.  Babi bibit Parent Stock harus sehat dan bebas dari cacat fisik seperti : cacat mata (kebutaan), pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya

c.  Semua bibit Parent Stock betina harus bebas dari cacat alat reproduksi. abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemabdulan

d.  Babi bibit Parent stock jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelaminnya, terutama testis harus satu pasang

Standar Khusus :

1.  Umur Dewasa kelamin :
- Betina : 5 bulan
- Jantan : 5 bulan

2.  Babi bibit Parent Stock dapat mencapai BB dewasa kelamin :
- Betina : 80 – 90 kg
- Jantan : 80 – 90 kg
3.  Berasal dari tetua Induk dengan jumlah anak lahir hidup per kelahiran :
- Dari jalur jantan : + 7 ekor
- Dari jalur betina : 8 – 9 ekor

4.  Bobot Lahir Anak :
- Dari jalur jantan :  + 1,3 kg
- Dari jalur betina : 1,2 – 1,4 kg

5.  Rataan pbbh :
- Dari jalur jantan :  + 685 gr
- Dari jalur betina : 740 – 70 gr


5.  Calon Pejantan
-  Dada dalam dan lebar
-  Testis normal
-  Nafsu berahi tinggi

6.  Calon induk
-  Tidak terlalu gemuk
-  Letak vulva normal
-  Ambing normal
-  Puting normal (jumlah dana bentuk), missal : sapi 4, babi 12
-  Sifat mengasuh anak (mothering ability) baik 







Ciri khusus Ternak Bibit

Sapi Potong
Standar Mutu Bibit (SK Mentan 358/TN410/88)
-          Sapi Madura
-          Sapi Bali
-          Sapi Ongole
-          Sapi Peranakan Ongole (PO)
-          Sapi Brahman Lokal
-          Kerbau

Sapi Kupang : sapi bali yang telah beradaptasi (dan mengalami perubahan) terhadap lingiungan yang ada di Kupang (NTT); yaitu : lingkungan lebih berat
à warnanya lebih kasar

Sifat kualitatif :
-          Warna
-          Tanduk
-          Bentuk Badan

Sifat Kuantitatif :
-          tinggi Gumba
-          Umur

Warna sapi Brahman tidak Uniform , karena terbentuk dari empat (4) bangsa, yaitu :
-          Sapi Gir
-          Sapi Krishna Valley
-          Sapi Nellore
-          Sapi Gujarat

Sapi PO
-          Sekarang sudah tidak begitu disukai, karena penggunaan sebagai tenaga kerja sudah berkuarang (diganti dengan traktor)
-          Yang lebih disukai adalah Simmental, karena hasil daging baik;                 tetapi pakan harus lebih baik


Sapi Jantan :
-  Testi Simetria kanan dan kiri
-  Testis kenyal dan elastis

Sapi Betina :
-       Putting   : empat buah dan simetris
-       Ambing : besar dan simetris
-       Vulva    : tidak terlalu ke atas


Kambing dan Domba :
-  Sama dengan sapi, hanya ditambah : Jantan dan betina dari keturunan kembar !

Babi :

Standar Mutu Bibit Impor
  1. Standar Mutu Bibit babi Grand Parent Stock (GPS)
  2. Standar Mutu Bibit babi Parent Stock (PS)
  3. Standar Mutu Bibit babi Lokal (babi Jawa, babi Sumatra, babi Bali)

Standar Umum :
-          SK dari perusahaan di atasnya
-          Bebas dari cacat fisik dan reproduksi

Standar Khusus
-          Bobot ternak
-          Dari induk dengan litter size tertentu
-          Ambing baik; putting 6 pasang dan simetris

Klasifikasi Bibit

1.  Secara Umum
a.  Bibit Dasar (Foundation Stock)  à bibit hasil pemuliaan
-  Spesifikasi tertentu
-  Mempunyai silsilah
-  Untuk menghasilkan bibit induk

b.  Bibit Induk (Breeding Stock)
-  Spesifikasi tertentu
-  Mempunyai silsilah
-  Untuk menghasilkan bibit sebar

c.  Bibit Sebar (bibit niaga = Commercial Stock)
- Spesifikasi ternentu
-  Untuk digunakan dalam proses produksi

à yang komplit pada ternak ayam dan babi !


