Sunday, 28 June 2015

Laporan praktek lapangan SISTEM PEMELIHARAAN KUDA PACU DI KECAMATAN BLANGKEJEREN KABUPATEN GAYO LUES

Laporan Praktik Lapang

SISTEM PEMELIHARAAN KUDA PACU DI KECAMATAN BLANGKEJEREN KABUPATEN GAYO LUES


Disusun Oleh :

SUKRIADI
1105104010051










JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2015



LEMBARAN PENGESAHAN

            Setelah membaca dan mempelajari secara sungguh-sungguh kami berpendapat bahwa penulisan makalah Praktek Lapangan  ini baik ruang lingkup maupun isinya telah memenuhi syarat untuk diseminarkan pada kegiatan Praktek Lapangan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.

Nama                : Sukriadi
Nim                 : 1105104010051
Jurusan            : Peternakan
Judul               : Sistem Pemeliharaan Kuda Pacu di Kecamatan Blangkejeren
                           Kabupaten Gayo Lues
                                                  
Koordinator
Praktik Lapang,





Ir. Cut Aida Fitri, M.Si
NIP. 19670112190302001
Menyetujui
DosenPembimbing,





Dr. Mohd. Agus Nashri Abdullah, S.Pt., M.Si
NIP: 197108161997021001




Mengetahui,
Ketua Jurusan Peternakan
Fakultas pertanian universitas syiah kuala




Dr. Ir. Dzarnisa, M.Si
NIP: 196909111994032002



KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,
Alhamdulillah, segala puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang  Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan anugrah-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan peraktek lapangan yang berjudul “Sistem Pemeliharaan Kuda Pacu di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues”.Laporan ini ditulis berdasarkan hasil peraktik lapangan yang telah dilakukan Penulis pada bulan Maret 2015.
Kuda merupakan salah satu hewan peliharaan digemaari masyarakat Gayo yang digunakan sebagai kesenangan atau hiburan. Pacuan kuda merupakan budaya tradisional masyarakat Gayo. Banyaknya peminat terhadap olahraga berkuda khususnya di Gayo Lues membuat banyak kalangan peternak menerapkan sistem manajemen pemeliharaan kuda pacu agar kuda yang dipelihara tetap sehat dan bisa dikontrol setiap saat serta dapat melatihnya setiap saat untuk mempertahankan kemampuan berlari.
Laporan Praktik Lapang ini disusun untuk memenuhi persyaratan telah selesainya pelaksanaan peraktik lapangan, semoga laporan ini dapat memberikan informasi baru bagi pembaca untuk menambah wawasan studi tentang sistem pemeliharaan kuda pacu.
Darussalam, 10 Mei 2015

Penulis
ii


DAFTAR ISI
                                                                                                                     Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................        i

KATA PENGANTAR.................................................................................        ii

DAFTAR ISI................................................................................................       iii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................        iv

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................        v

BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................        1
1.1. Latar belakang............................................................................        1
1.2. Tujuan.........................................................................................        2
1.3. Manfaat......................................................................................        2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................        3
             2.1. Kuda dan Klasifikasinya............................................................        3
             2.2. Kuda Lokal Indonesia................................................................        4
             2.3. Manajemen Pemeliharaan Kuda Pacu........................................        5

BAB III. METODE......................................................................................        7
             3.1. Tempat dan Waktu Praktik Lapang............................................        7
             3.2. Materi Praktik Lapang................................................................        7
             3.3. Pelaksanaan Praktik Lapang.......................................................        7

BAB IV. PEMBAHASAN...........................................................................        8
             4.1. Deskripsi Kuda Gayo.................................................................        8
             4.2. Pemeliharaan...............................................................................        9
             4.3. Pakan dan Air Minum yang Diberikan.......................................        9
             4.4. Kandang....................................................................................        11
             4.5. Pengendalian Penyakit..............................................................        11
             4.6. Perkawinan................................................................................        12
             4.7. Pemasaran..................................................................................        12