2.  Secara Khusus (pada unggas dan babi)

a. Bibit Galur Murni (pure line / PL)
- Spesifikasi tertentu
- Menghasilkan bibit nenek Grand Parent Stock = GPS)

b. Grand Parent Stock (GPS) = Bibit Nenek
- Sesifikasi tertentu  
- Menghasilkan bibit induk (Parent Stock = PS)

c. Parent Stock  (PS) = Bibit Induk
- Spesifikasi tertentu  
- Menghasilkan bibit sebar (bibit niaga) = Final Stock (FS)

d. Final Stock (FS) = Bibit sebar (bibit Niaga)
- Spesifikasi tertentu
- Untuk dipelihara hingga menghasilkan daging / telur
à yang dipelihara langsung oleh peternak

Perusahaan di Indonesia baru sampai dengan : GPS
Untuk galur Murni à biasanya masih impor

Betina PO      ><      Pejantan Simmental

F1
-          Jantan : untuk digemukkan; dipotong
-          Betina   ><  Simmental

F2
-          Jantan : digemukkan; dipotong
-          Betina ><  Simmental

F3
Keturunan persilangan sapi Simmental jantan harus digemukkan untuk dipotong; jangan smpai untuk mengawini betina; karena akan mennurunkan mutu genetic; karena gen Simmental sudah turun !
Betina hasil persilangan sebaiknya dibeli oleh pemerintah; digunakan untuk bibit; jangan sampai keluar dari kawasan tesebut
A.  Pemilihan Bibit sapi dan Kerbau

Secara umum pada pemilihan bibit ternak, harus diperhatikan sehat tidaknya ternak calon bibit.  Adapun tanda-tanda ternak sehat adalah :
a.    Mata bersinar, tidak terdapat kondisi patologik
b.    Bulu halus dan mengkilap
c.    Kulit tampak elastis
d.   Sikap berdiri tegak, kuat dan semua bagian tubuh didukung oleh keempat kaki dengan teracak yang rata
e.    Gerak lincah dan kuat
f.     Nafsu makan cukup baik, bila diberi ransum lain cepat menyesuaikan

Standar Umum Mutu Bibit Sapi
  1. Sapi harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti : cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan bulu abnormal
  2. Sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan
  3. Sapi bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelaminnya


Contoh standar mutu bibit sapi berdasarkan SPINAK/01/43/1988 adalah :

Standar Mutu Bibit Sapi Peranakan Ongole (PO)

Sifat Kualitatif :
  1. Warna : putih kelabu atau kehitam-hitaman
  2. Tanduk : relatif pendek, pada yang betina lebih pendek dibanding jantan
  3. Bentuk badan : kepala relatif pendek dengan profil melengkung.  Punuk besar mengarah ke leher, lipatan-lipatan kulit yang terdapat di bawah perut dan leher menuju ke arah leher, kaki panjang dan kokoh

Sifat Kuantitatif :
  1. Tinggi gumba :  betina 112 - 118 cm.
                                 jantan 118  - 125 cm
  1. Umur : betina 18 - 24 bulan ( maksimal ganti gigi 1 pasang )
                        Jantan 24 – 36 bulan (ganti gigi 1 – 2 pasang )



Standar Umum Mutu Bibit Kerbau  (berdasarkan Kesepakatan Teknis)
a.    Kerbau bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal serta tidak terdapat kelainan tulang
b.    Semua Kerbau bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan
c.    Kerbau bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelaminnya

Contoh standar mutu bibit kerbau berdasar Kesepakatan Teknis

Standar Mutu Bibit Kerbau Lumpur (Swamp buffalo)

Sifat Kualitatif :
  1. Warna : kulit berwarna abu-abu, hitam serta bulu berwarna abu-abu sampai hitam
  2. Tanduk : mengarah ke belakang horizontal, bentuk bulat panjang dengan bagian ujung yang meruncing serta membentuk setengah lingkaran
  3. Bentuk badan : kondisi badan baik, bagian belakang penuh dengan otot yang berkembang, leher kompak dan kuat serta mempunyai proporsi yang sebanding dengan badan dana kepala, ambing berkembang dan simetris