BAB V. PENUTUP......................................................................................      14
              5.1. Kesimpulan................................................................................      14
              5.2. Saran..........................................................................................      15

DAFTARA PUSTAKA...............................................................................      16

iii


DAFTAR GAMBAR

Gambar                                                Teks                                                 Halaman

1.       Kuda..................................................................................................        3
















iv


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran                                           Teks                                                   Halaman
1.      Kuda Gayo (Kuda Lokal)..................................................................      17

2.      Kuda Astaga (Peranakan Kuda Australia dengan Kuda Gayo).........      17

3.      Pembuatan Konsentrat.......................................................................      18

4.      Pemberian Pakan Konsentrat..............................................................      18

5.      Hijauan Pakan.....................................................................................      19

6.      Pemberian Hijauan..............................................................................      19

7.      Perkandangan.....................................................................................      19

8.      Pengendalian Penyakit.......................................................................      20

9.      Kuda Pejantan Unggul.......................................................................      21

10.  Indukan Kuda Pacu yang Sedang Beranak........................................      21











v


BAB I. PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Populasi ternak di Indonesia mengalami kenaikan, tetapi ada beberapa jenis ternak yang mengalami penurunan. Kuda merupakan salah satu ternak yang mengalami penurunan populasi. Penurunan populasi ini terjadi karena fungsi kuda sebagai alat transportasi telah banyak digantikan oleh kendaraan bermotor, selain tingginya angka pemotongan kuda sebagai sumber pangan (Mansyur et al., 2006).   
Beberapa jenis kuda yang dikenal di Indonesia pada umumnya diberi nama sesuai asal-usulnya tempat tersebarnya diantaranya kuda Gayo, kuda Batak, kuda Jawa, kuda Priangan, kuda Sulawesi, kuda Lombok, kuda Bali, kuda Sumbawa, kuda Timor dan kuda Flores. Kuda Gayo merupakan salah satu ternak yang bertipe fancy (kesenangan/hiasan) yang sudah lama dikenal dan digemari masyaraka Gayo. Sejak dahulu kala peranan kuda di Gayo selain untuk dipacu juga digunakan sebagai pekerja dan sarana transportasi sehingga masyarakat gayo dapat berkomunikasi dengan masyarakat luar.
            Seiring perkembangan zaman yang semakin canggih, maka kuda tidak lagi digunakan sebagai pekerja maupun sebagai sarana transportasi. Namun, kuda telah menjadi ternak kesayangan yang sangat bernilai dan dimiliki oleh komunitas tertentu pecinta ternak kuda.



1
1.2.  Tujuan
Tujuan dari praktik lapang ini adalah untuk mengetahui sistem pemeliharaan (manajemen) kuda pacu di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues.

1.3.  Manfaat
            Manfaat dari peraktik lapang ini yaitu sebagai informasi  tentang sistem pemeliharaan kuda pacu di Kabupaten Gayo Lues serta menambah wawasan dan pengalaman pribadi. Hasil dari peraktik lapangan ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pemeliharaan kuda pacu untuk peternak lainnya.













2


BAB II.  TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Kuda dan Klasifikasinya
            Kuda merupakan ternak nonruminansia grup colon fermentor yang mempunyai semangat tinggi (Cheeke, 1999). Kuda tergolong dalam ternak herbivora atau ternak yang mengkonsumsi hijauan (Gibbs dan Davidson, 1992). Kuda memiliki klasifikasikan sebagai berikut (Blakely dan Bade, 1995) :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Subphylum      : Vertebrata
Class               : Mamalia
Ordo                : Perissodactyla
Famili              : Equidae
Genus              : Equus                       
Spesies             : Equus Caballus        





Gambar 1. Kuda (sumber : koleksi pribadi)
3


            Kuda merupakan salah satu hewan peliharaan yang penting secara ekonomis dan historis dan memegang peranan penting sebagai alat transfortasi selama ribuan tahun, kuda dapat ditunggangi oleh manusia dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, kuda juga digunakan sebagai sumber makanan di beberapa daerah tertentu (Anonim, 2015).
            Bangsa kuda seringkali ditentukan oleh komunitas atau lembaga yang melakukan pencatatan keturunan dan membuat buku silsilah kuda hasil seleksi berdasarkan pada daerah asal, fungsi, dan ciri fenotifik (Bowling dan Ruvinsky, 2000).