Sifat Kuantitatif :
  1. Tinggi gumba : betina 120 – 125 cm, jantan 125 – 130 cm
  2. Umur : betina 24 – 36 bulan (maksimal ganti gigi 1 pasang),
                  jantan 30 – 40 bulan ( ganti gigi 1 – 2 pasang )
c.    Berat badan : betina 250 – 300 kg, jantan 300 – 350 kg


B.  Pemilihan Bibit Domba dan Kambing

Produktivitas induk domba dan kambing sangat ditentuka oleh kelahiran anaknya.  Induk muda yang mampu melahirkan anak kembar pada kelahiran pertama ada kecenderungan melahirkan kembar pula pada waktu selanjutnya.  Induk-induk inilah yang dikehendaki dalam memilih bibit karena dapat menurunkan kembar, walaupun kemungkinan peluang hanya 15%.
Kriteria pemilihan bibit yang biasa digunakan sebagai pedoman dalam rangka melakukan seleksi terhadap ternak domba dan kambing adalah :
a.         Sehat; tanda-tanda domba dan kambing yang sehat antara lain : mata bersinar dan bersih, bulu mengkilat dan bersih, selaput lendir mata dan kulit tidak pucat, gerakannya aktif, hidung dan mulut tidak mengeluarkan cairan, dan anus tampak bersih
b.        Bangsa; menurut kesukaan peternak dan konsumen, dengan memilih bangsa domba/kambing yang biasa diternakkan di daerah sekitar.
c.         Kesuburan; induk yang subur adalah yang memliki banyak anak setiap melahrikan
d.        Temperamen; induk yang mempunyai temperamen yang baik yaitu induk yang mau merawat anaknya dengan rajin dan selalu menyusui anaknya
e.         Produksi susu tinggi; untuk memberikan jaminan hidup dan pertumbuhan anak yang baik sampai disapih, diharapkan induk mampu mensuplai susu yang cukup.

1.  Pemilihan  Bibit Berdasarkan Silsilah (Pedigree)
Silsilah adalah suatu catatan tertulis dari keadaan yang lampau, serta suatu estimasi akan penampilan seekor ternak.  Sebagai contoh seekor pejantan yang telah menurunkan anak-anak dengan bobot sapih tinggi serta mempunyai anak yang kualitas wool atau karkas yang bagus, maka dapat diharapkan pejantan itu memang mampu meneruskan sifat-sifat baik tersebut kepada keturunannya.
Pemilihan bibit dengan menggunakan silsilah merupakan cara yang terbaik, karena dari silsilah ini akan dapat diketahui prestasi produksi dari induk dan pejantannya.

2.  Pemilihan Bibit dengan cara Melihat Bagian Tubuh Luar (Eksterior)
Penilaian penampilan atau performance domba dan kambing diamati pada keadaan tubuh luar, yaitu dengan memegang/meraba ataupun melakukan pengamatan.  Penilaian terhadap domba dengan pengamatan lebih sulit dibanding dengan kambing, karena pada umumnya domba memiliki bulu yang tebal. 
Agar diperoleh hasil yang baik pada penilaian dengan pengamatan, maka perlu dilakukan pengamatan dari samping, muka dan belakang.
a.  Pengamatan dari samping
Secara umum tubuh tampak besar, bagian atas dan bawah tubuh rata, kaki pendek, lurus dan kuat
b.  Pengamatan dari depan
Moncong besar berbentuk segi empat dengan lubang hidung cukup lebar, mata besar, dada dalam dan jarak kedua kaki depan relatif lebar
c.  Pengamatan dari belakang
Mulai dari bahu sampai ke ujung pantat cukup lebar, padat dan berisi
d.  Menilai dengan memegang/meraba
Perabaan dimulai dari leher, punggung, pinggang sampai pantat.