2.2.  Kuda Lokal Indonesia
            Edward (1994) menyatakan bahwa, kuda lokal indonesia digolongkan ke dalam kuda poni. Tinggi badan kuda Indonesia berkisar antara 1,15 - 1,35 m, sehingga digolongkan ke dalam jenis kuda poni. Kegunaan kuda lokal Indonesia sebagian besar adalah sebagai sarana transportasi, pengangkut barang, sarana hiburan dan sebagai bahan pangan masyarakat lokal (Prabowo, 2003).
            Indonesia sampai saat ini memiliki 13 jenis kuda lokal, yaitu: kuda Makassar, kuda Gorontalo dan Minahasa, kuda Sumatera (terdiri dari 4 jenis, yaitu: kuda Padang, kuda Gayo, kuda Batak dan kuda Agam), kuda Sumba, kuda Sumbawa, kuda Bima, kuda Flores, kuda Savoe, kuda Roti, kuda Timur, kuda Bali, kuda Lombok dan kuda Kuningan (Soeharjono, 1990). Beberapa diantaranya memiliki keunggulan sebagai kuda tunggang dan kuda pacu.

4


2.3.  Manajemen Pemeliharaan Kuda Pacu
            Manajemen pemeliharaan kuda pacu di Indonesia umumnya masih mengacu pada pemberian pakan yang dilakukan oleh negara maju di luar negeri dan masih memberikan pakan impor sebagai pakan utama menjelang pacuan (Pongoh et al., 2015).
            Salah satu tujuan pemberian pakan untuk kuda pacu yaitu agar memperoleh prestasi atau juara pada saat pacuan atau perlombaan, oleh karena itu perlu diperhatikan kebutuhan pakan maupun zat-zat makanan yang terkandung di dalam pakan, terlebih kandungan energi yang mempunyai peran utama pada saat kuda dipacu (Pongoh et al., 2015). Kecernaan zat makanan merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas bahan pakan yang dikonsumsi ternak kuda.
            Beternak kuda seperti layaknya beternak sapi atau kambing maupun ayam dan setiap saat penyakit bisa menjadi ancaman yang membahayakan bahkan mematikan (Anonim, 2015).
            Program kesehatan pada ternak kuda mencakup pencegahan penyakit, pemberian obat cacing, dan tindakan pertolongan pertama. Ternak yang kondisi tubuhnya sehat akan memperlihatkan tingkah laku yang lincah dan gesit, sedangkan jika terdapat kelainan pada kuda nafsu makan kuda akan menurun sehingga mempengaruhi seluruh aktivitasnya (Wijayanti, 2012).
            Membagun kandang di daerah tropis, diusahakan ada vetilasi sehingga pertukaran udara bisa berjalan lancar dan tidak menimbulkan udara panas dan tidak menimbulkan hawa panas di dalam kandang (Jacoebs, 1994). Udara yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan kuda serta mempengaruhi
5


kekuatan kuda tersebut (McBane, 1991).
            Kuda betina dan anaknya yang ditempatkan dalam satu kandang harus memiliki ukuran kandang yang lebih besar agar anak kuda dapat bergerak bebas, sedangkan kandang pejantan harus lebih kuat dari pada kandang betina atau kandang anak. Letak kandang jantan lebih jauh dari kandang betina agar kuda betina tidak terganggu terutama saat merawat anak (Jacoebs, 1994).
            Peternakan kuda pacu lebih baik dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan pakan, ruang perawatan atau ruang pemeliharaan pada setiap kandang sehingga memudahkan dalam pengawasan kuda (McBane, 1994).













6


BAB III. METODE

3.1.  Tempat dan Waktu Praktik Lapang
            Praktek lapang ini dilakukan di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues. Waktu pelaksanaannya dilakukan selama 1 (satu) minggu yaitu dimulai dari tanggal 27 Maret sampai dengan 02April 2015.

3.2.  Materi Praktik Lapang
            Materi dalam kegiatan praktik lapang ini yaitu ternak kuda yang dipelihara oleh masyarakat di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues. Ternak kuda dipelihara untuk digunakan sebagai kuda pacu.

3.3.  Kegiatan Pelaksanaan Praktik Lapang
             Data yang diperoleh yaitu dengan melakukan survei dan wawancara langsung dengan peternak kuda. Di samping itu juga dikumpulkan data yang berkaitan dan peternakan kuda pacu bersumber dari dinas setempat di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues.
Pelaksanaan Praktik lapang yang dilakukan meliputi beberapa kegiatan rutinitas peternak pemeliharaan kuda pacu di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues yaitu: (1) pemeliharaan kuda pacu; (2) pakan dan air minum yang diberikan kepada kuda; (3) pemberian konsentrat; (4) desain dan perkandangan kuda pacu; (5) pengendalian penyakit kuda pacu; (6) perkawinan kuda pacu; dan (7) pemasaran kuda pacu.
7


BAB IV.  PEMBAHASAN

4.1.  Deskripsi Kuda Gayo
            Kuda (kude) Gayo berpostur tubuh kecil yang hidup di Kabupaten Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah yang merupakan salah satu rumpun kuda nasional yaitu Rumpun Kuda Gayo yang telah ditetapkan oleh pemerintan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian (Mentan)  Nomor: 1054/ Kptes/SR.120/10/2014 tanggal 13 Oktober 2014. Kuda Gayo adalah sebagai salah satu kekayaan sumber daya genetik hewan lokal di Indonesia. Hewan ini harus dilindungi dan dilestarikan karena kuda asli dari Gayo mempunyai bentuk fisik yang khas jika dibandingkan dengan kuda lain. Keberadaan kuda di daerah Gayo itu diketahui dulunya sebelum ada kendaraan sangat membantu masyarakat petani membawa hasil panen sebagai sarana transportasi.
             Kuda Gayo mempunyai nilai strategis yang dipelihara secara turun- temurun sebagai kuda pacu, dan mempunyai nilai ekonomi dan budaya serta telah menyatu dengan kehidupan masyarakat Gayo. Disebutkan, kuda Gayo sudah ada sejak abad ke-18 yang beradaptasi di Gayo, kemudian diperbaiki dengan kuda Thoroughbred dengan sebaran asli geografis meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah.
Kuda Gayo (kuda lokal Gayo) memiliki tinggi badan 118-125 cm dan beberapa keunggulan diantaranya yaitu: daya adaptasi terhadap lingkungan sangat baik, tahan terhadap penyakit lokal, perawatannya lebih efisien dan ekonomis.
8


            Kuda pacuan di Gayo yang digunakan sekarang tidak hanya kuda asli Gayo tetapi juga kuda persilangan antara kuda Gayo dan kuda Australia yang diberi nama kuda Astaga (Australi Gayo).