3.  Pemilihan Domba dan Kambing Calon Bibit

Tanda-tanda Pejantan Calon Bibit :
a.    Sehat, tubuh besar (sesuai umur), relatif panjang dan tidak cacat
b.    Dada dalam dan lebar
c.    Kaki lurus dan kuat
d.   Tumit tinggi
e.    Penampilan gagah
f.     Aktif dan besar nafsu kawinnya
g.    Testis normal (2 buah, sama besar dan kenyal)
h.    Alat kelamin kenyal dan dapat ereksi
i.      Sebaiknya berasal dari keturunan kembar
j.      Bulu bersih dan mengkilat

Tanda-tanda betina calon bibit :
  1. Sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat
  2. Kaki lurus dan kuat
  3. Alat kelamin normal
  4. Mempunyai sifat mengasuh anak yang baik
  5. Ambing normal (halus, kenyal, tidak ada infeksi/pembengkakan)
  6. Sebaiknya berasal dari keturunan kembar
  7. Bulu bersih dan mengkilap.


C.  Pemilihan Bibit Ternak babi

Prinsip-prinsip dasar Pemilihan Ternak
Pada umumnya para ahli dalam memilih ternak babi untuk dipelihara dapat menggunakan 4 (empat) dasar pemilihan, yaitu :
a.       Judging; yaitu pemilihan berdasar visual; biasanya digunakan pada arena lomba
b.      Pedigree; yaitu pemilihan didasarkan pada prestasi yang ditunjukkan oleh nenek moyangnya
c.       Penampilan ternak
d.      Pengujian atau tes produksi seperti yang diatur dalam kesepakatan teknis

Sifat-sifat ternak babi ditinjau dari kepentingan ekonomi dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu produktif, reproduktif dan struktural.

Karena setiap sifat yang diamati pada ternak sebagian ditentukan oleh faktor genetik dan sebagian oleh lingkungan, maka memilih ternak untuk bibit hendaknya memilih individu-individu yang berpotensi variasi genetik yang baik dipandang dari sudut ekonomi.

Pemilihan bibit dalam usaha ternak potong babi, bila ditinjau dari sudut tujuan pemeliharaan dapat dibedakan menjadi 2(dua) golongan, yaitu :
  1. Pemilihan bibit babi bakalan (jantan dan betina) untuk tujuan produksi anak
  2. Pemilihan bibit babi bakalan untuk tujuan digemukkan, kemudian dijual.

Pemilihan bibit babi ditekankan pada :
-  Sifat-sifat genetic dari tetuanya
-  Penampakan sifat-sifat kelamin sekunder
-  Laju pertumbuhan dan efisiensi dalam penggunaan pakan
-  Kesehatan ternak

Pemilihan babi bakalan ditekankan pada :
-          Laju pertumbuhan
-          Efisiensi pakan
-          Kesehatan ternak

Memilih Babi Dara dan Pejantan Muda
Memilih babi dara atau pejantan muda paling sedikit harus sebaik keduanya (induk/pejantannya) atau lebih superior dalam hal produk, kualitas dan performance yang potensial yang dapat diteruskan keturunannya dikelak kemudian hari.

Sifat-sifat yang baik dari calon babi dara :
a.    Berasal dari tetua yang berkualitas genetik yang baik
b.    Berbadan sehat, mata bersih dan bersinar, gerakannya lincah, serta berat badannya sesuai dengan standar berat badan masing-masing bangsa/jenis ternak
c.    Mempunyai minimal 6 pasang puting susu yang simetris dan mampu menghasilkan air susu yang cukup untuk anak yang diasuh
d.   Memiliki kaki yang kokoh dan lurus sehingga mampu menopang beban dari berat pejantan waktu kawin maupun berat masa bunting
e.    Mempunyai sifat keibuan
f.     Mempunyai sifat performans seperti laju pertumbuhan dan koefisien pakan yang lebih baik dari ternak biasa atau rata-rata ternak

Sifat-sifat yang baik dari pejantan muda :
a.    Berasal dari tetua atau nenek moyang yang berkualaita genetik baik
b.    Berbadan sehat, mata bersih dan bersinar, gerakannya lincah, berat badannya sesuai dengan standar berat badan masing-masing bangsa/jenis babi
c.    Memiliki kaki yang kuat dan tegak serta letaknya baik agar bebas bergerak
d.   Mempunyai sifat performance yang baik, misalnya laju pertumbuhan serta koefisien penggunaan pakan

e.    Sifat kejantanannya terlihat nyata dan agresif

1 comment:

  1. materi sudah bagus, namun literatur perlu di tampilkan

    ReplyDelete