4.2.  Pemeliharaan Kuda Gayo
Pemeliharaan kuda pacu di Kabupaten Gayo Lues dilakukan oleh peternak kuda yang umumnya menggunakan sistem semi intensif yaitu malam hari dikandangkan dan pada siang hari diikat di sekitar kandang, ada juga yang memelihara secara intensif yaitu kuda terus-menerus berada di dalam kandang yang dipagari. Kandang kuda dilengkapi dengan halaman yang dibatasi oleh pagar yang kokoh. Kuda tersebut akan ke halaman kandang biasanya untuk berjamur.
Anak kuda yang berumur di bawah 1-1,5 tahun pemeliharaanya dibiarkan terus-menerus bersama induknya.  Selanjutnya setelah anak kuda tersebut berumur 1 sampai dengan 1,5 tahun, anak kuda ditangkap dan dipisahkan dari induknya  untuk dipelihara secara terpisah sebagai calon kuda pacu. Kuda yang dimanfaatkan sebagai kuda pacu umumnya adalah kuda yang berumur mulai 2 tahun ke atas.

4.3.  Pakan dan Air Minum yang Diberikan
4.3.1.  Hijauan
            Pakan yang diberikan kepada kuda pacu umumnya adalah hijauan yaitu rumput alam yang dipotong. Pemotongan rumput dilakukan oleh anak kandang yang dilakukan pada siang hari. Rumput ini akan diberikan pada kuda pada sore 
9


hari yaitu pada pukul 17.00 WIB dan pada pagi hari yaitu pada pukul 09.00 WIB.
4.3.2.  Air Minum
Air minum yang diberikan kepada kuda pacu adalah air bersih yang bersumber dari air sumur atau air sungai. Air minum diberikan kepada kuda bersamaan dengan pemberian hijauan yaitu pada pagi hari pukul 09.00 WIB dan pada sore hari pukul 17.00 WIB.

4.3.3.  Konsentrat
Konsentrat yang diberikan kepada kuda pacu yaitu dilakukan pada sore hari sebelum pemberian hijauan yaitu pada pukul 16.00 WIB. Umumnya bahan-bahan untuk pembuatan konsentrat yaitu dedak padi, jagung, tepung kacang hijau, tepung kedele dan kadang-kadang ditambah dengan ampas tahu dan padi. Campuran bahan pakan konsentrat ini diberikan pada hari-hari biasanya. Di samping pemberian pakan konsentrat, juga biasanya diberikan batang pohon aren dicincang halus kemudian dikeringkan atau bisa juga diberikan langsung setelah dicincang.
Beda halnya apabila kuda pacu akan diperlombakan dalam kegiatan pacuan kuda. Pakan konsentrat yang diberikan untuk persiapan pacuan biasanya adalah pakan konsentrat komersil Vital Horse. Pemberian pakan konsentrat ini dilakukan pada 1 atau 2 bulan sebelum pacuan dilaksanakan. Menjelang pada saat pacuan kuda, biasa kepada kuda pacu diberikan konsentran yang ditambahkan gula aren sebagai energi tinggi bagi kuda.

10


4.4.  Kandang
Kontruksi kandang kuda pacu harus dibangun dengan kokoh. Bahan untuk kandang kuda pacu Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues biasanya terdiri atas kayu atau papan, atapnya dari seng dan ada juga yang menggunakan atap rumbia. Kelebihan atap rumbia memberikan suasana yang dingin bagi ternak kuda. Lantai kandang biasanya ada yang langsung beralaskan tanah yang diberikan liter (serbuk gergaji) dan ada juga yang dibuat permanen dengan cara disemen. Lantai kandang kuda yang disemen juga ada yang digunakan liter sebagai alas kandang.
Umumnya, tipe kandang kuda pacu di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues adalah kandang individual yang  di bagian depan kandang dipagari untuk tempat kuda berjemur pada siang hari. Sedangkan untuk kuda betina yang beranak, umumnya kandangnya lebih luas dibandingkan dengan kandang kuda jantan.

4.5.  Pengendalian Penyakit
Kuda pacu di Kecematan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues selalu dijaga kebersihannya baik kandang, kuda dan lingkungan sekitarnya. Pengendalian penyakit pada kuda pacu biasanya peternak kuda memandikan kudanya pada setiap sore hari,  membersihkan kandang dan sekitarnya, mengasapi kandang setiap sore hari dan memberi obat cacing dan vitamin. Obat cacing dan vitamin diberikan kepada kuda pacu umumnya sebulan sekali. Untuk pemberian obat cacing ada yang menggunakan obat alami yaitu buah pinang yang digiling
11


halus kemudian dimasukkan ke dalam mulut kuda dengan cara dicekok dengan menggunakan botol dan ada juga yang mencampurnya dengan konsentrat dan selanjutnya diberikan kepada ternak kuda.

4.6.  Perkawinan
Tatalaksana perkawinan kuda pacu di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten  Gayo Lues masih menggunakan cara sederhana yaitu dengan cara perkawinan alami. Perkawinan alami ini ada yang menggunakan pejantan unggul kuda Australia milik pemerintah setempat yang didatangkan dari Australia yang pejantan ini telah memiliki sertifikat. Di samping itu, ada juga yang menggunakan pejantan kuda Gayo maupun peranakan antara kuda Gayo dengan kuda Autralia (disebut kuda astaga). Pemilihan pejantan bergantung pada pemilik ternak kuda.
Kuda Gayo betina pertama kali akan dikawinkan pada umur 2 sampai dengan 2,5 tahun. Jarak beranak kuda Gayo yaitu 1 tahun sekali melahirkan anak.  Sedangkan kuda betina yang digunakan untuk pacuan biasanya dikawinkan pada saat berumur 4 tahun (2-2,5 tahun khusus untuk dipacu). Rata-rata masa kebuntingan seekor kuda Gayo betina adalah 335 hari dengan kisaran umur antara 315 sampai 350 hari.

4.7.  Pemasaran
Kuda yang sudah tua biasanya akan dijual ke Sumatera Utara.  Kuda yang dijual biasanya kuda betina yang sudah tidak berproduksi atau kuda jantan yang tidak mampu lagi bersaing di arena pacuan. Kuda jantan yang tidak digunakan
12


lagi sebagai kuda pacuan ini biasanya juga digunakan sebagai pejantan untuk dikawini dengan kuda-kuda betina produktif  dan nantinya akan diambil keturunannya untuk kemudian dijual. Umumnya, kuda yang masih digunakan sebagai kuda pacu akan dijual hanya di daerah Gayo saja dan pembelinya adalah masyarakat biasa maupun pejabat. Harga pasaran kuda ini adalah untuk kuda Gayo (lokal) rata-rata adalah Rp 11.000.000,-, dan kuda Peranakan Gayo rata-rata harganya adalah ≥ Rp 20 juta.
















13


BAB V. PENUTUP

5.1Kesimpulan
            Kuda (kude) Gayo berpostur tubuh kecil yang hidup di Kabupaten Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah. Kuda pacuan di Gayo yang digunakan sekarang tidak hanya kuda asli Gayo, tetapi juga kuda persilangan antara kuda Gayo dan kuda Australia yang diberi nama kuda Astaga (Australi Gayo). Pemeliharaan kuda pacu di Kecamatan Blang Kejeren Kabupaten Gayo Lues umumnya menggunakan sistem semi intensif namun ada juga yang memelihara secara intensif.
Kuda yang dimanfaatkan sebagai kuda pacu umumnya yang beumur 2 tahun ke atas. Pakan yang diberikan umumnya adalah rumput alam dan konsentrat. Air minum yang diberikan adalah air bersih yang bersumber dari air sumur atau air sungai. Pengendalian penyakit kuda pacu dilakukan setiap hari yaitu dengan menjaga kebersihan kuda, kandang dan lingkungan sekitarnya serta pada setiap sore hari kuda dimandikan.
Penggunaan pejantan untuk mengawani kuda Gayo dilakukan sesuai keinginan peternak kuda, ada yang mengawinkan dengan kuda lokal, kuda peranakan atau pejantan kuda unggul milik pemerintah setempat. Kuda yang sudah tua dan tidak mampu lagi bersaing di arena pacuan kuda akan dijual ke Sumatera Utara, sedangkan untuk kuda yang masih muda dijual hanya di sekitar Gayo saja.

14


5.2.  Saran
            Perlu ada sentuhan teknologi agar pengembangan kuda pacu di Gayo khususnya di Kabupaten Gayo Lues dapat berkembang dengan optimal, serta pakan lokal dapat diolah sebagai pakan utama kuda pacu.



















15

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015. Kuda. http://www.wikipediabahasaindonesia.html (diakses pada5 Mei 2015).

Anonim, 2015. Beberapa Penyakit Pada Kuda http://www.tipspetani. artikelseputarpertanianindonesia.html (diakses pada 5 Mei 2015).

Blakely, J dan D. H. Bade, 1992. Ilmu Peternakan. Penerjemah B. Srigdanono.      Gadjah Mada University Perss : Yogyakarta.

Bowling, A. T., dan A. Ruvinsky,2000. The Genetics of the horse. CABI   Publishing, London.

Cheeke, P.R., 1999. Applied Animal Nutrisi : Feed and Feeding. Second Edition. Prentice Hall Inc. Upper Saddle River : New Jersey.

Edward, E.H., 1994. The Encyclopedia of Horse. First Published in Great Britan, London.

Gibbs, P.G. dan K.E. Davidson, 1992. Nutritional Management of Pregnant and   Lactating Mares. Texas Agricultur Extension Service. Bull. No. 5025.           Texas A&M Uniersity, Collage Station.

Jacoebs, T. N. 1994. Budidaya Ternak Kuda. Kanisius. Yogyakarta.

Mansyur, U., H. Tanuwiria, dan D. Rusmana. 2006. Eksplorasi hijauan pakan kuda dan kandungan nutrisinya. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 924-931.

McBane, S. 1991. Horse Care and Ridding a Thinking Approach. Paperback.         United Kingdom.

McBane, S. 1994. Modern Stables Management. Ward Lock. United Kingdom.

Praowo, P.P., 2003. Produksi dan Konsumen Daging Kuda di Yogyakarta,            Makalah Semiloka, Perkudaan Indonesia, Jakarta.

Pongoh, V.M., B. Tulung, Y.L.R. Tulung, L.J.M. Rumokoy, 2015. Uji        Karakteristik Pakan Kuda Lokal dan Impor Kuda Pacu Minahasa. Jurnal         Zootek (“Zootrek” Journal). Fakultas Peternakan, Universitas Sam             Ratulangi, 95115. Vol 35 (1) : hal 62-71.

Soeharjono, O.,1990. Kuda. Yayasan Pamulang, Jakarta.

Wijayanti, D. 2012. Seleksi Kuda. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian   Lampung : Bandar Lampung.
16


LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuda Gayo (Kuda Lokal)

     
Gambar 2. Kuda Gayo (Kuda Lokal)

Lampiran 2. Kuda Astaga (Peranakan Kuda Autralia dengan Kuda Gayo)
   



 
Gambar 3. Kuda Astaga (Peranakan Kuda Autralia dengan Kuda Gayo)

Lampiran 3. Pembuatan Konsentrat
 



Gambar 4. Pembuatan Konsentrat

Lampiran 4. Pemberian Pakan Konsentrat
   

Gambar 5. Pemberian Konsentrat
18
Lampiran 5. Hijauan Pakan
 

Gambar 6. Hijauan Pakan Kuda

Lampiran 6. Pemberian Hijauan
 

Gambar 7. Pemberian Hijauan
Lampiran 7. Perkandangan
 

 
Gambar  8. Perkandangan

Lampiran 8. Pengendalian Penyakit
 
 


Gambar 9. Pengendalian Penyakit


20
Lampiran 9. Kuda Pejantan Unggul
 

Gambar 10. Kuda Pejantan Unggul

Lampiran 10. Induk Kuda Pacu yang Sedang Beranak
   



Gambar 11. Indukan kuda pacu yang sedang beranak

21